Headlines
Loading...
Gaji Dosen Rendah, Kualitas Pendidikan Melemah

Gaji Dosen Rendah, Kualitas Pendidikan Melemah

Oleh. Qonita Fairuz S, Lc

Menurut suatu penelitian yang dilakukan kepada sejumlah dosen, 76% responden mengaku gaji yang didapatkannya tidak sampai pada angka tiga juta. Begitu pula, yang dirasakan oleh para dosen di kampus swasta, dimana 61 % responden dari mereka menyatakan bahwa gajinya kurang dari dua juta. 

Kondisi seperti ini menjadikan para dosen merasa sangat berat untuk menjalani profesinya, karena tidak sejalan dengan beban kerja dan kualifikasi mereka. Mereka juga membutuhkan pekerjaan sampingan untuk menutupi kebutuhan hidup mereka, lantaran gaji kurang yang tidak mencukupi. Bagi mereka hal itu tentu dapat menurunkan kualitas pengajaran kepada para mahasiswa. 

Kapitalisme: Keuntungan Materi Sebagai Tujuan

Dalam Mengatur Pendidikan 

Dari fakta yang kita saksikan hari ini menunjukkan bahwa rendahnya gaji dosen menggambarkan rendahnya perhatian dan penghargaan negara atas profesi yang memiliki peran dan pengaruh besar bagi masa depan generasi dan bangsa. 

Dosen adalah suatu profesi mulia, dimana fungsi mereka selain menyebarkan ilmu, juga membangun karakter serta kepribadian mahasiswa sebagai agen perubahan dan calon pemimpin masa depan. Sehingga kurangnya perhatian negara terhadap posisi mereka sebagai pencetak dan pendidik generasi tentu akan berdampak pada kualitas pengajaran. 

Hal ini tentu tidak lepas dari diterapkannya sistem kapitalisme di negara kita yang berhasil menggerus penghargaan atas jasa besar para dosen, dimana prinsip kapitalisme senantiasa menjadikan keuntungan materi sebagai tujuan negara dan para penguasanya. Pendidikan di dalam sistem kapitalisme tidak dianggap sebagai aktivitas negara untuk memenuhi kewajibannya. Pendidikan justru dijadikan ladang bisnis antara para penguasa dan korporat, dimana para pelajar atau mahasiswa dibebankan biaya yang berat, sedangkan para dosen tidak diberi penghargaan yang layak atas jerih payahnya. Semua itu tidak lain, demi meraih keuntungan sebanyak mungkin.  

Negara yang menerapkan sistem sekuler kapitalis pun tidak menjunjung tinggi ilmu. Adanya pemisahan agama dari kehidupan dan negara, juga materi yang menjadi standar kebahagiaan dan kesuksesan, menjadikan belajar lagi- lagi hanya untuk mengejar materi. Paradigma belajar, menuntut ilmu sebagai suatu amal shalih yang sangat mulia, bernilai ibadah karena itu suatu kewajiban dari-Nya pun bukan menjadi tujuan adanya pendidikan di dalam negara sekuler kapitalis. 

Oleh karena itu tidak heran paradigma itu berdampak kepada tidak adanya penghargaan kepada para dosen yang telah berperan besar di dalam negara.  

Islam Sebagai Solusi Hakiki

Permasalahan tentu ini bisa terselesaikan tuntas dengan solusi Islam, yang pasti sempurna, tanpa ada kecacatan dan kekurangan. 

Islam sangatlah menghargai ilmu, menjunjung tinggi para pemilik ilmu apalagi yang mengajarkan ilmu dan juga kebaikan kepada manusia yang lainnya.  

Rasulullah saw bersabda: 
Sungguh Allah, para malaikat-Nya, serta semua penghuni langit dan bumi termasuk semut dalam lubangnya dan ikan-ikan, sungguh semuanya mendoakan orang-orang yang mengajari manusia kebaikan” (HR Tirmidzi).

Di dalam hadits lain, Rasulullah saw juga bersabda: 
Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal, (yaitu) sedekah jariah, ilmu yang diamalkan (diajarkan), dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR Muslim)

Bahkan Allah swt sendiri pun di dalam Al-Quran memuji orang- orang yang memiliki ilmu yang dilandasi karena keimanan, dan meninggikan mereka beberapa derajat. Allah berfirman:

يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah: 11)

Di dalam ayat lain, Allah ta’ala juga berfirman: 
Apakah sama orang-orang yang mengetahui, dengan orang-orang yang tidak mengetahui-Nya, karena menganggap remeh perintah untuk mengamati tanda- tanda kekuasaan-Nya? Hanya orang yang berakal sehat saja yang dapat mengambil pelajaran." (QS. Az-Zumar: 7)

Dengan landasan tersebut, dimana Allah dan Rasul-Nya memuji para ahli ilmu, meninggikan kedudukan ilmu juga para ahlinya, serta mereka yang mengajarkan ilmunya, menjadikan negara Islam yang memiliki dasar aqidah Islam akan senantiasa memuliakan para pengajar di berbagai tingkatan pendidikan, juga dengan berbagai bidang ilmu yang dimiliki.  

Terlebih lagi posisi strategis dosen sebagai pendidik calon pemimpin peradaban masa depan yang mulia,  juga kewajiban thalabul ilmi bagi setiap muslim, menjadikan negara wajib untuk memfasilitasi dan menjamin insfrastrktur pendidikan, termasuk tenaga pengajar yang berkualitas, dengan memberikan gaji besar dan terbaik kepada para staf pengajar, juga pegawai di kantor pendidikan.

Sejarah Islam pun telah mencatat bagaimana pemuliaan Islam terhadap para dosen di sepanjang masanya. Misalnya Umar bin Khattab, seorang khalifah yang menetapkan gaji kepada para guru di masanya sebanyak 15 dinar per bulan, dimana jika dikonversaikan dengan rupiah menjadi sekitar 33 juta. Begitu pula di masa Kekhilafahan Abasiyah, dimana Khalifah menetapkan gaji para pengajar setara dengan gaji muadzin, yaitu 1000 dinar per tahun atau sekitar 5,5 milyar. Sehingga per bulannya bisa mencapai 460 juta. 

Wallahu a’lam bish showab. [Rn] 

Baca juga:

0 Comments: