Headlines
Loading...
Idul Adha Berbeda, Kapan Bersatu?

Idul Adha Berbeda, Kapan Bersatu?

Opini


Oleh. Ratty S. Leman

وَاِنَّ هٰذِهٖٓ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّاَنَا۠ رَبُّكُمْ فَاتَّقُوْنِ

"Dan sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS Al- Mu'minun ayat 52).

Mahkamah Agung Arab Saudi mengumumkan bahwa hari ini, Jumat, 7/6/2024, menjadi hari pertama bulan Zulhijah 1445 Hijriah. Artinya, hari raya Iduladha 2024 yang bertepatan dengan 10 Zulhijah di Arab Saudi akan jatuh pada hari Minggu, 16/6/2024 (Kompas.com, 7 Juni 2024).

Negara bangsa telah menyebabkan penetapan hari raya Iduladha menjadi berbeda-beda. Saudi Arabia menetapkan bahwa wukuf di Arafah dilaksanakan tanggal 9 Zulhijah 1445 H yang bertepatan dengan tanggal 15 Juni 2024. Negara-negara yang lain menetapkan Iduladha sesuai dengan pendapat ulama dan pemerintah masing-masing. 

Negara Indonesia, penetapan Iduladha dilakukan melalui beberapa metode, yakni hisab dan rukyatul hilal. Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat penentuan awal Zulhijah 1445 H pada Jumat. "Sidang Isbat ini penting untuk selalu kita laksanakan, karena masyarakat menunggu pengumuman resmi dari pemerintah," ujar Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin dikutip dari laman resmi Kemenag, Kamis (Kompas.com 6/6/2024).

Bagaimana seharusnya kita umat Islam sebagai 'umatan wahidah' (umat yang satu) melaksanakan hari raya Iduladha. Apakah boleh melakukan sendiri-sendiri sesuai dengan negara atau daerah masing-masing atau harus bersamaan? 

Berhajinya di tempat yang sama dan di dalam waktu yang sama. Tetapi mengapa yang tidak berhaji di tempat yang berbeda-beda tidak merayakan hari raya di hari yang sama?

Seluruh dunia sepakat 1 Januari sebagai awal tahun baru Masehi. Mengapa umat Islam tidak bisa bersatu dalam menentukan awal tahun baru Hijriyah sehingga berdampak kepada penentuan awal Ramadan, 1 Syawal, dan 10 Zulhijah. Inilah kekalahan politis umat Islam yang belum mau bersatu hingga hari ini.

Terjadi perbedaan hari raya di kalangan umat Islam yang setiap tahun berulang kembali. Hal itu terjadi karena adanya perbedaan cara menentukan kapan terjadinya bulan baru. Mirisnya, perbedaan yang terjadi bukan karena dalil syar’i, tetapi faktor fanatisme nasionalisme dan  ashabiyah (golongan). 

Penentuan tersebut juga tidak sesuai dengan dalil penentuan Iduladha yang menyatakan mengikuti ketetapan Amir Mekah. Maka umat sangat membutuhkan persatuan di bawah satu kepemimpinan Islam yang akan menyatukan umat termasuk dalam penentuan hari raya, yaitu Khil4fah Islamiyyah. Agar hari raya tak selalu berbeda-beda, umat butuh khil4fah segera.

Untuk mewujudkannya maka kita perlu mengajak umat agar bersatu menanggalkan ikatan-ikatan mereka selain hanya berpegang teguh kepada ikatan kokoh aqidah saja. Rasanya dari kecil kita diajarkan untuk bersatu kita teguh, bercerai-berai kita runtuh. Namun, mengapa tak mudah untuk mewujudkannya? Sulit bukan berarti tak bisa. Ayo kita optimis bahwa persatuan umat akan segera terwujud nyata sehingga kita bisa berhari raya bersama-sama di waktu yang sama meski tempat berbeda-beda. 

Bumi kita satu, matahari kita satu, bulan kita satu, Tuhan kita satu yakni Allah Subhanahu wa ta'ala. Maka bersatulah untuk menggapai rida-Nya. 

Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus. (QS Al Baqarah 213). [An]

Baca juga:

0 Comments: