Headlines
Loading...
Serba-serbi


Oleh. Rut Sri Wahyuningsih

Pagi tadi suami sembari fokus di depan laptopnya bertanya, "Bu, sepanjang bulan April kemarin ada tanggal merahnya, gak?” Saya lirik dengan sudut mata, wajahnya serius. Kalau diajak bercanda pasti meradang, padahal saya sudah hendak berkata, "Lha, hari Minggu itu ada empat, merah semua."

Dengan kepekaan tingkat tinggi, apalagi saya sekilas melihat deretan lajur daftar gaji karyawan, akhirnya dengan santun saya katakan, “Selain merah karena cuti bersama dan hari raya ada hari Kartini, Yah”. Hanya “heh” yang terdengar, berarti jawaban saya cukup memuaskan. 

Saya perhatikan lagi deretan angka di kalender, muncul rasa iseng, sebenarnya hari apa lagi sih yang merah? Browsinglah saya dan ... tara! muncul beberapa hari yang diperingati untuk even tertentu, baik nasional maupun internasional.

Berikut daftar hari besar nasional bulan April 2024: Hari Penyiaran nasional 1 April, Hari Persandian Nasional 4 April, Hari Nelayan Indonesia 6 April, Hari Ulang Tahun TNI Angkatan Udara 9 April, Hari Kanker Tulang Nasional 11 April, Hari Peringatan KAA di Bandung 18 April,  Hari Hansip 19 April, Hari Konsumen Nasional 20 April, Hari Bumi 22 April, Hari Angkutan Nasional 24 April, Hari kesiapsiagaan Bencana 26 April, Hari Posyandu 29 April. Ini belum semua yang saya tulis ulang, masih ada beberapa yang saya lewati. 

Heran seheran-herannya. Ada begitu banyak peringatan hari-hari, tentu bukan sekadar memberi tanda di kalender, bukan? Juga bukan sekadar bisa dikatakan sesuai jargon presiden kita “kerja, kerja, kerja”, bukan? Tentu ada maksud dan tujuannya. 

Coba kita lihat secara internasional ada hari apa saja, ternyata ada Hari Bank Dunia 1 April,  Hari Kepedulian terhadap Autisme, Hari Buku Anak Internasional 2 April,  Hari Pesta Dunia 3 April, Hari Wortel Dunia 4 April, Hari Hati Nurani Internasional 5 April, Hari Olahraga Internasional untuk Pembangunan dan Perdamaian 6 April, Hari Kesehatan Sedunia 7 April,  Hari Pengobatan Alternatif Sedunia 10 April,  Hari Internasional untuk Anak Jalanan 12 April, Hari Wanita Sedunia 26 April dan seterusnya, makin tanggal akhir even yang diperingati makin ada-ada saja.
 

Mengapa banyak hal yang diperingati? Sementara faktanya apa yang diperingati tak ada perubahan, bahkan semakin parah meski yang pasti setiap even ada kegiatan mulai dari seminar, baksos, pelayanan kesehatan gratis, pasar murah, sembako murah, dan lain sebagainya. 

Apa sih yang tidak di sistem kapitalis ini? Hari apa pun bisa diadakan, tergantung kesepakatan dan diterima atau tidaknya pengajuan tanggal tersebut kepada pemerintah untuk dibuat agenda sehingga terkesan “bermakna”. Namun, untuk solusi di sistem ini juga menggunakan kalimat yang sama “apa sih yang tidak?”. Bahkan, kesannya lebih kental dengan dibiarkan, diabaikan, dan dipelihara. 

Dan memang peringatan hari-hari ini hanyalah akal-akalan pengusung kapitalisme demokrasi yang buntu pikir menyelesaikan seluruh problematika umat. Dengan cara mereka ternyata bukannya berkurang malah tak jarang menimbulkan persoalan baru. Banyak hari malah makin perih. Perubahan yang digadang semakin jauh dari angan.

Sedikit kembali kepada euforia pemilu beberapa bulan lalu, meski kini menyisakan kekecewaan karena Paslon 2 yang menang dan MK pun membatalkan gugatan Paslon lainnya, namun satu yang menonjol,  intrik itu ada sebab isi kepala tak sepenting banyaknya suara. Sikap politik yang pragmatis ini, baik dari politisi, aktivis partai maupun rakyatnya tidak akan sukses jika ada kesadaran politik yang sahih. 

Itulah mengapa, agar suara yang didulang besar, harus ada kebodohan dan kemiskinan yang terus dipelihara. Masyarakat yang melek politik tentu tak akan mau suaranya dibeli dengan sejumlah barang atau serangan fajar sekali pun. Politisi dan aktivis parpol yang melek politik tentu tak akan menyia-nyiakan energi berjuang di ranah kosong bak menepuk angin di udara, sukses tidak boncos karena habis biaya banyak iya. Karena politik yang ia perjuangkan politik buruk. 

Kembali kepada hari-hari di atas. Sepanjang semuanya diperjuangkan di alam kapitalisme, sepanjang apa pun tak akan mendapatkan titik terang, yang ada hanya pengulangan seremonial. Bahkan, cenderung dijadikan ajang cuci tangan dari anggapan tidak mengurusi urusan rakyat, agar juga tidak dikatakan tidak peduli nasib dan masa depan rakyat. 

Dari sini, semestinya kita bisa mengambil hikmah, apa pun yang diperjuangkan, sepanjang kapitalisme-demokrasi yang menjadi wadah, maka tak akan pernah sampai pada tujuan apa pun. Adanya malah paradoks, di sisi satu kita perbaiki, di sisi lain ada pihak yang sengaja merusak. Semua bergantung kepentingan pemilik modal dan kekuasaan. 

Apakah dalam Islam ada peringatan hari-hari? Jelas tidak ada, terlebih yang berurusan dengan hajat hidup orang banyak seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan. Sepanjang sejarah kegemilangan pemerintahan Islam, sejak Rasulullah, dilanjut Khulafaur Rasyidin hingga Khalifah-khalifah yang banyak selanjutnya, semua menerapkan Islam secara kaffah dan riil. 

Tak perlu ada peringatan hari perempuan misalnya, sebab syariat telah jelas menempatkan posisi perempuan di mana, apa kontribusinya, apa hak dan kewajibannya. Negara ada hanya untuk memastikan syariat itu sempurna diterapkan. Maka, tak pernah ada dalam sejarah mencuat peristiwa demo emansipasi, pengajuan hak politik di dalam dewan (majelis umat) atau perjanjian-perjanjian kesetaraan gender dan lainnya. 

Banyaknya ulama, ahli fikih, ahli hadis, cendekiawan, dokter, fisikawan, ilmuwan dan lainnya yang namanya hingga hari ini masih membumi adalah bukti peran perempuan hakiki dan dukungan negara all out. Sekaligus membuktikan Islam bukan sekadar mengatur akidah dan ibadah pemeluknya bahkan hingga menjadi rahmat bagi dunia. Lantas, mengapa masih mengatakan sistem hari ini yang terbaik? Bahkan mengatakan kita bisa mengubah keadaan menjadi lebih baik melalui sistem hari ini. Apa perlu kita adakan Hari Fasik Sedunia?

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

“Barang siapa tidak memutuskan perkara berdasarkan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik” (QS. Al-Ma’idah: 47).

Baca juga:

0 Comments: