Headlines
Loading...
Oleh. Maya Rohmah

Sungguh, Nabi Ibrahim a.s. adalah suri teladan yang baik bagi setiap mereka yang menghadapi kesulitan. Apalagi jika kesulitan yang dialami dihadapi ketika sedang mensyiarkan ajaran Islam dan mendakwahkannya. 

Nabi Ibrahim a.s. karena kebaikan serta kesabarannya menghadapi berbagai ujian kehidupan mendapatkan gelar ulul azmi yakni gelar yang diberikan kepada para nabi yang memiliki keteguhan hati yang tinggi. Meski diterpa berbagai rintangan saat menjalankan tugas menyampaikan perintah Allah, dia tetap sabar dan bertekad untuk mampu melewatinya. 

Bersemangat dalam Mencari Kebenaran

Ibrahim a.s. merupakan anak dari seorang penyembah berhala. Ayahnya bernama Azar, seorang tokoh yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Ia dikenal luas sebagai pembuat patung terbaik di masanya. Meskipun Ibrahim adalah anak dari seorang  pembuat patung berhala, dia tidak lantas meyakini begitu saja jika Tuhannya adalah berhala-berhala tersebut. Baginya itu sungguh tidak masuk akal. Dia pun sempat berpikir apakah tuhannya adalah matahari, bulan atau alam semesta? Namun, semua itu ditepisnya. Dia yakin, benda mati tidak dapat melakukan apa pun atau mengendalikan dirinya sendiri.

Berbekal kesungguhan untuk mencari kebenaran, Ibrahim terus berpikir dan meneliti siapakah tuhannya. Hingga akhirnya, dia menemukan Allah Swt. sebagai Tuhan yang benar. Allah-lah yang menciptakan alam semesta, bukan yang lain.  Ibrahim dan manusia lainnya memang tidak dapat melihatnya karena Allah memiliki sifat immaterial yang berbeda dengan manusia.

Dari Nabi Ibrahim a.s. kita belajar untuk memiliki sifat selalu haus akan kebenaran dan tidak pernah menyerah untuk menemukan apa yang kita yakini sebagai kebenaran. Panduan untuk menemukan kebenaran itu jelas kita sudah punya, yaitu Al-Qur'an dan Sunnah. 

Sembari menemukan kebenaran dari setiap permasalahan, jangan lupa untuk selalu berdoa agar ditetapkan dalam kebenaran.

اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّـبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Artinya: "Ya Tuhanku, tunjukkanlah kepada kami kebenaran sehingga kami mampu untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah kepada kami kebatilan sehingga kami mampu menjauhinya."

Komitmen di Jalan Dakwah 

Setelah mengetahui siapa Tuhannya, Nabi Ibrahim tidak diam berpangku tangan. Dia 
giat berdakwah kepada jemaahnya dan mengajak jemaahnya untuk bergabung dengannya di jalan yang lurus. Namun, tidak ada seorang pun yang menerima dakwah beliau kecuali dua orang, yaitu Sarah yang kemudian menjadi istri beliau, dan Luth yang kemudian juga diangkat sebagai Nabi. 

Selain menghadapi tantangan dakwah dari jemaahnya, Nabi Ibrahim juga harus berhadapan dengan seorang penguasa yang kuat dan lalim pada masa itu, yaitu Raja Namrud. Meski demikian, Nabi Ibrahim tak gentar, selalu sabar dan semangat dalam mengemban dakwah.

Nabi Ibrahim tak lelah untuk berdoa meminta pertolongan kepada Allah untuk kebaikan umatnya. Hal ini diabadikan di dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 126:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَٱرْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنْ ءَامَنَ مِنْهُم بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُۥ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُۥٓ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ

Artinya : Dan (ingatlah) saat Ibrahim berdoa: “Ya Rabb, jadikanlah (Makkah) negeri yang aman dan karuniakanlah kepada para penghuninya (termasuk orang-orang beriman) rezeki berupa buah-buahan. Kepada Allah dan Hari Akhir, Dia (Allah) berfirman: “Dan kepada orang  kafir Aku akan memberikan kesenangan sementara, kemudian Aku akan memaksanya ke dalam siksa Neraka, dan itu adalah tempat terburuk untuk kembali.”

Maka, bercermin pada Nabi Ibrahim, kita pun harus tetap semangat dan sabar dalam  berdakwah. Ketika menemui obyek dakwah dengan segala karakternya, bersabar. Berinteraksi dengan sesama pengemban dakwah dalam sebuah jemaah dakwah, harus bersabar juga. Begitu pun ketika dipersekusi, dituduh radikal, berbahaya, dan memecah belah bangsa. Lalu khilafah sebagai ajaran Islam dan opini dakwahnya dicap negatif.  

Allah memerintahkan kepada kita untuk bersikap sabar, sebagaimana Dia memerintahkan hal demikian kepada Nabi Muhammad, “Bersabarlah kamu (wahai Muhammad) dan tidaklah kesabaranmu itu melainkan atas pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan”. (QS. an Nahl: 127-128)

Di dalam surah Al Ahqaf ayat 35 disebutkan bahwa, “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang teguh hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.

Penutup

Saudaraku, kita diperintahkan untuk bersabar dalam dakwah ini, hingga datangnya pertolongan dari Allah Sang Maha Kuasa.

Wallahualam bishawab.

Baca juga:

0 Comments: