Headlines
Loading...

Oleh. Lilik Yani

Jelang bulan Dzulhijjah, tampak rombongan calon jamaah haji menuju bandara. Membangkitkan hati bergemuruh, bergetar rindu baitullah. "Ya Allah, semoga lain waktu, Engkau berkenan mengundang kami, beribadah di rumah-Mu."

*****

Bulan Dzulhijjah kembali datang. Seluruh penjuru negeri, yang penduduknya mayoritas muslim, InsyaAllah akan merasakan gairah dan keberkahan bulan ini. Bulan yang identik sebagai bulan haji. Maka hati yang tersentuh iman, pasti tertuju pada tanah suci. Karena di sana, ketika bulan Dzulhijjah datang, ada serangkaian peristiwa yang begitu mulia. Di mana saudara-saudara kita sedang menjalankan rukun Islam yang kelima yaitu ibadah haji.

Bersyukurlah, jika menjadi bagian tamu Allah yang diundang ke Baitullah. Mereka adalah orang-orang pilihan Allah, yang akan dijamu dengan banyak kebaikan. Tidak selalu orang kaya yang dipilih Allah untuk datang ke rumah-Nya. Walau harta banyak, bukan jaminan disentuh hatinya, sehingga tergerak untuk meniatkan diri untuk berhaji ke tanah Haji. Kesibukan dunia yang tidak ada habisnya, membuat hatinya tertutupi kabut tebal yang menghalangi datangnya hidayah.

Sebaliknya, ada orang miskin, bekerja seadanya, ada yang tukang becak, tukang parkir, dan semacamnya. Terasa tidak masuk akal jika bisa menyisihkan uang dari pendapatan yang tidak seberapa, untuk niat berhaji. Berkat kekuatan komitmen dan istikamah menabung keping-keping rupiah yang diprioritaskan untuk bisa menatap kebesaran Ka'bah secara langsung. Subhanallah, kekuasaan Allah yang bicara. Jika Allah menghendaki, siapa yang sanggup menghalangi?

Saudaraku, bersyukurlah atas karunia Allah itu. Dengan cara menjalankan setiap rangkaian ibadah haji dengan sebaik mungkin. Jangan biarkan sedetik pun terlewat sia-sia tanpa ada goresan amal saleh yang mengantarkan kepada Rida Allah dan surga.

Sementara kita yang masih belum diberi kesempatan untuk menjadi tamu Allah, bersabarlah. Kita yang masih di tanah air, juga ikut merasakan getaran hati yang luar biasa itu. Ketika kita menghadiri tasyakuran sebelum mereka berangkat, getaran hati begitu menggelora. Saat berpapasan dengan bus di jalan, yang membawa rombongan jamaah haji, hati semakin membuncah, hingga air mata meleleh tanpa sengaja.

Hanya orang-orang yang memiliki kerinduan yang luar biasa, yang dapat merasakan hati gerimis, merasakan haru, menyaksikan saudara-saudara muslimnya, bersemangat memenuhi panggilan Allah.

Saudaraku, ketahuilah siapa yang yang menggetarkan hatimu, hingga bisa menjadi lembut ketika menyaksikan orang-orang dipilih Allah untuk menjadi tamu istimewa. Perasaan itu, getaran indah di hatimu terjadi karena mendapat sentuhan hidayah dari Allah.

Allah yang Maha Menggenggam hati kita. Allah yang berkuasa membolak balik hati setiap manusia. Berbahagialah jika hatimu dipilih Allah untuk bisa merasakan getaran indah itu. Bersyukurlah dan jagalah perasaan itu. Karena tidak semua orang bisa merasakan sentuhan hidayah itu. 

Tidak semua orang bisa merasakan gerimis hatinya saat mendengar sayup-sayup talbiyah orang-orang yang berhaji. Getaran itu ada karena adanya iman di hati. Jika tidak ada iman yang bersemayam di hati, maka tidak mungkin ada getaran yang bergelora itu.

Saudara muslimku, ketika getaran itu bergelora, jangan sia-siakan kesempatan itu. Mari kita bawa getaran itu menjadi getaran kumandang doa. InsyaAllah pada kondisi seperti itu, doa-doa kita akan diijabah oleh Allah. Kondisi dimana kita terasa sangat dekat dengan-Nya. Mari kita manfaatkan untuk memohon langsung kepada Allah yang Maha Menguasai segala sesuatu.

Rasulullah saw bersabda :
"Berdoalah kalian kepada Allah dengan hati yang yakin dikabulkannya doa, dan ketahuilah sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai." (HR Tirmidzi).

Untuk berdoa dengan khusyuk kepada Allah terkadang perlu momentum. Dzulhijjah adalah momentum yang indah, karena umat muslim dari berbagai penjuru dunia berkumpul di rumah Allah (baitullah). Demi sebuah ketaatan, memenuhi panggilan Sang Pencipta. 

Yaa Allah, kami datang memenuhi panggilan-Mu. Mereka bertalbiah dengan penuh kekusyukan. Ketika seorang muslim sudah memenuhi syarat untuk berangkat haji, maka janganlah menunda dengan berbagai alasan. Kesempatan belum tentu datang dua kali. Siapa yang menjamin kalau esok kita masih ada? 

Selagi Allah menggerakkan hati kita untuk berangkat, dengan persyaratan cukup dan badan sehat. Maka segeralah memenuhi panggilan Allah dengan penuh keikhlasan. Jangan berfikir sesuatu yang belum tentu terjadi. Allah Maha Penjaga terbaik.

Bagi kita yang belum bisa berangkat ke baitullah untuk melaksanakan haji, marilah kita jadikan momentum indah ini, untuk memohon kepada Allah. Semoga suatu saat, kita diijinkan Allah untuk menjadi tamu agungnya.

Tidak ada yang sulit menurut Allah. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Tugas kita, tetap menjaga getaran-getaran indah itu, disertai dengan kekuatan niat dan berupaya maksimal untuk memenuhi syarat-syaratnya. Semoga Allah akan menunjukkan jalan terbaik bagi kita untuk bisa memenuhi panggilan-Nya.

Saudara muslimku, ini impian besarku, menjadi tamu Allah, merasakan getaran indah di depan Ka'bah. Memenuhi panggilan Allah ke baitullah. Menjalankan prosesi ibadah haji. MasyaAllah indahnya, jika itu bisa saya tunaikan di usia yang masih muda, masih kuat, tubuh sehat. Hingga syahdunya rukun-rukun haji bisa dinikmati penuh syukur dan rela.

Kenyataannya sekarang kami masih menunggu antrian. Koin haji yang kami kumpulkan baru cukup untuk mendapatkan nomor antrean. 
Entah berangkat kapan, yang pasti niat ikhlas terus ditancapkan. Semoga Allah Sang Pengatur terbaik akan mengundang kami pada saat terbaik. InsyaAllah.

Jika Allah sudah menghendaki, siapa bisa menghalangi? Tugas kita adalah upaya maksimal diiringi doa tulus memohon keridaan Allah. 

Wallahua'lam bissawab


Surabaya, 18 Mei 2024

Baca juga:

0 Comments: