Headlines
Loading...
Ketika Ramadan Penuh Makna Itu Kupeluk

Ketika Ramadan Penuh Makna Itu Kupeluk

Kisah Inspiratif 


Oleh. Erna Kartika Dewi

Kini, ketika mendengar kata Ramadan atau bahkan ketika merasakan datangnya bulan Ramadan, ada rasa bahagia dan syukur yang tak pernah habis untuk diungkapkan. Ada banyak harap dan pinta yang terus dipanjatkan kepada Sang Ilahi Rabbi. 

Ramadan penuh makna itu ternyata baru kurasakan setelah sekian puluh tahun usiaku berjalan. Lalu, ke mana saja Ramadanku selama ini? Makna dan kesan apa yang kulalui saat Ramadan sehingga aku baru merasakan semua itu akhir-akhir ini?

Beginilah kisahku ....

Aku adalah si bungsu dari dua bersaudara yang selalu saja mempunyai banyak cerita di dalam hidup. Sejak kecil, apa pun yang menjadi keinginanku selalu dipenuhi oleh Mamah maupun tetehku termasuk ketika Ramadan datang.

Semenjak kecil hingga dewasa, Ramadan adalah bulan yang selalu kunanti-nantikan. Suasana di bulan Ramadan identik dengan keramaian. Maklumlah, keluargaku selalu berkumpul ketika sahur dan berbuka.  Kebetulan aku tinggal di rumah Kakek dan Nenek. Di sana tinggal pula para Om dan Tante. 

Di pikiranku pula saat itu, Ramadan adalah saat-saat di mana aku bisa makan apa saja. Mamah pasti menyiapkan semua makanan dan minuman serta jajanan apa pun yang aku minta. Aku pun bisa ke masjid setiap hari bersama teman-teman, meskipun salatnya masih belum khusyuk tapi aku sangat suka bermain di masjid. Terakhir, aku suka datangnya Ramadan karena saat Idulfitri, aku pasti mendapatkan hadiah uang yang banyak dari semua kerabat, mungkin karena posisiku sebagai cucu dan ponakan terkecil. Aku juga mendapatkan beberapa baju baru dan sepatu dari Mamah. 

Masyaallah, begitulah persepsi Ramadan di mata kanak-kanakku dulu. Polos dan apa adanya seperti anak-anak pada umumnya. 

Waktu pun berlalu. Usiaku makin dewasa dalam menghadapi ramadan. Tidak seheboh saat kecil dulu. Tetapi rasa bahagia ketika Ramadan itu hadir, tetap selalu ada. Hanya saja, berbeda dalam cara memaknainya. 

Sejak SD, SMP, SMA, hingga duduk di bangku kuliah, tiap Ramadan kulalui dengan cerita yang berbeda. Bahkan, ketika sudah menikah pun suasana dan cerita ramadan yang kujalani, berbeda-beda. 

Namun, ada satu hal yang membuatku sedih, setiap kali mengingat semuanya ternyata  Ramadan tidak mendorongku untuk melakukan amalan-amalan kebaikan yang bisa menambah pundi-pundi pahala jariah. Justru sebaliknya, Ramadanku hanya diisi dengan kegiatan berburu takjil, dan mencoba kuliner ini dan itu. Kegiatan berburu kuliner kulakukan selepas Asar hingga menjelang Magrib. 

Apalagi ketika hidup di Bandung, rasanya tidak ada satu pun tempat kuliner dan tempat nongkrong yang terlewatkan olehku. 
Hari-hariku sibuk dengan jadwal buka bersama para sahabatku dari berbagai lingkar pertemanan. Entah itu teman kantor, teman kampus, atau teman apa pun. Salat tarawihku tidak pernah penuh karena waktuku habis di tempat nongkrong bersama teman-temanku.  Pikiranku penuh dengan urusan duniawi saja, seperti tentang bagaimana bisa mendapatkan uang yang banyak agar bisa membeli baju lebaran, dan sebagainya. Dulu, aku sanggup berjalan lama berkeliling mal seharian penuh, bahkan berulang di hari berikutnya, hanya untuk sebuah baju lebaran.

Astaghfirullahal adzim.
Astaghfirullahal adzim.
Astaghfirullahal adzim.

Begitulah kehidupanku saat itu, sangat jauh dari Allah. Padahal Allah selalu saja mengabulkan apa yang aku minta. Ampuni aku, Ya Allah. Karena telah menjadi hamba-Mu yang sangat lalai dan sibuk dengan urusan duniawi belaka. Sibuk dengan urusan kesenangan yang penuh kesia-siaan. Padahal dalam sebuah hadis qudsi dikatakan bahwa Allah Swt. berfirman:

"Setiap amalan anak Adam adalah miliknya, kecuali puasa. Puasa adalah milik-Ku dan Aku sendiri yang akan memberikan balasannya." 
(HR. Bukhari dan Muslim).

Sebegitu indah Allah memberikan keistimewaan Ramadan untukku tetapi mengapa aku malah melewatkannya begitu saja? Tak pernah terpikirkan olehku bagaimana cara memanfaatkan waktu yang ada. Tak pernah terpikirkan olehku apakah satu menit ke depan itu masih menjadi milikku atau bukan? Dan tak pernah terpikirkan olehku bahwa yang namanya ajal itu tidak mengenal tua dan muda, sakit maupun sehat. Saat itu aku merasa bahwa aku sehat dan umurku masih panjang karena aku masih muda. Astaghfirullahal adzim ..., ampuni aku, Ya Allah.

Saat itu aku memang tidak paham, ilmu agamaku masih sangat minim, masih sebatas pemikiran-pemikiran umum. Keinginan belajar ada, hanya saja pengaruh lingkungan juga begitu besar sehingga membentukku menjadi pribadi yang seperti itu. Lagi-lagi aku hanya bisa mengucapkan astaghfirullahal adzim ..., semoga Allah mengampuni semua dosa-dosaku di masa lalu.

Sekian tahun berlalu hingga akhirnya sebuah kehidupan baru dimulai di kota yang dijuluki kota udang dan bandeng, yaitu kota Sidoarjo, tepatnya di bulan Ramadan ( 4 Juli 2015).
Awal aku menginjakkan kaki di kota ini, aku membawa serta Mamah dan anak-anakku untuk memulai kehidupan baru di sini demi berkumpul bersama suami tercinta.
Kota yang nyaris tak pernah ada dalam pikiranku untuk menjadi tempat tinggal apalagi harus meneruskan hidup di sini. 

Ternyata di kota inilah akhirnya semua  dimulai. Allah mulai menunjukkan semua kuasanya. Jungkir balik kehidupan kujalani , teman-teman baru kutemui dan ternyata sangat berbeda dengan teman-temanku sebelumnya. Berbagai ujian kehidupan termasuk ujian sakit yang begitu panjang datang menghampiriku. 

Menjalani aneka pergolakan hidup cukup membuat hidupku bagaikan sedang menaiki roller coaster. Namun akhirnya hal itu mampu menyadarkan diri ini akan semua kasih sayang Allah yang tiada batas. Sungguh Maha Baik Allah padaku. Allah pertemukan aku dengan sosok guru yang luar biasa, yang bisa membimbing aku agar tetap berada lurus di jalan-Nya. Allah kumpulkan aku di lingkungan yang baik. Allah pertemukan aku dengan teman-teman salihah yang baik hati. Mereka selalu menularkan aura kebaikan di setiap pertemuan.

Allah sibukkan aku dengan semua aktivitas yang bernilai ibadah. Yaitu mengajar di salah satu taman kanak-kanak di samping aktivitas mengaji yang telah menjadi rutinitasku semenjak berada di kota ini.

Bukan lagi uang atau materi yang menjadi target dan keinginanku tapi sebaliknya bagaimana agar rida Allah bisa kuraih, bagaimana agar aku bisa merasakan kebahagiaan yang penuh berkah, dan bagaimana agar setiap detik waktu yang kumiliki ini bisa bermanfaat dan tidak terbuang sia-sia.

Aku ingin setiap embusan napas, bahkan setiap pergerakan dalam tubuh ini, tidak ada yang sia-sia agar kelak aku bisa mempertanggungjawabkan semuanya di hadapan Allah.

Di kota ini juga, Allah memberiku ujian sakit yang lumayan panjang dan sempat membuat hidupku terasa di ujung waktu. Ada banyak hikmah yang bisa aku dapatkan di balik semua ujian itu. Mungkin Allah ingin menggugurkan dosa-dosaku yang begitu banyak. Mungkin Allah ingin mengajarkan aku arti sebuah kesehatan, kesabaran, dan keikhlasan. Allah juga ingin mengajarkan aku bagaimana cara menghargai setiap detik waktu yang aku miliki di dalam hidup ini. 
Aku merasa seperti mendapatkan kesempatan hidup yang kedua dari Allah.
Bagaimana mungkin aku mengabaikannya? Bagaimana mungkin aku melewatkan semuanya begitu saja setelah Allah menunjukkan semua kasih sayangnya padaku?

Ya Allah, Ya Rabb. 
Maha Baiknya Engkau Padaku. Aku yang selalu mengabaikan-Mu. Aku yang selalu kurang sujud dan syukurnya tetapi masih saja Engkau berikan kesempatan untuk memperbaiki diri. 

Kutekadkan azzam yang kuat di dalam hati.
Aku harus berubah menjadi lebih baik, dan aku yakin Allah pasti akan membantuku dan juga menempatkan aku bersama orang-orang yang baik. Kuubah semua persepsi tentang hidup, kuturunkan semua ego dan kebiasaan-kebiasaan di dalam hidupku, termasuk kegembiraan hatiku ketika menyambut bulan ramadan.

Ya Allah, Ya Rabb.
Aku hanya ingin mendapat rida-Mu. Aku hanya ingin melakukan semua hal yang Engkau sukai. Aku ingin semua hal yang aku lakukan adalah dari Allah, untuk Allah dan selalu Allah. 

Saat ini, bahagiaku saat menyambut Ramadan  berbeda. Ada rasa haru dan bahagia yang terkadang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Rasa syukur yang tak pernah berhenti kuucapkan karena Allah masih memberikan nikmat usia, nikmat kesehatan, nikmat waktu, serta nikmat iman dan Islam. 
Aku bersyukur karena Allah masih mengizinkan aku untuk bisa merasakan semuanya bersama orang-orang yang kucintai. Ada banyak kejutan-kejutan indah yang Allah berikan kepadaku ketika menjalani Ramadan di kota Sidoarjo ini, dan itu nyata.
Setiap tahun, setiap bertemu Ramadan selalu ada cerita indah yang muncul di sana.

Kebahagiaan ketika beribadah alhamdulillah bisa aku rasakan. Menikmati sahur dan buka bersama keluarga tercinta, menikmati indahnya salat tarawih, menikmati indahnya bercengkrama bersama ayat-ayat cinta-Mu, menikmati indahnya berbagi dengan sesama dan menikmati indahnya itikaf di sepuluh malam terakhir di penghujung Ramadan. 

Terima kasih, Ya Allah, karena telah mengizinkan aku untuk bisa memeluk Ramadan dengan penuh makna. Terima kasih karena telah membuat Ramadanku selalu terasa indahdi setiap tahunnya.
Terima kasih telah memberikan aku begitu banyak pembelajaran penuh makna dalam hidup ini. Terima kasih telah membuka mata hati ini dan membuat perubahan besar dalam hidup ini.
Dan terima kasih atas semua kesempatan yang selalu Engkau berikan kepadaku.
Siapalah aku ini, Ya Rabb? Tapi begitu sayangnya Engkau padaku.

"Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku berada di atas agamamu."  

"Ya Tuhan kami, janganlah engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk kepada kami."

Itu adalah doa yang tak pernah berhenti kupanjatkan agar Allah senantiasa menjaga keimanan dalam hati ini. Kupeluk Ramadan yang indah ini dengan penuh cinta dan berharap semoga Allah senantiasa meridai setiap jejak langkah ini. Semoga Allah menerima semua amal ibadahku dan Allah mengabulkan apa yang menjadi hajat dan keinginanku. 

Amin amin, Ya Rabbal Alamin.

Aku pun berdoa semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan dan limpahan kasih sayang teruntuk semua guru-guruku dan juga semua sahabat salihahku yang telah banyak memberikan pengaruh besar dalam hidupku. Termasuk di dalamnya Teteh tercintaku, Neni Arini yang cintanya nyaris tak pernah ada habisnya untuk adik semata wayangnya ini.
Sungguh aku sangat bersyukur dan bahagia memiliki mereka semua. Muliakanlah mereka semua, Ya Rabb, dimanapun mereka berada.

Kebahagiaan ini juga terasa semakin lengkap karena ini merupakan Ramadan kedua yang aku jalani setelah bergabung dengan komunitas yang sangat keren yaitu komunitas Sahabat Surga Cinta Qur'an (SSCQ).
SSCQ merupakan komunitas yang banyak memberikan perubahan besar di dalam hidup, banyak memberikan pembelajaran dan pengalaman baru serta indah dalam hidupku. Lagi-lagi, sungguh indah jalan cinta dari Allah yang pada akhirnya bisa mempertemukan aku dengan seorang sosok hebat berhati mulia yang luar biasa yaitu Bunda Lilik S. Yani  beserta sahabat surga yang begitu banyak di dalamnya, sahabat surga penuh cinta yang membuatku seperti mempunyai saudara baru di dalam hidupku.

Bahagiakanlah Bunda Lilik dan semua sahabat surgaku, Ya Rabb. Naungilah mereka dengan keberkahan dan kasih sayang-Mu, Ya Allah. Sungguh mereka semua adalah orang-orang yang sangat berarti di dalam hidupku.

Berkahilah Ramadanku, jadikan ramadan ini semakin indah dan penuh makna dan terimalah semua amal ibadahku di bulan Ramadan ini. Izinkan aku agar bisa bertemu kembali dengan Ramadan-Ramadan di tahun berikutnya.

Amin, amin, Ya Mujibassailin.

Sidoarjo, 28 Maret 2024

Baca juga:

0 Comments: