Headlines
Loading...

Oleh. Eka Suryati 

Banyak kisah menarik tentang perjuangan orang-orang yang dianggap biasa saja oleh sebagian orang, namun ternyata menyimpan rasa cinta yang begitu tulus, cinta kepada Rabbnya tanpa batas.

Terkadang kita sering menganggap manalah mungkin orang biasa bisa naik haji. Bukankah jika ingin naik haji, harus mampu dulu. Mampu secara harta maupun hati. Banyak yang hartanya begitu banyak, namun panggilan beribadah haji tak kunjung tiba. Mereka bahkan enggan berhaji karena dianggap tiada manfaatnya, buang-buang waktu saja, bahkan buang-buang uang saja. Kalau sudah demikian mana mungkin dia akan berpikir untuk melaksanakan ibadah haji.

Namun tak jarang, mereka yang kemampuan finansialnya biasa-biasa saja, bahkan terkadang serba kekurangan, keinginan hatinya begitu kuat untuk berangkat ke Tanah Suci. Berbagai cara yang halal mereka upayakan. Dari menabung sedikit demi sedikit, sampai doa-doa yang khusuk pun dipanjatkan, semoga Allah mengabulkan segala pinta. Bukankah tak ada yang mustahil, jika Allah yang sudah berkehendak. Tinggal bagaimana keinginan kita, dan sejauh mana kita bermohon pada Allah, merayunya dengan doa yang khusuk dan usaha dengan segala kemampuan yang ada.

Adalah kisah seorang bapak yang bernama Hasan, ia adalah salah satu hamba Allah, yang dipanggil Allah untuk berangkat ke tanah suci, karena  keinginannya yang begitu kuat. Niat untuk naik haji begitu terpatri di hati sanubarinya yang terdalam. Kisah Pak Hasan semoga menjadi teladan. Mencintai Allah tak akan pernah sia-sia. Beginilah kisah Pak Hasan, seorang rakyat kecil yang bisa memenuhi panggilan Ilahi.

********************

Di sebuah desa kecil yang damai dan asri, hiduplah seorang lelaki tua bernama Pak Hasan. Setiap pagi, tanpa mengenal lelah, beliau menyiapkan dagangan bubur kacang hijaunya yang terkenal lezat. Di sudut pasar, gerobak sederhananya selalu menjadi tujuan para pembeli yang ingin menikmati sarapan yang hangat dan mengenyangkan. Meski hidup sederhana, Pak Hasan selalu memancarkan aura kebahagiaan dan ketulusan. Senyuman selalu beliau sunggingkan jika para pembeli membeli dagangannya. Itulah sebabnya juga, dagangan Pak Hasan menjadi laris.

Selain itu, Pak Hasan dikenal oleh warga desa karena kebiasaannya yang suka menolong. Pak hasan juga sangat taat dalam beribadah. Setiap hari, selepas salat subuh beliau dan istri selalu bertilawah. Setelah itu Pak Hasan mulai menyiapkan buburnya sambil terus berzikir dan berdoa. Ada satu doa yang tak pernah luput dari bibirnya. Doa itu merupakan bentuk keinginannya yang begitu kuat.

"Ya Allah, mudahkanlah jalanku untuk bisa menunaikan ibadah haji ke Baitullah." Begitu doa yang dilirihkan Pak Hasan kepada Allah.

Cita-cita ini sudah lama ia pendam, meski sadar bahwa dengan penghasilan sebagai penjual bubur, kesempatan untuk menunaikan ibadah haji tampak seperti mimpi yang jauh. Kata orang-orang yang mendengar keinginan Pak Hasan, bagaikan mimpi di siang bolong, jauh dari kenyataan. Begitu yang sering didengar olehnya bila dia sedang mengutarakan cita-citanya kepada kawan-kawannya.

Namun Pak Hasan tak pernah berputus asa. Ada Allah yang akan mendengarkan segala pinta. Ada Allah yang akan memampukan diri, hal yang mustahil bisa saja terjadi, kalau Allah sudah berkehendak. Pak Hasan adalah contoh nyata dari seorang hamba yang berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Setiap hari, ia bekerja keras sambil terus berdoa dan berharap. Dalam kesibukannya, Pak Hasan tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang Muslim. Salat lima waktu, membaca Al-Qur'an, dan berzikir menjadi bagian dari rutinitasnya yang tak pernah terlewat. Setiap ada kesempatan Pak Hasan memperbarui wudunya dan mulai bertilawah. ltu semua dia lakukan jika sedang tak ada pembeli yang berkunjung.

Selain itu, Pak Hasan selalu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk bersedekah, meskipun jumlahnya tidak seberapa. 

"Bukankah sedikit yang ikhlas lebih berarti di hadapan-Mu, ya Allah," katanya kepada dirinya sendiri. 

Kedermawanan dan kesederhanaannya membuatnya disayangi oleh semua orang di desanya. Ia selalu siap membantu siapa saja yang membutuhkan, meskipun dirinya sendiri sering kali berada dalam keterbatasan. Ia menolong sebisa yang ia lakukan, namun dengan penuh kesungguhan hati.

Pak Hasan memiliki seorang istri yang setia, Bu Ambar, yang selalu mendukung dan menyemangatinya. Mereka sering kali berbincang tentang impian besar Pak Hasan untuk pergi haji.
 
"Kita harus terus berdoa dan berusaha, Pak. Insyaallah, jika kita ikhlas, Allah pasti akan mendengar doa kita," kata Bu Ambar dengan penuh keyakinan. 

Dukungan dari istrinya membuat Pak Hasan semakin kuat dan bersemangat. Ia seorang yang sangat tawakal. Meskipun Allah tak memberinya keturunan, namun keluh tak pernah ia perdengarkan. Protes tak pernah ia layangkan kepada Allah, sang penguasa kehidupan. Pak Hasan dan Bu Ambar yakin Allah lebih mengetahui apa yang terbaik bagi mereka.

Waktu terus berlalu, dan Pak Hasan tetap gigih dalam usahanya. Meski tabungannya bertambah sedikit demi sedikit, ia tidak pernah merasa putus asa. Setiap uang yang ia masukkan ke dalam celengan menjadi saksi dari ketekunan dan harapannya yang besar. Setiap malam, Pak Hasan selalu bermunajat kepada Allah, memohon agar impiannya bisa segera terwujud.

Suatu pagi, datanglah seorang pria ke gerobak Pak Hasan. Pria itu bernama Pak Fikri, seorang pengusaha sukses yang sedang berkunjung ke desa tersebut. Pak Fikri tertarik dengan aroma bubur kacang hijau yang harum, dan memutuskan untuk mencicipinya. Setelah menikmati semangkuk bubur, Pak Fikri terkesan dengan rasa yang lezat dan pelayanan yang ramah dari Pak Hasan. Mereka pun berbincang-bincang panjang lebar dan penuh kehangatan.

Pak Fikri kagum dengan kesederhanaan dan keikhlasan Pak Hasan. Dalam percakapan mereka, terungkaplah keinginan besar Pak Hasan untuk menunaikan ibadah haji. 

"Setiap hari saya berdoa kepada Allah, semoga suatu saat saya bisa pergi ke Tanah Suci," kata Pak Hasan dengan mata yang berbinar penuh harap.

"Wah, Pak Hasan hebat, dalam kesederhanaannya memiliki keinginan yang luhur." Pak Fikri menjawab  sambil tersenyum.

Hati Pak Fikri tergerak. Ia merasa ada sesuatu yang istimewa dalam diri Pak Hasan, yaitu ketulusan dan keikhlasan yang jarang ia temui. Setelah beberapa kali berkunjung dan lebih mengenal Pak Hasan, Pak Fikri memutuskan untuk membantu mewujudkan impian besar tersebut. Tanpa sepengetahuan Pak Hasan, Pak Fikri mulai mencari informasi tentang biaya haji dan merencanakan cara untuk memberikan bantuan.

Pada suatu pagi yang cerah, ketika Pak Hasan sedang sibuk menyiapkan dagangannya, datanglah Pak Fikri membawa kabar gembira. 

"Pak Hasan, boleh minta waktunya sebentar saja" kata Pak Fikri dengan senyum hangat. 

"Saya ingin berbicara tentang sesuatu dengan Bapak." Kata Pak Fikri kembali.

Pak Hasan pun menghentikan pekerjaannya dan mendengarkan dengan penuh perhatian.

"Pak Hasan, saya sangat kagum dengan ketulusan dan kerja keras Bapak. Allah telah memberi saya rezeki lebih, dan saya ingin membantu Bapak untuk mewujudkan impian Bapak menunaikan ibadah haji," ujar Pak Fikri dengan tulus.

Pak Hasan tertegun, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. 

"Pak Fikri, apakah ini benar? Apakah saya tidak sedang bermimpi?" tanyanya dengan suara bergetar. 

Pak Fikri mengangguk dan berkata, "Benar, Pak Hasan. Ini adalah bagian dari rezeki yang Allah titipkan kepada saya untuk membantu sesama. Bapak berhak mendapatkan kesempatan ini."

Air mata haru pun mengalir dari mata Pak Hasan. Beliau segera sujud syukur, mengucapkan rasa syukur kepada Allah. Tidak lupa ia mengucapkan terima kasihnya kepada Pak Fikri yang telah menjadi jalan untuk mewujudkan impiannya.

"Terima kasih, Pak Fikri. Semoga Allah membalas kebaikan Bapak dengan berlipat ganda," ucap Pak Hasan dengan suara yang penuh emosi.

Berita tentang kebaikan Pak Fikri dan keberangkatan Pak Hasan beserta istrinya menunaikan ibadah haji segera menyebar di desa tersebut. Warga desa merasa bahagia dan bangga memiliki sosok seperti Pak Hasan yang akhirnya dapat meraih mimpinya. Mereka mengadakan syukuran sederhana sebagai tanda dukungan dan doa agar perjalanan Pak Hasan ke Tanah Suci lancar dan penuh berkah.

Hari yang dinanti-nanti pun tiba. Pak Hasan dan Bu Ambar berangkat ke Tanah Suci dengan hati yang penuh rasa syukur dan kebahagiaan. Di setiap langkahnya, Pak Hasan selalu memanjatkan doa dan bersyukur atas karunia yang diberikan Allah Swt..  Ibadah haji yang selama ini hanya ada dalam mimpi, kini menjadi kenyataan yang indah.

Selama di Tanah Suci, Pak Hasan dan Bu Ambar melaksanakan semua rukun haji dengan khusuk dan penuh rasa syukur. Setiap saat, Pak Hasan tidak henti-hentinya mengucapkan doa dan terima kasih kepada Allah. Di hadapan Ka’bah, Pak Hasan menangis haru, mengenang semua perjuangan dan doa yang akhirnya terjawab. 

"Ya Allah, syukurku yang tak terhingga atas rahmat dan kasih sayang-Mu. Engkau telah mendengar doa hamba-Mu yang lemah ini," doanya dengan penuh kesungguhan.

"Benar-benar tak ada yang mustahil, ya Allah. Jika Engkau sudah berkehendak, maka semuanya bisa terjadi dalam sekejap mata," kembali Pak Hasan melantunkan doa-doanya.

Bu Ambar ikut terharu, mendengarkan doa-doa Pak  Hasan. Pak Hasan seakan memuaskan hasratnya untuk berdialog mesra dengan Allah. Ibadah-ibadah sunah pun ia kerjakan. Hari-hari yang dijalankan Pak Hasan dan Bu Ambar penuh ibadah, ibadah yang dilakukan dengan hikmat dan rasa cinta kepada Allah.

Sekembalinya dari Tanah Suci, Pak Hasan dan Bu Ambar disambut dengan hangat oleh warga desa. Mereka menjadi inspirasi bagi banyak orang tentang pentingnya ketekunan, doa, dan keikhlasan dalam mencapai impian. Pak Hasan melanjutkan hidupnya dengan lebih bersemangat dan terus berbagi kisah perjalanannya untuk menginspirasi orang lain agar tidak pernah menyerah dalam meraih mimpi.

Pak Hasan selalu mengingatkan orang-orang bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. 

"Jika kita bersungguh-sungguh dalam berdoa dan berusaha, Allah pasti akan memberikan jalan," katanya kepada warga yang diajak bicara. 

Cerita hidup Pak Hasan menjadi bukti nyata bahwa dengan doa, usaha, dan ketulusan, tidak ada yang tidak mungkin. Impian yang tampak jauh di mata manusia, sangat dekat bagi Allah yang Maha Kuasa. 

Dan demikianlah, kisah seorang tukang bubur sederhana dari desa kecil akhirnya bisa menunaikan ibadah haji. Semua terjadi berkat ketekunan, doa, dan pertolongan dari Allah yang Maha Pemurah. Cerita Pak Hasan menjadi bukti bahwa keajaiban itu nyata dan bisa terjadi kepada siapa saja yang memiliki keyakinan akan cinta Allah yang begitu besar kepada hamba-Nya. [Ni]

Kotabumi, 9 Juni 2024

Baca juga:

0 Comments: