Headlines
Loading...
Keluarga dengan Ketaatan yang Luar Biasa

Keluarga dengan Ketaatan yang Luar Biasa

Hikmah


Oleh. Audina Putri

Kita semua pasti sudah tidak asing lagi dengan kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ya, kisah ini selalu dikisahkan di sekolah-sekolah maupun secara turun temurun. Tentunya kita semua sudah hafal dengan kisah ini. Namun izinkan saya mengulik kembali setiap hal istimewa dalam keluarga yang mulia ini.

Nabi Ibrahim semasa kecilnya menghabiskan waktu di tempat persembunyian bersama ibunya, sebab orang tuanya takut anak mereka akan dilenyapkan oleh raja zalim bernama Namrud. Setelah masa kanak-kanak barulah ia bisa pulang dan berbaur dalam lingkungan masyarakat. Namun, ternyata orang tuanya dan masyarakat di sana adalah penyembah patung berhala.

Dalam lingkungan yang sangat buruk, Nabi Ibrahim Allah istimewakan dengan akal yang cerdas. Ia dengan berani berusaha mencari tuhannya yang sebenarnya sendirian. Melalui proses panjang dan penuh perjuangan Nabi Ibrahim mampu tetap mengokohkan akidahnya tanpa ada bimbingan dari orang tua. Atas kehendak Allah, Nabi Ibrahim akhirnya menjadi nabi yang digelari khalilullah atau kesayangan Allah.

Setelah berkeluarga, Nabi Ibrahim kembali diuji dengan sulitnya mendapatkan keturunan, hingga di usia senjanya beliau masih berdoa memohon kepada Allah agar diberikan keturunan yang saleh. Doa yang tulus itu pun Allah abadikan dalam Al-Qur'an di surah As Saffat ayat 100.

رَبِّ Ù‡َبْ Ù„ِÙŠْ Ù…ِÙ†َ الصّٰÙ„ِØ­ِÙŠْÙ†َ

Artinya: (Ibrahim berdoa,) "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (keturunan) yang termasuk orang-orang saleh.

Melihat suaminya yang sangat menginginkan keturunan, Siti Sarah merelakan Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Hajar, yang setelahnya Siti Hajar mengandung dan melahirkan Nabi Ismail kecil. Sebagai manusia, tentu saja ada perasaan cemburu yang dirasakan oleh Siti Sarah, melihat suaminya sangat bahagia menyambut anak yang sudah puluhan tahun ia nantikan.

Kebahagiaan itu tidak berlangsung lama karena Allah memerintahkan Nabi Ibrahim membawa Siti Hajar dan anaknya yang masih bayi ke sebuah padang tandus dan meninggalkan mereka di sana. Nabi Ibrahim tetap melaksanakannya dengan hati yang sedih dan terus melangitkan doa-doa meminta perlindungan untuk istri dan anaknya tercinta.

Siti Hajar begitu tegar. Sebagai seorang istri dan ibu beliau sangat luar biasa. Perasaannya tidak mengurangi dan menghalangi ketaatannya kepada Allah, serta kepada suaminya. Ketika ia tahu bahwa ia akan ditinggalkan atas perintah Allah, ia sabar dan percaya bahwa Allah tidak akan menelantarkan mereka.

Setelah Nabi Ibrahim pergi, dan perbekalannya telah habis, dengan sabar ia mencarikan air demi menghilangkan dahaga bayinya, sampai ia tak perduli pada lelah dan hausnya padahal ia telah berlari bolak-balik dari bukit Safa ke bukit Marwah. Naluri ibu selalu mengutamakan anak atas dirinya sendiri hingga akhirnya Allah berikan kepada mereka mata air yang tidak akan pernah kering hingga hari kiamat, yang saat ini dikenal dengan sumur Zamzam.

Lama tidak bertemu dan mendengar kabar, Nabi Ibrahim tak mampu menanggung rindu lebih lama, dan akhirnya mengunjungi anak dan istrinya. Betapa terkejutnya ia melihat padang tandus yang dulu tidak berpenghuni kini menjadi ramai dan sudah banyak orang bermukim. Melihat keluarganya tidak kekurangan, betapa bersyukurnya Nabi Ibrahim. Beliau sangat yakin akan pertolongan Allah.

Meskipun lama tidak dibersamai oleh sosok ayah, Nabi Ismail kecil tumbuh menjadi anak yang cerdas, kuat akidah, dan sangat patuh. Ini semua tidak lepas dari peran penting seorang ibu dalam mendidik dan menanamkan akidah pada anaknya. Belum lama bersua dengan kecintaanya, Nabi Ibrahim kembali diuji ketika Allah memintanya mengorbankan anak kesayangannya, anak yang telah lama ia tunggu.

Dengan hati gelisah, ia mencoba bertanya tentang pendapat Ismail kecil tentang perintah Allah yang diberikan kepadanya. Luar biasa sekali Ismail kecil bukannya takut, justru meyakinkan ayahnya untuk segera melakukan apa yang Allah perintahkan. Ia yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik.
Meskipun banyak godaan dari setan mereka mampu mengalahkan dan menerjang setiap hambatan.

Hingga akhirnya, di saat-saat genting, Allah gantikan Nabi Ismail dengan seekor domba. Betapa bahagianya Nabi Ibrahim melihat putra tercintanya baik-baik saja, bahkan Allah berikan hadiah kepada mereka atas ketaatan tanpa keraguan yang sudah mereka lakukan.

Sungguh perjalanan hidup Nabi Ibrahim dan keluarganya penuh dengan pengorbanan yang luar biasa. Namun Nabi Ibrahim mampu membimbing keluarganya untuk menjalankan setiap perjuangan itu dengan ikhlas dan keyakinan kepada Allah Swt. 

Allah abadikan kisah mereka di dalam Al-Qur'an untuk kita ambil hikmah dan meneladani keimanannya. Sebagian kisah pengorbanan keluarga Nabi Ibrahim juga Allah sertakan dalam rangkaian ibadah haji. Masyaallah. Sungguh Allah Swt. Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga dari kisah ini kita semua terus berusaha menggapai cinta-Nya Allah Swt., meskipun baru pengorbanan-pengorbanan kecil yang bisa kita lakukan.

Wallahualam bissawab. [An]

Baca juga:

0 Comments: