Headlines
Loading...

Oleh. Nunik Umma Fayha

"Janganlah kalian mencari penerangan dengan api orang-orang musyrik.” (HR. Al-Bukhari, Ahmad, Al-Nasa’i, Al-Baihaqi) 

Sungguh sangat jelas pesan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam agar kita tidak mengambil cara yang tidak sesuai tuntunannya dalam urusan umat.  Bagaimana perilaku Yahudi dari masa lalu sampai sekarang nyaris hanya berbeda bentuk. Mereka suka berkhianat dan merasa jadi bangsa terbaik hingga menganggap rendah, memandang remeh bangsa lain.


_Dukungan Amerika dan Inggris_ 

Inggris adalah sponsor proyek Zionis mewujudkan negara Israel Raya melalui Deklarasi Balfour 1917. (cnbcindonesia.com, 18/12/2023).

Selepas kejatuhan Utsmani, Palestina berada di bawah mandat Inggris yang memerintah mulai 1922. Pada masa ini bangsa Yahudi mulai berimigrasi masuk Palestina dari berbagai belahan dunia. Pada April 1947, Inggris yang mulai merasa berat mengurus, menyerahkan mandat Palestina pada PBB (britannica.com/topic/United-Nations-Resolution-181). 

PBB setuju mengakhiri mandat Britania untuk Palestina pada 29 November 1947 berlaku dari 01 Agustus 1948, untuk berakhirnya konflik bangsa-bangsa Arab dengan Yahudi dengan membagi wilayah Palestina dalam Rencana Pembagian Palestina yang kemudian dikenal sebagai Resolusi 181 tahun 1947 yang disetujui 33 negara, 13 negara menolak dan 10 negara netral (wikipedia.org). 

Amerika telah mendukung Israel sejak 1948 dan terus menguat sampai saat ini menjadi pendukung utama negeri Zionis-Israel. Joe Biden saat masih menjadi Senator, 1986, menyebut bahwa,"Jika tidak ada Israel maka Amerika harus menciptakannya."
Pernyataan ini menunjukkan posisi penting Israel bagi Amerika. Selain sebagai penegak hukum, Israel juga sebagai pos terdepan hegemoni Amerika di Timur Tengah. 

Sebaliknya pengaruh Israel dalam peta politik Amerika juga sangat besar. Kita bisa melihat bagaimana gigihnya Amerika menentang setiap kebijakan PBB yang berpotensi melemahkan Israel. Veto Amerika kerap memandulkan banyak resolusi yang digagas di forum Dewan Keamanan PBB (cnbcindonesia.com, 18/12/2023).

Ikatan sejarah dan ekonomi Amerika dengan Israel sangat kuat. Besarnya perdagangan barang dan jasa nilainya mencapai US$50 atau senilai Rp. 770T dengan nilai kurs USD 1 = Rp. 15.400,- juga menjadi pengikat. 
Presiden Biden bahkan tak segan memgajukan dana besar untuk bantuan militer Israel dan Ukraina (cnbcindonesia.com, 21/11/2023).

_Palestina Bangsa Pilihan_

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu.....” (QS. Âli Imrân [3]: 118).

Kondisi Gaza saat ini hanya wilayah penuh puing bukti kehancuran bukti kebiadaban bangsa Zionis. 
Sekitar 1.5 juta pengungsi harus terus berada dalam kewaspadaan tinggi sebab bisa saja sewaktu-waktu mereka menjadi sasaran penembak jitu yang mengambil sasaran acak. Atau tiba-tiba entah ketika sedang beraktivitas atau sedang bersiap tidur tiba-tiba bom dimuntahkan ke arah mereka oleh tentara tak bernurani, IDF yang selalu berdalih menyerang Hamas.

Rafah yang pernah mereka klaim sebagai daerah pengungsian saat ini justru menjadi wilayah utama sasaran amuk putus asa Israel. 
Wanita dan anak-anak adalah sasaran yang tak mereka akui. Sebab mereka jerih dengan para Muslimah Gaza yang meski dalam keadaan sedemikian susah masih tetap mampu mendidik anak-anak untuk bersikap layaknya mujahid mujahidah. 
Tentara Israel gemetar bahkan di hadapan anak-anak kecil Gaza. Sebab tidak ada sorot mata ketakutan meski berhadapan moncong senjata sekalipun sebab mereka punya keyakinan kuat bahwa penolong terdekat dan terkuat mereka adalah Allah Subhanahu Wataala. 

Penduduk Muslim Gaza sangat yakin bahwa ujian mereka sudah ditakar Maha Kuasa, sehingga meski berat tetap ada syukur dan ridha menjalani. 


_Hanya Islam Yang Punya Solusi Tuntas_

Sesungguhnya apa yang terjadi di Gaza dan Palestina pada umumnya adalah gambaran centang perenang umat Muslim dunia. 
Kaum Muslim hanya besar dalam statistik tapi tidak punya kekuasaan bahkan untuk menjaga Imannya. Di Negeri yang tampak aman sentosa, Umat ditindas kebebasan beragamanya. Riba dipaksakan, sumberdaya dikuras hingga menyisakan ampas kemiskinan dan kebodohan yang berakhir pada kerendahdirian. Merasa tidak mampu, merasa tidak pantas melawan hegemoni Barat dengan segala 'kehebatannya.'

Masalah Palestina sampai saat ini oleh Dunia dianggap sekedar problem kemanusiaan belaka. Dunia melihat kekejaman zionis Israel sebatas hancurnya sendi-sendi kemanusiaan. Solusi yang mereka tawarkan pun tidak jauh dari solusi dua negara. Dunia sengaja melupakan Palestina pra Israel. Ketika tanah suburnya memberikan kesejahteraan bagi penduduknya. Ketika penguasanya memberikan keadilan dengan penerapan syariat Islam. 

Dunia hanya melihat Palestina pasca proklamasi negara Israel dan memandang semestinya tanah Palestina dikuasai dua negara, Palestina dan Israel. 

Saat Israel rewel dan menodongkan senjata, dunia hanya menganggap kebutuhan Palestina berkisar makanan dan obat-obatan. Dunia tidak berpikir bahwa apa yang dilakukan selayaknya kita memberi makan dan obat bagi tetangga yang kelaparan dan sakit sebab di rumahnya sedang disatroni perampok durjana yang hendak merampas hak miliknya.

Negeri-negeri Muslim hanya sibuk berkutat di podium, mengirim bantuan kemanusiaan, tapi tak terpikir mengirim tentaranya untuk membantu mengusir pergi zionis Israel dari tanah Palestina. Kalaupun mereka mengirim tentara di bawah PBB tugasnya hanya menjaga agar gencatan senjata antara dua pihak berjalan aman.
Padahal jumlah tentara dan peralatan perang milik negeri-negeri Muslim tersebut bila dikumpulkan kekuatannya jauh melebihi kapasitas Israel. 

Melumpuhkan Israel sejatinya cukup sederhana. Negeri Zionis-Israel itu banyak mengimpor sumberdaya dari Negeri Arab di sekitarnya. Air, gas, termasuk kebutuhan pokok yang menjadi ketergantungan mereka. Andai saja tidak ada kepentingan ekonomi di sana, penghentian pasokan air, gas, akan membuat Israel lumpuh. 

Nation state telah membuat masing-masing Negeri berpikir hanya untuk untuk kepentingan negerinya semata. Para penguasa sibuk mengamankan diri di hadapan dunia. Mencari muka dengan mengabaikan hak Saudara seiman. 

Hanya satu cara bagi penyelesaian masalah Palestina yaitu bersatunya negeri-negeri Muslim di bawah satu kepemimpinan Amirul Mukminin yang memimpin pengusiran penjajah dari Palestina pun dari negeri-negeri Muslim lain yang masih ditindas. 
Bukan solusi yang diberikan Barat tapi Solusi yang menggunakan Islam sebagai landasan, yaitu Jihad dan Khilafah di bawah Seorang Khalifah yang menjadi pemersatu Umat yang menyeru Jihad dan menerapkan syariat. 

Umar bin Khattab, Shalahuddin Al Ayyubi adalah contoh nyata. Bukan dongeng HC Andersen bukan pula kisah yang dipaksakan Disney, yang harus kita rujuk, kita ajarkan pada anak-anak kita. 

Bahwa Dunia di bawah Islam dulu menjadi peradaban mulia yang menyebar kebaikan, kesejahteraan dan keadilan pun di Palestina.

Tugas kita saat ini terus menguatkan pemahaman atas semua masalah umat akibat ditinggalnya Islam dan bahwa solusi terbaiknya hanyalah syariat ditegakkan kembali. Agar Palestina kembali merdeka dari penjajahan Zionis Israel. Agar Dunia kembali mengutamakan adil dan sejahtera bagi seluruh umat manusia di bawah kepemimpinan Islam. Bukan sejahtera milik segelintir manusia tamak dan serakah seperti saat ini. 

AllahuAkbar!!!

Baca juga:

0 Comments: