Headlines
Loading...
Oleh. Sartika

Sebuah video viral berdurasi 30 detik yang memperlihatkan bocah tengah berhubungan intim di Tempat Pemakaman umum (TPU) kecamatan Tallo, Kota Makasar, Sulawesi Selatan menggegerkan jagad maya. Dalam video itu memperlihatkan satu anak laki-laki dan dua anak perempuan. Mereka masih berumur 7 dan 8 tahun. Dari keterangan anak lelaki ini (keterbelakangan mental) diajak oleh anak perempuan. Dan saat di tanya anak perempuan ini mengaku melihat dari handphone. (Liputan6.com, 26/4/2024) 

Terkadang kita sebagai orang tua merasa anak perlu hiburan dengan menonton televisi atau handphone, tanpa adanya pengawasan yang ketat. Kita mengira mereka akan menonton film kartun atau game saja. Tanpa kita sadari berbagai macam video negatif terpampang di layar handphone anak kita tanpa mereka mencarinya. Maka, penting sebagai orang tua untuk mendampingi anak saat mereka menonton.

Ternyata, tontonan anak dapat memengaruhi psikologinya. Melansir dari Association for Natural Psychology, anak yang terlalu banyak menyaksikan tontonan, memiliki gaya hidup yang lebih pasif. Tentunya, hal ini dapat memengaruhi pikiran dan perilaku anak. Beberapa tontonan mengandung adegan kekerasan atau hal-hal yang tidak realistis. Sehingga, menyebabkan ia mengembangkan imajinasinya dan berpikir bahwa mereka dapat melakukan hal yang serupa. Terbukti dari video yang viral di Makasar tersebut, anak-anak yang bahkan tidak tau dampak dari apa yang mereka lakukan hanya meniru yang mereka lihat. Begitulah dahsyatnya tontonan bagi anak-anak kita.

Anak usia 7 tahun harusnya masih dalam fase bermain. Di sini, orang tua harus berperan penuh mendampingi putra putrinya. Namun kenyataannya, saat ini para orang tua disibukkan dengan bekerja mencari nafkah untuk sekadar mencukupi kebutuhan hidupnya. Dalam impitan sistem kapitalis saat ini, para orang tua banting tulang dari pagi hingga petang. Sehingga, waktu bersama anak-anak sangat minim. Padahal, dalam sebuah kitab ditulis, "Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.” (Tuhfah al Maudud hal. 123).

Saat ini orang tua dipusingkan dengan mahalnya harga bahan pokok, biaya sekolah anak, bayar kontrakan, belum lagi naiknya pajak. Mau tidak mau orang tua harus memutar otak. Waktu, tenaga dan pikiran lebih banyak terfokus untuk pemenuhan segala kebutuhan rumah tangga. Sehingga, mendampingi  anak tak lagi utama. Amanah penjagaan anak terabaikan.  Tak jarang, agar anak betah di rumah maka orang tua memberikan mereka handphone dengan tujuan agar anak lebih aman. Tanpa mereka sadari, tontonan anak dapat merusak akhlak anak-anak.

Sistem saat ini kita bebas untuk mengakses apa saja dari handphone tanpa adanya batasan yang jelas. Buktinya, asal punya kouta data maka kita bisa mencari video apapun di handphone kita. Tak peduli itu baik atau buruk, bahkan iklan yang dimunculkan sering kali adalah gambar yang negatif. 

Itulah buah pahit dari penerapan sistem kapitalis yang memisahkan agama dari kehidupan atau biasa disebut dengan istilah sekuler. Dalam sistem kapitalis-sekuler ini, agama hanya boleh mengatur urusan ibadah ritual saja. Di luar itu, tidak boleh bawa-bawa agama. Dengan kata lain, masyarakat boleh berbuat sesuka hati asal bahagia. Alhasil, terjadilah kasus seperti di atas. Hal ini, dampak dari adanya kebebasan berperilaku yang dicontoh oleh anak-anak tersebut. 

Solusi di Dalam Islam

Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya penanganan yang serius dari negara dalam bidang teknologi khususnya internet, agar anak-anak kita lebih terjaga dari segi tontonan nirfaedah. Hal-hal yang negatif seharusnya dihilangkan dari handphone dan ini hanya bisa terjadi apabila Islam menjadi sistem yang diterapkan dalam sebuah negara. 

Bukan hanya dari segi teknologi saja, sistem Islam juga menjamin sandang, pangan, papan, kesehatan, keamanan juga pendidikan bagi semua umatnya. Islam akan memberi kemudahan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya melalui lapangan pekerjaan yang layak untuk kepala keluarga. Sehingga, para ibu akan lebih fokus dalam mendidik anak-anaknya menjadi generasi yang berakhlak mulia. 

Begitu sempurnanya Islam mengatur kehidupan ini. Bahkan dicontohkan oleh Rasulullah sendiri pola pendidikan terhadap anak dari usia dini. Ketika anak berumur sekitar 0-6 tahun, Rasulullah memerintahkan agar kita sebagai orang tua harus memberikan kasih sayang,l dengan adil, tanpa membedakan anak satu dengan yang lainnya. Jika anak salah, janganlah kita berlebihan memarahinya. Sebaiknya tanyakan alasannya, dengarkan dan terakhir kita jelaskan bahwa hal itu salah. Dengan kita mendidik dan bersikap baik terhadap anak, anak akan melihat dan berpikir bahwa orang tuanya patut untuk dijadikan panutan hidupnya.

Pada anak yang berusia 7-14 tahun harus diajarkan kedisiplinan dan tanggung jawab. Ajarkan kedisiplinan baik itu untuk dunia ataupun akhirat. Mulailah mengajarkan pada anak untuk selalu melaksanakan sholat 5 waktu  tepat waktu. Selain disiplin, bertanggung jawab juga harus diajarkan pada anak. Ajarkan apa yang telah diperbuatnya harus dipertanggungjawabkan hingga ke akhirat. 

Seperti hadits Abu Daud, “Perintahkanlah anak-anak kamu untuk mendirikan salat ketika berumur tujuh tahun, pukullah mereka karena meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh tahun, dan asingkanlah tempat tidur di antara mereka (lelaki dan perempuan)."

Pendidikan anak dari sedini mungkin akan membekas dalam diri anak. Dan tentunya anak dalam sistem Islam akan menjadi generasi cemerlang yang memajukan peradaban. Wallahu a'lam bissawab. [My]

Baca juga:

0 Comments: