Headlines
Loading...
Memetik Hikmah dari Keteladanan Nabi Ismail

Memetik Hikmah dari Keteladanan Nabi Ismail

Hikmah


Oleh. Tini Ummu Faris 

Dzulhijjah penuh berkah dan hikmah. Tak hanya berhaji, kita pun selalu diingatkan dengan syariat berkurban. Dalam Al-Qur'an diabadikan kisah berkurban yang diawali dengan perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra tercintanya, Nabi Ismaili.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَا لَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْۤ اَرٰى فِى الْمَنَا مِ اَنِّيْۤ اَذْبَحُكَ فَا نْظُرْ مَا ذَا تَرٰى ۗ قَا لَ يٰۤاَ بَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِيْۤ اِنْ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْن

"Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.""
(QS. As-Saffat 37: Ayat 102).

Dalam ayat tersebut, tergambarkan bagaimana bijaksananya seorang ayah yang meminta pendapat terlebih dahulu kepada putranya. Nabi Ismail begitu tawakal atas yang disampaikan ayahnya tersebut. Nabi Ismail berkata, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu." Masyaallah, luar biasa ketaatan Nabi Ismail, tanpa tawar menawar atau alasan penolakan lainnya. Sami'na wa atha'na. 

Ibrah yang bisa dipetik dari kisah tersebut, diantaranya ketaatan seorang anak merupakan hasil tempaan, hasil didikan orang tua. Pengokohan iman sejak dini betul-betul ditanamkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Ketaatan Nabi Ismail yang taat tanpa tapi tanpa nanti merupakan hasil yang melalui proses panjang. Mendidik tak bisa instan, tetapi harus sejak jauh-jauh hari sebelum pernikahan. 

Begitupun Nabi Ismail, bisa menjadi taat yang totalitas tidaklah instan. Nabi Ismail merupakan hasil penantian panjang Nabi Ibrahim yang istikamah melangitkan doanya. Dalam QS. As-Saffat ayat 100 Allah mengabadikan doa Nabi Ibrahim, 
رَبِّ هَبۡ لِىۡ مِنَ الصّٰلِحِيۡنَ

"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh."

Doa orang tua mustajab. Inilah yang harus kita yakini dan senantiasa istikamah mendoakan anak-anak kita. Hal yang terpenting lainnya yaitu penguatan akidah dimulai dari pembinaan kepada anak-anak sejak dini. Dalam hal ini kita diingatkan untuk menjadi orang tua yang siap membersamai menjaga amanah buah hati.

Nabi Ismail tak ragu dengan kabar yang disampaikan ayahnya tentang perintah menyembelih dirinya. Tak menganggap ayahnya seorang yang aneh atau perintah tersebut ditolaknya. Nabi Ismail percaya bila hal itu merupakan perintah Allah. Dalam perintah Allah pasti ada kemaslahatan. 

Ibrah yang bisa kita petik yaitu pengorbanan tanpa batas dan ketaatan tanpa tapi tanpa nanti. Sebagai seorang anak kemungkinan sedih bahkan kecewa mengapa ayahnya rela mengorbankan dirinya. Namun sami'na wa atha'na-nya Nabi Ismail begitu luar biasa. 

Bercermin dari pengorbanan dan ketaatan Nabi Ismail, akankah terwujud pada diri kita? Taat pada semua perintah Allah, itulah yang harus kita lakukan. Saat Allah memerintahkan salat, puasa, berhaji, sedekah, menjauhi riba, menjauhi makanan yang diharamkan, khamr, judi, juga perintah dan larangan lainnya, kita harus menjalankannya dengan totalitas. Tidak setengah-setengah atau memilah dan memilih mana yang enak untuk kita. Semoga kita bisa menjaga ketaatan kita kepada Allah, tanpa tapi dan tanpa nanti. 
Wallahualam bishawab. *[Hz]*

Baca juga:

0 Comments: