Headlines
Loading...
Oleh. Sri Ratna Puri

Memiliki kekasih setia dalam ikatan rumah tangga, didambakan semua perempuan baik di dunia sampai surga. Begitu pula ibunda Sarah. Bersuamikan seorang nabi teladan sepanjang zaman, Ibrahim a.s.. Selain setia, Ibrahim dikenal sebagai sosok yang memiliki kepribadian yang lemah lembut, sopan, dermawan dan penuh pengertian. 

Kelemahlembutan Ibrahim a.s. diabadikan dalam Al-Qur'an, surat Hud ayat 75.
إِنَّ إِبْرَٰهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّٰهٌ مُّنِيبٌ

Artinya: "Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah."

Ibunda Sarah, merasa amat beruntung bisa mendampingi suami dalam mengemban risalah Ilahi. Saking menikmati hari demi hari yang selalu berganti, tak terasa usia beranjak senja. Entah kapan mereka akan berpisah, sedang urusan besar yang sedang dijalankan suaminya, belum juga ada tanda-tanda akan ada penerusnya. 

Ya, meski sang suami tidak begitu terganggu dengan ketiadaan seorang anak dalam rumah tangga mereka, namun bagi ibunda Sarah, berbeda. Karena berkaitan dengan urusan Allah. Ibunda Sarah bersikeras, harus ada keturunan dari Nabi Ibrahim. Tak mengapa, bila Allah Swt. memang tak menakdirkan dirinya bisa melahirkan. Tapi keturunan Ibrahim a.s, bisa lahir dari rahim perempuan lain. Ibunda Sarah berusaha  mencari sendiri, siapa kira-kira perempuan yang bisa menjadi madunya nanti. 

Setelah proses pencarian berjalan, belum ada satu pun calon yang sesuai. Sampai akhirnya, ibunda Sarah menjatuhkan pilihan pada sosok perempuan yang sudah lama dikenalnya. Perempuan itu bernama Hajar. Seorang budak yang salihah, yang dimilikinya. Hajar berusia jauh lebih muda, tapi berkepribadian dewasa. 

Setelah berhasil membujuk Ibrahim, pernikahan kedua pun hadir. Tak disangka, rasa cemburu muncul. Tiba-tiba membara rasa di dalam dada ibunda Sarah. Dia berusaha keras untuk bisa meredamnya. Apalah daya, rasanya semakin sakit. Terlebih, saat ibunda Sarah mengetahui Hajar mengandung. 

Dalam beberapa risalah diceritakan, dari rasa cemburu ibunda Sarah, muncul aturan tindik dan khitan bagi perempuan. Karena ibunda Sarah yang meminta bantuan Ibrahim, untuk meredakan rasa cemburunya. Yaitu, dengan membuat wajah madunya tak terlihat lebih cantik darinya.

Demi menjaga perasaan Sarah, Ibrahim mengabulkan permintaan istrinya, tanpa ada niat untuk menyakiti Hajar. Ibrahim melubangi kedua belah daun telinga Hajar dan meletakkan benda kecil, yang sekarang disebut anting-anting. Dan apa yang terjadi? Anting-anting, malah membuat Hajar terlihat lebih cantik.

Selain itu, Ibrahim pun mengkhitan kemaluan Hajar. Dengan tujuan untuk mewujudkan kepekaan sesama perempuan. Sekarang diketahui, bahwa khitan perempuan berpengaruh besar pada faktor kesehatan. 

Tak lama, Hajar melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Ismail. Tiba-tiba turun perintah Allah Swt. agar Ibrahim membawa Hajar beserta bayi merahnya pergi. Pergi pindah dari tanah Palestina ke suatu lembah gersang bernama Bakkah (yang saat ini disebut Mekkah). Ibunda Sarah merasa bersalah. Mungkin Allah marah, atas perilakunya. 

Selama ditinggalkan Ibrahim, ibunda Sarah banyak berpikir. Dia memohon ampun kepada Allah dan bertekad memperbaiki semua. Sampai akhirnya Ibrahim kembali. Namun, tak nampak ada Hajar dan anak laki-laki mereka mendampingi. 

Ibrahim menangkap dan berhasil memenangkan kegundahan istri pertamanya. Dia menyampaikan Hajar dan Ismail kecil akan baik-baik saja. Allah menjaga mereka. Legalah hati ibunda Sarah. 

Pernikahan antara ibunda Sarah dan Ibrahim berjalan seperti semula. Saling kasih mengasihi, saling menjaga dan melindungi, sampai akhirnya kedatangan beberapa orang tamu yang mengetuk pintu. 

Ibrahim mempersilakan tamunya untuk duduk. Dia menyelinap ke belakang rumahnya dan meminta ibunda Sarah untuk menyediakan daging sapi gemuk untuk mereka. Ibrahim menaruh curiga, karena daging yang disuguhkan tak sama sekali disentuhnya. Peristiwa ini disampaikan dalam Al-Qur'an, surah Hud, ayat 70.

فَلَمَّا رَءَآ أَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً ۚ قَالُوا۟ لَا تَخَفْ إِنَّآ أُرْسِلْنَآ إِلَىٰ قَوْمِ لُوطٍ

Artinya: Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: "Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth".

Ternyata, selain membawa kabar terkait azab Allah kepada kaum nabi Luth, para malaikat menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran Ishak. Alangkah terkejutnya ibunda Sarah, saat mendengarkan berita tersebut di balik tirai. Dia tersenyum dan tak percaya, karena merasa dirinya sudah tua. Sampai-sampai dia menepuk-nepuk kedua pipinya. Kisah ini terdapat dalam Al-Quran, surah Hud, ayat 71-73.

Masyaallah. Di masa senja pernikahan ibunda Sarah, Allah karuniakan seorang putra bernama Ishak (yang nantinya diangkat menjadi nabi). Tidak hanya satu nabi, tapi banyak. Melalui rahim mulia beliau, para nabi  dilahirkan. 

Dari cerita singkat ini, banyak hikmah yang bisa kita petik. Hikmah dari kesabaran ibunda Sarah, relevan untuk kita terapkan dalam kehidupan. Wallahualam. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: