Headlines
Loading...

Oleh. Sri Ratna Puri

Semua manusia, dianugerahi Allah Swt naluri mempertahankan diri. Bentuk dari pertahanan diri ini, salah satunya ada pada rasa takut. Takut pada sesuatu yang lebih dari dirinya, takut karena keberadaan manusia sebagai makhluk yang bersifat lemah dan terbatas. 

Namun rasa takut ini, harus diletakkan pada tempatnya. Bukan takut kepada makhluk. Seperti takut pada setan, uka-uka, kuntilanak, genderuwo, dkk., apalagi dikomersilkan dengan difilmkan supaya menghasilkan cuan. Atau, sengaja menyuburkan tumbuhnya rasa takut pada masyarakat dengan menyebarkan virus TBC (Tahayul, Bid'ah dan Curafat), yang membahayakan akidah umat. Akhirnya, lebih percaya pada dukun, peramal, tukang tenung, primbon, ahli supranatural, dll., dibanding percaya kepada Allah Swt, Sang Mahapencipta segalanya. 

Terkait rasa takut, memang ada upaya Iblis memanfaatkan, dengan sengaja menghadirkan rasa takut pada benak manusia. Tujuannya, dalam rangka menyesatkan. Supaya apa? Supaya manusia lalai dari perintah Allah, supaya manusia berbuat dosa, akhirnya menjadi bagian yang merusak dunia, dan menjadi teman yang menemaninya di neraka. Na'uzubillah

Iblis tak akan tinggal diam. Merasa tak  bisa tenang, merasa ada tantangan ketika menyaksikan seorang hamba berniat akan melakukan ketaatan, di saat menjalankan dan selesai melaksanakan. Dia akan berupaya sekuat tenaga untuk menggagalkan. Ada saja idenya. Ada saja celah jalan yang ditemukannya. Sebagaimana pada kisah Iblis, berusaha menggoda keluarga nabi Ibrahim a.s..

Disebutkan, bahwa sebelum melaksanakan perintah Allah Swt, nabi Ibrahim dihadang Iblis. Iblis meminta agar Ibrahim mengurungkan niatnya untuk mengorbankan Ismail. Anak semata wayangnya. Anak laki-laki yang dinanti, pewaris keturunannya nanti. Namun Ibrahim menolak. Tekadnya sudah membulat. Ia lalu mengambil tujuh buah batu kerikil, yang kemudian dilemparkan ke arah Iblis. Bismillahi Allahu Akbar! Iblis pun menghilang.

Tak patah arang, Iblis kemudian muncul lagi, dan ia mendatangi bunda Hajar. Iblis mengira, setiap wanita pasti akan lebih mudah digoda. Wanita, makhluk yang lebih lemah. Lebih dominan bermain perasaan, sehingga tentu tak akan membiarkan sesuatu datang  mengancam dirinya dan keluarganya. Terlebih, bila pihak yang terancam, adalah mengenai keselamatan nyawa anaknya.

Iblis membujuk bunda Hajar, agar segera menghentikan langkah kaki suaminya, Ibrahim, untuk menyembelih Ismail. Ternyata, usaha Iblis di kali kedua ini pun, gagal. Iblis mendapatkan tujuh kali lemparan batu kerikil dari bunda Hajar. Bismillahi Allahu Akbar! Badan Iblis terbakar. 

Tak mau mengakui kekalahan, untuk terakhir kali, Iblis membujuk Ismail, supaya menolak ajakan nabi Ibrahim. Tapi justru Ismail yang paling teguh pendirian dan ia meyakinkan kepada ayahandanya, untuk segera menunaikan perintah Allah menyembelih dirinya. Meski perintah itu hanya lewat mimpi, tapi kejernihan hati dan kedewasaan cara berpikir Ismail,  bisa memahami, bahwa itu benar-benar perintah Ilahi. Ismail hanya berharap, agar dirinya mendapatkan balasan, yaitu bisa digolongkan pada orang-orang yang sabar. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al-Qur'an, surah As-Saffat ayat 102.

قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ...

Artinya: "..Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar."

MasyaAllah. Ketiga peristiwa di atas, menunjukkan kualitas keimanan yang luar biasa, dari orang-orang yang istimewa, dan menjadi contoh bagi kita semua. Ternyata, Iblis bisa tak berdaya, ketika berhadapan dengan manusia yang tak gentar serta berpegang pada keimanan. Manusia yang tak ada rasa takut-takutnya. 

Peristiwa lempar jumrah ini, selain berhasil mengalahkan dan mengusir Iblis, sekaligus menjadi simbol permusuhan abadi antara Iblis dan manusia, yang berlaku sampai berakhir dunia. 

Peristiwa lempar jumrah (yang artinya melempar dengan batu kerikil) ke arah Iblis, baik Jumrah Ula atau kecil, yang artinya pertama, Jumrah Wustha atau pertengahan, maupun Jumrah Aqabah atau Kubra yang artinya besar, menjadi bagian dari rangkaian rukun ibadah haji. Di mana lempar jumrah, diperintahkan kepada umat-umat selanjutnya, termasuk pada umat nabi Muhammad. 

Kita akan menyaksikan, ribuan, bahkan jutaan manusia yang beriman, datang dari segala penjuru dunia dengan segala macam warna, ukuran badan dan tempat asal, semua melakukan rangkaian rukun haji, termasuk lempar jumrah ini. Artinya, setiap tahun, umat Islam telah diwakilkan para jamaah haji dalam prosesi melempari Iblis ini, serta diingatkan kembali permusuhan abadinya antara Iblis dan manusia. 

Maka, jangan lagi takut pada godaan Iblis beserta antek-anteknya. Yakin kita bisa lebih mulia, ketika Allah jadi tujuannya. Tapi, takutlah ketika melalaikan perintah Allah, takutlah ketika menghalangi orang para pejuang yang mendakwahkan perintah Allah, takutlah pada murka yang dijanjikan Allah. Jangan sampai kita termasuk pada golongan di cerita awal, yaitu golongan yang dilempari jumrah. 

Wallahu alam.

Baca juga:

0 Comments: