Headlines
Loading...
Maraknya ODGJ Buah Penerapan Sistem Kapitalis

Maraknya ODGJ Buah Penerapan Sistem Kapitalis



Oleh. Dewi Khoirul 



Sungguh mengenaskan peristiwa yang dialami oleh Yon, lansia 64 th asal kecamatan Pesantren adalah seorang ODGJ yang nyaris terbakar di dalam rumahnya, kejadian diketahui pukul 15.55 saat Yon membakar sampah didalam rumahnya yang semua pintunya terkunci. Kepulan asap dari rumah Yon yang membuat warga panik dan khawatir karena rumah warga saling berdekatan dengan lokasi kebakaran sehingga mereka memanggil petugas damkar (pemadam kebakaran).(jawapos.com, 21/4/2024)


Peristiwa yang tak kalah mengenaskan lagi dialami oleh pria di Koja Jakarta Utara dibacok bagian kepalanya oleh ODGJ mengunakan parang gara-gara saling tatap saat berpapasan, korban sempat kritis kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hady Siagian saat dihubungi. (detiknews.com, 23/4/2024)


Tidak hanya satu atau dua saja kita temukan  ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) disekitar kita, bahkan bisa dibilang banyak jumlah.
Masalah ODGJ tak jarang karena himpitan ekonomi, akibat tata sosial yang individualistis dan sekularis. Sekulerisme memberikan cara pandang kehidupan hanya sekadar meraih materi dan bersenang-senang sesuai kehendaknya sendiri dan memberikan ruang bebas menentukan jalan hidup tanpa standar agama.
Sehingga ketika seseorang berada dalam kesulitan hampir-hampir tidak mendapatkan solusi depresilah dia. Dan yang lebih parah ada yang hingga bunuh diri.
Sifat individualis juga muncul sebagai penyokong mudahnya orang mengalami depresi.


Karena Yon dan pria asal Jakarta Utara tersebut adalah ODGJ tentunya bertindak tidak sewajarnya manusia normal lainnya, bahkan pada hal-hal yang jelas-jelas mengancam jiwanya dan jiwa orang lainpun tetap Ia lakukan.
Sementara keluarga dan lingkungan masyarakat akan beranjak dari kenyamanannya mempertahankan  sifat individualismenya jika sesuatu sudah mengancam jiwanya, sebagaimana tindakan Yon yang membakar sampah sehingga menimbulkan kepulan asap yang besar dan api  berpotensi menjalar ke rumah-rumah warga yang jaraknya berdekatan satu sama lain. 


Dalam kasus ini menunjukkan jelas negara tidak hadir sebagai pengayom masyarakat, seakan masyarakat dibiarkan berjuang menentukan nasibnya sendiri sampai depresi karena tidak kuat menanggung tuntutan hidup.


Sangat berbeda dalam sistem Islam.
Islam mengajarkan kepada setiap individu muslim memiliki keimanan yang kuat kepada Allah SWT, menjadikan sabar dan sholat sebagai penolongnya sehingga sekalipun masyarakat dalam kondisi kesulitan hidup mereka akan tetap bertawakal kepada Allah, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah : 45


Allah berfirman :

"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk."


Selain individu yang bertakwa, negara dalam sistem Islam juga mendorong kepada masyarakat untuk melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar, kebiasanya saling peduli terhadap sesama jika ada kaum kerabat atau tetangga yang tertimpa kesusahan segera membantu, juga apabila terjadi tindak kemaksiatan sekecil apapun segera diingatkan sehingga dapat dipastikan tidak sampai terjadi hal yang membahayakan jiwa, apalagi sampai individunya hilang ingatan hanya karena beratnya beban hidup yang dialami.


Negara dalam Islam diibaratkan seorang penggembala yang menggembalakan  rakyatnya, tentunya ambil peran dengan meriayah rakyatnya secara keseluruhan tanpa pandang status sosial mereka.
Peri'ayahan negara terkait sandang, papan dan pangan serta fasilitas umum, seperti layanan kesehatan, tranportasi, pendidikan gratis atau murah benar-benar harus merata dirasakan oleh lapisan masyarakat.
Dengan demikian masyarakat akan merasakan kenikmatan hidup karena kemudahan-kemudahan yang difasilitasi oleh negara tadi, alhasil setiap individu dalam sistim Islam akan merasa tenang melaksanakan ibadah demi ketaatannya kepada Allah, bagi para suami merasa mudah memenuhi kewajibannya memberikan nafkah keluarga, sehingga individu-individu akan terjauh dari depresi.


Wallahhu a'lamubishowab.

Baca juga:

0 Comments: