Headlines
Loading...
Anak Menjadi Pelaku Konten Pornografi, Bagaimana Nasib Generasi?

Anak Menjadi Pelaku Konten Pornografi, Bagaimana Nasib Generasi?

Oleh. Dhevi F. Firdausi, ST

Jika zaman dulu, zina masih terbatas di kota-kota besar. Sekarang, di desa pun remaja yang berzina sudah dianggap biasa. Hal ini seiring dengan makin canggihnya media sosial di kalangan remaja. Di mana media sosial tersebut banyak disusupi oleh pornografi. 

Pada zaman sekarang, kasus pornografi semakin mengerikan. Pelakunya bahkan merambah ke kalangan anak-anak. Baru-baru ini telah ditemukan pornografi anak di Indonesia yang mencapai 5 juta konten, menduduki urutan ke empat terbanyak di dunia. Hal tersebut seperti yang dinyatakan oleh menko Polhukam, bapak Hadi Tjahjanto saat melakukan konferensi pers (detiknews.com, 18/4/2024).

Banyaknya uang yang didapat dengan membuat konten pornografi, menjadi daya tarik anak-anak untuk melakukannya. Memang, di sistem kehidupan yang jauh dari Islam, mindset masyarakat termasuk anak-anak uang adalah segalanya.

Ketika konten pornografi di media sosial marak terjadi, maka sebagai akibatnya kasus perzinahan pun semakin menjadi-jadi. Lalu, bagaimana nasib generasi kita ke depan?

Pandangan Islam Terkait Pornografi

Kita adalah seorang muslim, sudah seharusnya untuk menjadikan aturan Islam sebagai pedoman hidup. Karena datang dari Al Khaliq, aturan Islam bisa menjadi solusi yang solutif atas berbagai masalah kehidupan saat ini, termasuk masalah pornografi. Pornografi menurut Islam adalah haram hukumnya. Suatu perbuatan yang haram, jika dilakukan akan berdosa, bisa mengantarkan pelakunya ke neraka. Kita tentu tidak rela, jika anak cucu kita menjadi pelaku dosa, termasuk pornografi. Dalam Al-Qur'an, surah at Tahrim ayat 6 dijelaskan bahwa, "Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Anak di dalam Islam dididik agar mempunyai kepribadian Islam, baik pola pikir maupun pola sikapnya. Dia harus memahami bahwa tujuan hidup di dunia hanya untuk ibadah, meraih ridlo Allah Swt., bukan untuk mencari uang semata. Kurikulum pendidikan yang menghasilkan kualitas output anak Islami seperti ini, tidak bisa berdiri sendiri. Pendidikan merupakan salah satu bagian dari sistem kehidupan masyarakat. Disinilah dibutuhkan peran negara, yaitu untuk melindungi anak dari serangan pornografi. Karena negara adalah pihak yang paling berwenang dan bertanggung jawab dalam melindungi generasi. [My]

Baca juga:

0 Comments: