Headlines
Loading...
Ketegaran Siti Hajar Menjadi Teladan Kaum Muslimah

Ketegaran Siti Hajar Menjadi Teladan Kaum Muslimah

Oleh. Umi Hafizha 

Siti Hajar adalah istri kedua dari Nabi Ibrahim AS. Melalui Siti Hajar juga Nabi Ibrahim memiliki buah hati dengan akhlak mulia yakni Nabi Ismail AS. Sebelum Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Hajar, beliau telah menikah dengan Siti Sarah. Namun sayang, dari pernikahannya dengan Siti Sarah tak kunjung memberikan buah hati di keluarganya.

Siti Sarah lantas meminta Ibrahim untuk menikah lagi. Awalnya Ibrahim menolak permintaan Siti Sarah karena baginya Siti Sarah satu-satunya wanita yang ada di hatinya. Namun Siti Sarah bersikeras meminta Ibrahim menikahi wanita lain dan berharap dari pernikahan tersebut sang suami akan mendapatkan keturunan.

Dengan berat hati, namun tetap menyerahkan segalanya kepada Allah Swt Ibrahim memenuhi permintaan Siti Sarah untuk menikah lagi. Ibrahim kemudian menikahi Siti Hajar. Dari pernikahannya dengan Siti Hajar, Ibrahim dikaruniai buah hati. Siti Hajar hamil dan melahirkan bayi laki-laki tampan yang diberi nama Ismail. 

Kehamilan dan kelahiran Ismail ini rupanya membuat Siti Sarah merasa cemburu. Siti Sarah kemudian meminta suaminya untuk membawa Siti Hajar ketempat yang jauh. Ke tempat di mana Siti Sarah tidak akan pernah bertemu lagi dengan Siti Hajar dan buah hatinya.

Karena kecemburuan istri pertamanya yang begitu besar, Nabi Ibrahim akhirnya memutuskan untuk membawa Siti Hajar ke tempat yang jauh menuju Baitul Haram. Siti Hajar dan Ismail buah hatinya dibawa menuju ke suatu lembah yang tiada rumput maupun tumbuhan sekali pun di sana. Tak ada air dan juga tanda-tanda kehidupan di sana. Setelah berada di atas lembah Nabi Ibrahim meninggalkan keduanya. 

Semakin jauh Ibrahim meninggalkannya, Siti Hajar lalu mengejar suaminya dan mengatakan, "Apakah Allah yang memerintahkan kepadamu untuk melakukan ini?." "Benar" jawab Ibrahim. "Jika Allah sudah memerintahkan demikian ini, niscaya Dia tidak menyia-nyiakan kami," ungkap Siti Hajar.

Siti Hajar ditinggalkan berdua dengan bayinya yang bernama Ismail, di tengah padang yang sangat gersang. Kemudian Siti Hajar membuka tas kulit berisi kurma yang ditinggalkan suaminya, kemudian memakannya. Beberapa teguk air pun beliau minum. Baru sebentar rasa haus kembali merongrong tenggorokannya. Maklumlah karena ia masih menyusui putranya.

Hari demi hari dilalui, suhu udara di Arab semakin panas, persediaan minum dan makan telah habis. Kemampuan menyusui bayinya pun semakin menurun. Lama-kelamaan persediaan susunya semakin habis. Sementara sang bayi menjadi rewel, menangis, dan terus meronta meminta minum air susu ibunya.

Karena tak tahan mendengar tangis anaknya, Siti Hajar bangkit dari tempatnya, meninggalkan bayinya sendirian demi mencari pertolongan. Berharap ada rombongan kafilah yang akan melewati Makkah kala itu. Sambil beliau terus mencari sumber mata air di padang tandus itu.

Dilihatnya seperti ada air di sebuah bukit yang dikenal sekarang sebagai Shafa. Ia berlari kesana ternyata tidak dijumpai mata air. Ternyata itu hanya angan-angan di tengah terik panasnya matahari di padang pasir.

Kemudian dilihatnya lagi di ujung bukit lainnya sebuah air danau di Marwah. Setelah tergesa-gesa dan terhuyung-huyung mendekatinya yang jaraknya sekitar 450 meter ternyata itu hanya angan-angan. Begitu sampai mencapai sekitar 3,15 km Siti Hajar bolak-balik dari Shafa-Marwah demi seteguk air.

Mengeluhkan Siti Hajar? Tidak. Karena beliau meyakini bahwa pertolongan Allah pasti datang. Tugasnya hanya berusaha dan terus berusaha dan terus berjuang. Beliau ikhlas menjalaninya seikhlas ketika melepas kepergian suaminya yang meninggalkan mereka berdua di padang pasir atas kehendak Allah Swt.

Di tengah kebingungan dan kegelisahan yang menyelimuti hati juga pikirannya, Allah memberikan mukjizatnya. Dari bawah kaki Ismail kecil yang sedang menangis kehausan muncul sumber mata air yang kini dikenal sebagai sumber mata air zam-zam. Air itulah yang membantunya bertahan.

Kemudian Allah mengabadikannya di dalam Al-Qur'an yang artinya: "Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui." (TQS.Al-Baqarah:158).

Hingga saat ini, jutaan jamaah haji setiap tahun dan jamaah umroh setiap bulan, menapak tilas perjuangan Siti Hajar melalui ritual Sa'i antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali dalam satu kali umrah.

Masyaallah, dengan kekuatan akidah, dengan kesabaran jiwa, serta ketawakalan hati, kekuatan mental yang dimilikinya, dan segala keutamaan yang tersemat pada sosok Siti Hajar adalah wajib dijadikan teladan bagi kita, terutama bagi kaum muslimah. Wallahualam bissawab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: