Headlines
Loading...

Oleh. Rina Herlina 

Miris, lagi-lagi terulang kasus pembunuhan yang melibatkan seorang suami yang notabene pemimpin rumah tangga, dia seharusnya menjadi pelindung bagi keluarga, terutama istrinya. Namun yang terjadi saat ini, justru banyak para suami menjadi pelaku kekerasan terhadap istri, bahkan tega membunuh pasangan hidupnya sendiri.

Seperti yang terjadi di Desa Cisontrol, Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Seorang suami inisial T (41), tega membunuh bahkan memutilasi tubuh istrinya Y (40) dan menawarkan potongan tubuh istrinya kepada warga sekitar. Diduga pelaku mengalami stres karena himpitan ekonomi. Namun motif yang sebenarnya di balik pembunuhan tersebut, masih dalam pemeriksaan pihak kepolisian setempat (regional.kompas.com, 3/5/2024).

Sejatinya, hubungan pernikahan antara suami dengan istri dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang. Namun melihat fenomena maraknya suami menganiaya bahkan sampai tega membunuh pasangannya, mengindikasikan betapa rapuhnya jalinan kasih di antara mereka. Riak-riak kecil dalam rumah tangga seharusnya bisa membuat saling menguatkan, justru tidak demikian adanya pada kondisi pasutri hari ini. 

Banyak Faktor yang Membuat Suami Tega Menghabisi Pasangannya 

Banyak faktor yang melatarbelakangi seorang suami hingga tega menghilangkan nyawa pasangannya. Penyebabnya utama adalah karena kita saat ini hidup di sebuah sistem rusak kapitalisme, yang menihilkan peran tuhan di dalam kehidupan. Agama dijauhkan dari urusan negara, sehingga agama hanya boleh mengatur persoalan ibadah saja.

Maka wajar, jika saat ini kejahatan kian marak, persoalan kehidupan terus mencuat. Salah satunya, semakin banyaknya pemimpin keluarga yang tega menghabisi nyawa seseorang yang seharusnya dikasihi dan dalam perlindungannya. Faktor himpitan ekonomi sering menjadi pemicu seseorang gelap mata.

Biaya hidup yang tinggi, tidak adanya mata pencaharian yang jelas, sulitnya mencari pekerjaan, dan kurang empatinya lingkungan sekitar, bisa menjadi pemicu awal seorang suami stres sehingga timbul percekcokan dengan pasangan. Kondisi tersebut makin diperparah dengan lemahnya akidah di antara keduanya, sehingga membuat permasalahan yang ada terasa semakin mengimpit dan membebani.

Apalagi negara seakan abai akan kesulitan hidup yang menimpa rakyatnya. Para penguasa hanya sibuk mengurusi perut dan kesenangan dunianya, sementara nasib rakyatnya tidak dipedulikan. Rakyat hanya diberi hiburan dengan bantuan-bantuan sosial ala kadar, selain tidak mencukupi, bantuan sosial tersebut tidak merata. Maka yang terjadi adalah kemiskinan tetap merajalela, kelaparan di mana-mana.

Sungguh realitas yang ada saat ini menjadi sebuah ironi. Indonesia yang notabene kaya akan sumber daya alam, namun justru banyak rakyatnya yang menangis kelaparan. Beginilah jadinya jika sumber kekayaan negara diberikan kepada asing, rakyat yang seharusnya terpenuhi semua kebutuhan hidupnya, justru miskin dan terasing di negerinya sendiri.

Islam Solusi Hakiki

Berbeda dengan kapitalisme yang semakin membuat rakyat sengsara, maka sistem Islam tidak demikian. Islam sangat memuliakan manusia. Siapa pun yang hidup dalam naungan Islam, maka hidupnya akan bahagia dan sejahtera. Seperti kita ketahui bersama, empat belas abad lamanya Islam menguasai dunia, selama itu pula rakyat merasakan kenyamanan yang luar biasa. Bukan hanya umat Islam, nonmuslim pun yang mau hidup di bawah naungan Islam, maka akan diperlakukan sama.

Di dalam Islam sumber daya alam dikelola oleh negara untuk kemaslahatan umat. Sebab barang-barang yang meliputi padang rumput, air, dan api, semua itu kepemilikan yang bersifat milik umum. Tidak boleh dikelola oleh pribadi, apalagi asing dan aseng. 

اَلْمُسْلِمُوْنَ شُرَكَاءُ في ثلَاَثٍ فِي الْكَلَإِ وَالْماَءِ وَالنَّارِ

Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Dengan dikelolanya ketiga hal tersebut dengan baik oleh negara, maka dari hasil tersebut negara mampu menyejahterakan rakyatnya. Tak akan ada lagi rakyat yang kelaparan, karena para suami yang bertugas sebagai pencari nafkah bisa mencukupi keluarganya. Negara juga akan menyediakan lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya untuk para suami, sehingga pengangguran tidak ada lagi.

Tidak akan ada lagi ketimpangan sosial di tengah masyarakat seperti saat ini. Para suami akan tenang karena mampu memberikan kehidupan yang layak untuk anak-anak dan istrinya. Masyarakat akan saling membantu jika ada saudaranya yang mengalami kesulitan.

Sungguh kondisi tersebut hanya bisa terjadi, jika syariat Islam diterapkan secara menyeluruh di dalam kehidupan. Sejatinya segala sesuatu yang bersumber dari Sang Khalik, pasti menghadirkan kebaikan untuk makhluk-Nya. Aturan Islam bersifat komprehensif, dan selalu relevan pada setiap kondisi dan zaman. 

Untuk itu, jika ingin kehidupan kita semua sejahtera dan nyaman seperti kondisi empat belas abad lalu, sistem Islamlah solusinya. Maka tugas kita hari ini adalah berjuang mengembalikan kehidupan yang Islami, agar tercipta ‘rahmatan lil ‘alamin’. Wallahualam. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: