Headlines
Loading...
Oleh. Sri Ratna Puri

Apa yang dirasakan, ketika suami yang dinanti pulang tak kunjung datang? Pun ditambah tak memberi kabar. Tentu sebagai seorang istri, yang mempunyai sensitivitas perasaan melebihi kaum laki-laki, menjadi tak enak hati. Khawatir. Tak enak makan, tak enak pikiran. Benar? 

Sekiranya, apa yang akan terjadi bila kondisi di atas terus berulang sampai menjadi kebiasaan? Akhirnya, menumpuklah kekecewaan di pihak istri, bukan? Dan banyak yang hilang rasa kepedulian, pernikahannya menjadi hambar. Ibarat bola yang terus diisi udara, jika kondisi di atas dibiarkan, lambat laun akan menjadi ledakan. 

Mungkin kita sebagai pihak istri, bisa belajar dari bunda Hajar. Ketika ia dan bayi kecilnya, Ismail, ditinggalkan di suatu lembah gersang yang bernama Bakkah (yang saat ini disebut Mekkah) oleh suaminya, nabi Ibrahim a.s.. Bunda Hajar tak segan menanyakan, mengapa ia dan bayi merahnya ditinggalkan? Saat tak ada jawaban, bunda Hajar mengulangi lagi pertanyaan tadi. Mengapa ia dan bayinya ditinggalkan di lembah gersang tak berpenghuni? Sambil menunggu jawaban yang tak kunjung terdengar, bunda Hajar berusaha untuk berbaik sangka dan berpikir keras, pasti ada alasan kuat dari apa yang suaminya perbuat. Karena bunda Hajar, paham betul watak dan kesalihan suaminya. 

Benar saja, pertanyaan terakhirnya mampu menyibak apa yang tak mampu disampaikan oleh nabi Ibrahim. 

'Wahai Ibrahim, apakah ini perintah Allah?"

" Ya, benar. Ini perintah Allah," jawab Ibrahim a.s. pada istrinya. 

Sambil menahan kesedihan, nabi Ibrahim a.s terus berjalan. Tahukah apa yang dilakukan oleh Ibrahim? Tanpa diketahui siapa pun, nabi yang bergelar Khalilullah (kekasih Allah) ini, menitipkan serta berdoa kepada Allah Swt., untuk keluarga dan keturunannya. Dan bisa jadi, ini pun yang dilakukan oleh para suami. Kejadian ini diabadikan di dalam Al-Qur'an, surah Ibrahim ayat 37. 

رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Artinya: Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Jadi kunci keharmonisan rumah tangga, adalah  komunikasi. Dan yang paling utama, selalu mengedepankan kepercayaan satu sama lain, juga melibatkan Allah di segala ruang dan waktu. Sehingga, ketika kita dihadapkan pada hal di luar kesanggupan, menyandarkan hanya kepada Allah saja, satu-satunya jalan  keluar yang benar. Wallahu alam. Semoga kita semua, bisa memetik hikmahnya. Aamiin.

Baca juga:

0 Comments: