Headlines
Loading...
Oleh. Erna Kartika Dewi 

Memasuki bulan Dzulhijjah ada beberapa momen penting yang identik dengan bulan ini yaitu tentang ibadah haji, tentang kisah keteladanan keluarga Nabi Ibrahim As, serta kisah penyembelihan Nabi Ismail atau biasa kita kenal dengan peristiwa kurban. 

Gelar Khailullah

Nabi Ibrahim merupakan salah satu Nabi utusan Allah yang mendapat gelar "Khailullah" yang artinya "Kekasih Allah". Dan gelar yang diberikan kepada Nabi Ibrahim ini disebutkan dalam Al-Qur'an yang artinya: "Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayanganNya" (TQS. An-Nisa :125).

Bukan tanpa alasan, Allah Swt menyematkan julukan Khalilullah itu setelah Nabi Ibrahim berhasil melewati ujian yang diberikan oleh Allah. Ujian yang dimaksud adalah berupa perintah untuk menyembelih putra semata wayangnya, putra yang beliau nantikan kehadirannya selama bertahun-tahun. 
Ujian ini menunjukkan kecintaan Nabi Ibrahim kepada Allah dan ketaatan tanpa tapi seorang Nabi Ibrahim atas semua perintah Allah.

Mengenai gelar Khailullah ini,  para malaikat yang mengetahui gelar inipun seketika bertanya kepada Allah. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Malaikat Jibril bertanya pada Allah Swt., alasan di balik pemberian gelar Khalilullah tersebut."Ya Allah, mengapa Engkau memberi gelar Khalilullah kepada Ibrahim, padahal ia sibuk dengan kekayaan dan keluarganya? Dengan demikian, bagaimana mungkin ia pantas menjadi Khalilullah?"

Allah Swt., menjawab, "Jangan kalian menilai secara lahiriah, tapi lihatlah hatinya dan juga amalnya. 
Karena tiada di hatinya rasa cinta selain kepadaKu. Bila kalian ingin menguji, ujilah dia,"Hingga Malaikat Jibril pun ikut menguji Nabi Ibrahim dan terlihat hasilnya bahwa kekayaan dan keluarganya tidak sedikit pun membuat Nabi Ibrahim lalai ataupun lupa dalam mengabdi kepada Allah Swt.

Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim As

Diceritakan bahwa Nabi Ibrahim telah menikah bersama seorang wanita mulia yang bernama Siti Sarah. Siti Sarah adalah seorang wanita yang beriman kepada ajaran yang dibawanya dan turut mendukung perjuangan Nabi Ibrahim dalam menyebarkan kebenaran.

Pernikahan mereka tak kunjung juga dikaruniai seorang buah hati sehingga akhirnya Siti Sarah meminta Nabi Ibrahim untuk menikah lagi dengan seorang budaknya yang bernama Siti Hajar. Atas seizin Allah dan juga istrinya akhirnya pernikahan itupun terjadi dari pernikahan ini Nabi Ibrahim pun akhirnya dikaruniai seorang anak. 

Melihat mantan budaknya yang berhasil memberikan keturunan kepada Nabi Ibrahim, Siti Sarah pun  menjadi cemburu. Kemudian beliau meminta Siti Hajar untuk pergi.

Dengan berat hati, Nabi Ibrahim pun membawa Siti Hajar dan anak mereka yaitu  Ismail, ke sebuah tempat sunyi dan terpencil. Ia meninggalkan anak dan istrinya di tempat itu sendirian.

Saat Nabi Ibrahim beranjak pergi, Siti Hajar mengikutinya dan mencengkram bajunya. Siti  Hajar berkata, "Wahai suamiku,  hendak ke mana kau pergi dan meninggalkan kami di lembah tanpa teman atau apa pun di sini?"

Siti Hajar terus mengucapkan itu berulang kali, namun Nabi Ibrahim tak menoleh maupun menjawab. 
Kemudian Siti Hajar bertanya, " Apakah Allah yang menyuruhmu untuk melakukan hal ini?"

"Ya", jawab Ibrahim. Siti Hajar akhirnya mengatakan, "Kalau begitu, Ia tidak akan menelantarkan kami."

Akhirnya Siti Hajar melepaskan suaminya pergi untuk ditinggal sendirian bersama anaknya di tempat sunyi tersebut. Di tempat itulah yang akhirnya menjadi sebuah tempat bernama Makkah.

Nabi Ibrahim pergi meninggalkan keduanya bukan dengan hati yang tenang. Sebaliknya, ia justru sedih dan khawatir. Anak yang telah lama dinantikannya dan istrinya itu malah harus ditinggalkan di tempat tanpa apapun dan siapapun. Namun kembali lagi jika Allah sudah menghendaki sesuatu, maka Nabi Ibrahim akan selalu menaati-Nya, dan tidak akan mungkin menawarnya atau mengindahkannya.

Setibanya di sebuah bukit yang bernama bukit Tsaniyah, di mana Siti Hajar dan Ismail sudah tidak melihatnya lagi, Nabi Ibrahim pun  memanjatkan doa dengan mengangkat kedua tangannya, "Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur"
(TQS Ibrahim: 38).

Sepeninggal Nabi Ibrahim, Siti Hajarpun hanya tinggal berdua bersama Ismail. Hingga suatu hari, mereka kehabisan persediaan air. Ismail pun menangis kelaparan karena air susu ibunya tak keluar. Siti Hajar berjalan ke sana kemari untuk mencari air yang bisa diminum berdua dengan putranya.

Setelah beberapa waktu mencari kesana sini, Siti Hajar tidak juga menemukan air. Namun tidak patah semangat, Siti Hajar mencoba berteriak meminta bantuan barangkali ada orang yang lewat di sekitar sana.

Akan tetapi, kondisi di sana saat itu sangatlah sepi. Kemudian ia berlari kecil dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah sebanyak tujuh kali sembari berdoa kepada Allah Swt.

Setelah berlari-lari kecil bolak balik Bukit Shafa dan Bukit Marwah, Siti Hajar hampir putus asa karena tidak juga menemukan air. Setelah lama mencari, ia teringat putranya yaitu Ismail atau lebih kita kenal dengan panggilan Nabi Ismail yang telah lama ia tinggalkan. Siti Hajarpun bergegas menghampiri putranya.

Setelah bertemu dengan putranya, Siti Hajar dibuat terkejut karena di tempat Nabi Ismail berbaring ada sebuah mata air jernih yang keluar dari ujung kakinya. Air tersebut terus mengalir dan menggenang. Kemudian air yang terus mengalir tersebut dinamai Siti Hajar sebagai air zamzam. Siti Hajar meminum air zamzam hingga akhirnya bisa kembali menyusui Nabi Ismail hingga perutnya kenyang. 

Sumur air zamzam terus mengalirkan air hingga sekarang. Air zamzam tersebut tak pernah kering dan saat ini dapat dirasakan oleh manusia dari seluruh dunia yang berkunjung ke tanah suci.

Peristiwa Kurban

Sebagai orang yang mendapat gelar "Khailullah". Nabi Ibrahim seakan tak pernah luput dari yang namanya ujian. Tetapi seperti apapun ujian tersebut, Nabi Ibrahim tetap menjalaninya dengan tabah serta keyakinan yang kuat kepada Allah.

Allah Swt memerintahkan malaikat untuk memberikan kekayaan yang sangat banyak kepada Nabi Ibrahim yaitu berupa 1.000 domba, 300 lembu, dan 100 unta sebagai bentuk ujian keimanan Nabi Ibrahim. Akan tetapi nyatanya, harta tersebut tidak membuat beliau menjadi sombong ataupun tinggi hati.

Justru sebaliknya, suatu ketika ada seseorang yang bertanya kepada Nabi Ibrahim, milik siapa ternak sebanyak ini?Nabi Ibrahim menjawabnya dengan penuh keyakinan.

"Kepunyaan Allah, tapi saat ini masih menjadi milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, akan aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, pasti akan aku serahkan juga," jawab Nabi Ibrahim As.

Pernyataan tersebut menjadi awal ujian baru bagi Nabi Ibrahim. Allah memberinya sebuah mimpi, berisi perintah untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail AS yang berusia 7 tahun. Nabi Ibrahim diminta untuk menyembelih putra semata wayangnya dengan tangannya sendiri.

Nabi Ibrahim kemudian bertanya kepada Ismail. Ismail pun mengaku ikhlas dengan semua perintah Allah. "Wahai Ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar," kata Ismail.

Pada hari yang telah ditentukan, Nabi Ibrahim sekeluarga sudah siap untuk melaksanakan perintah tersebut. Tapi iblis terus saja menggoda. Mereka kemudian melempar para iblis dengan batu. Aksi tersebut akhirnya menjadi rangkaian ibadah haji, yakni melempar jumrah.

Di hari penyembelihan, Ismail berpesan kepada Ayahnya untuk mengikat kaki dan tangannya supaya tidak dapat bergerak. Ia juga meminta sang ayah menghadapkan wajahnya ke tanah, agar tidak muncul rasa kasihan di tengah-tengah penyembelihan.

Baju Ismail pun dilepas agar tidak terkena darah. Dan pisau harus diasah setajam mungkin supaya penyembelihan selesai dalam waktu yang singkat dan cepat.

Setelah momen mengharukan itu selesai, Nabi Ibrahim menyembelih putranya. Anehnya, leher Ismail sama sekali tak tergores ataupun terluka oleh tajamnya pisau.

Sebab, bertepatan dengan penyembelihan tersebut, Allah Swt membuka dinding yang menghalangi pandangan malaikat di langit dan bumi. Karena rasa takjub yang luar biasa dari para malaikat ketika melihat pengorbanan Nabi Ibrahim, para malaikat pun tunduk dan bersujud kepada Allah Swt.

Kemudian Ismail meminta ayahnya untuk melepaskan ikatan di kaki dan leher agar dirinya tak terlihat terpaksa. Ia ingin ayahnya segera menyembelihnya, agar para malaikat bisa melihat betapa patuh dan taatnya Nabi Ibrahim terhadap perintah Allah Swt.

Setelah menuruti perintah putranya, Ibrahim kembali melakukan proses penyembelihan seperti semula. Alih-alih mengenai leher Ismail, mata pisau justru berbalik ke atas, bahkan membelah sebuah batu yang keras.

Allah Swt kemudian berseru kepada malaikat Jibril untuk mengambil seekor kibasy (domba) dari surga sebagai pengganti. Nabi Ibrahim diminta menyembelihnya untuk melanjutkan kurban. Dan hingga saat ini, tradisi kurban masih dilakukan oleh seluruh umat Islam sebagai Hari Raya Idul Adha di tanggal 10 Dzulhijjah.

Meneladani Sifat Nabi Ibrahim

• Selalu tegar dan tabah dalam menghadapi ujian dari Allah Swt.

• Selalu Berpikir jernih, tenang dan tidak terburu-buru saat dihadapkan dengan berbagai kesulitan.

• Selalu memprioritaskan Allah Swt di atas segalanya (tiada cinta yang lain)

• Selalu Ikhlas saat harus mengorbankan sesuatu (ketaatan tanpa tapi)

• Meyakini bahwa Allah Swt akan menggantikan kehilangan dengan hal yang lebih baik.

• Rendah hati walau dianugerahi harta dan kekayaan.

Masya Allah Tabarakallah, sungguh sebuah kisah yang penuh inspirasi. Semoga bisa menjadi teladan bagi kita semua di sepanjang hidup kita agar bisa menjadi pribadi yang bertakwa dan senantiasa taat kepada Allah tanpa tapi. Tanpa ada alasan atau pertimbangan apapun. Semua hanya diniatkan untuk Allah semata. Wallahualam bissawwab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: