Headlines
Loading...
Motivasi

Oleh. Diaht

Penerimaan seseorang terhadap manusia lainnya mempunyai dua sisi. Hari ini dia baik tetapi bisa jadi besok tidak. Apa yang bisa kita  harapkan sebagai manusia kepada manusia lainnya? Bukankah hanya akan menuai rasa kecewa saja? 

Aku mencoba berdialog dengan diriku sendiri, "Ya Allah, badanku sakit, rasanya ingin terbebas dari sakit ini, rasanya ingin sehat seperti sedia kala. Ya Allah, aku kurang sabar terhadap sakitku". 

"Ya Allah, aku difitnah, aku dibully oleh teman sekolahku, aku dibicarakan buruk oleh tetanggaku".

"Ya Allah, aku sakit hati dengan perkataan orangtuaku, aku dijauhi oleh kakak-kakakku sendiri, aku kecewa dengan suamiku, anakku sulit diatur".

"Iya, ya Allah, hari ini aku salah, hari ini aku sedih, hari ini aku kecewa. Aku rida. Bahwa aku ini milikMu, orangtua milikMu, suami milikMu, dan anak juga milikMu. Sekali lagi, aku rida, ya Allah. Semoga Engkau berikan kemudahan". 

Ekspektasi tinggi bisa menghancurkan mimpi. Membuat luka yang tersampaikan lewat air mata. Bahkan meraung "mengapa aku, Ya Allah". Meratapi nasib hingga terseret arus kesakitan mendalam. Memberi sinyal buruk kepada otak bahwa aku tidak pantas mendapat kesakitan. Sesak itu membuat sempit hati. Menolak keadaan yang tidak diinginkan. 

Tidak ada dan tidak akan pernah ada manusia satu memberikan kebahagiaan kepada manusia lainnya sesuai dengan isi kepala kita. Siapa kita yang hanya seorang hamba meminta lebih kepada sesama hamba. Bukankah satu satunya tempat bergantung kita adalah Allah? Dia yang tidak akan pernah mengkhianati. 

Bahwa sesungguhnya Allah ingin kita sebagai hamba-Nya untuk seimbang. Karena biasanya ketika ada sesuatu yang menyenangkan, secara tidak sadar membuat diri lalai. Sehingga Allah menarik hamba Nya untuk mendekat kepada Nya dengan cara memberi kesedihan atau kesakitan atau kekecewaan dan lain sebagainya. 

Sejatinya Allah tidak menjanjikan kebahagiaan hakiki di dunia, melainkan kemudahan setelah kesulitan. 
Innalilahi maal usri yusro.
(Bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan). 
Bahwa dengan menjalani apapun cerita takdir Allah adalah bentuk penerimaan tanpa menggerutu atau mengeluh. 

Menangislah karena menangis itu tidak haram, perasaan itu valid. Peluklah lukamu. Ceritakan semua kesedihanmu kepada Dia Sang Maha Setia. Bukan hanya kamu yang pernah disakiti, Rasulullah juga banyak disakiti bahkan diperangi banyak orang. Tidak apa-apa. Tenang, diri dan hatimu masih baik-baik saja. Mungkin yang hancur hanya mimpi, bukan dirimu. Tenang ya, ada Allah. Merakit kembali mimpi-mimpi itu. Tarik nafas panjang, kemudian embuskan pelan saja. 
'Alaa bidzikrillah tatmainnul qulub.

Mengalihkan segala bentuk patah hati dengan kacamata iman. Bahwa masih banyak nikmat yang sampai detik ini bisa dirasakan. Merilis segala kesakitan dengan memulihkan diri sendiri, tanpa menyalahkan siapapun, tanpa menyalahkan keadaan, tanpa mengatur Allah. Tumpahkan segalanya di atas sajadah. Bermunajat agar selalu berada di jalan Nya. Meluruskan segala niat yang sempat kusut. Agar diri ini rida. Bersiap menyambut kedatangan hati seluas samudera. Mengukir senyuman ikhlas. Menerima diri sendiri dengan suka cita. Menjalani semua semata karena-Nya. [YS]

Baca juga:

0 Comments: