Headlines
Loading...
Pelecehan Anak Berulang, Fitrah Ibu Hilang

Pelecehan Anak Berulang, Fitrah Ibu Hilang

Opini


Oleh. Yuni Ummu Ilyas (Pemerhati Keluarga)

Astagfirullah ... miris, seorang ibu muda  berinisial R (22) di Tangerang Selatan Banten tega mencabuli anak kandungnya sendiri, yang masih usia 4 tahun. Kasus yang sama juga terjadi pada ibu muda AK (26 tahun) Kabupaten Bekasi Jawa Barat, yang tega mencabuli anaknya yang berusia 10 tahun, dengan alasan atau modus yang sama. Adegan tersebut direkam karena iming-iming uang. Hal tersebut menjadi sorotan dari Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Detik.com).

Adanya kasus tersebut menambah banyaknya deretan kasus kejahatan seksual di keluarga sendiri. Orang tua yang seharusnya tempat berlindung, tempat mendapatkan ketenangan dan kenyamanan, justru melakukan tindakan menyakitkan dan merusak anaknya sendiri. Kasus serupa sering terdengar, mulai dari seorang ayah mencabuli anaknya, anak yang mencabuli ibunya, dan kasus kejahatan seksual lainnya. 

Melihat banyaknya kejadian kekerasan seksual di mana pelakunya merupakan keluarga terdekat sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya: 

Pertama, lemahnya iman. Seorang ibu yang seharusnya memiliki fitrah kasih sayang  kepada anaknya, tercabut karena iman yang lemah. Hilang ketakutan kepada Allah, pemahaman bahwa anak adalah amanah yang harus dijaga, dilindungi, dididik, dan dijaga dengan baik, sudah hilang. 

Kedua, faktor ekonomi. Menurut pengakuan tersangka, Ibu R melakukan itu karena diiming-imingi dengan sejumlah uang, dengan nominal 15 juta, yang mengakibatkan gelap mata. Memang saat ini ekonomi sulit dirasakan oleh semua masyarakat, akan tetapi meskipun alasan ekonomi, tetap saja yang dilakukan itu akan merusak kepribadian anak dan juga mentalnya.

Ketiga, lingkungan yang buruk. Saat ini dalam sistem sekuler, masyarakat hidup bermewah-mewah, kebebasan dalam berekspresi, tayangan yang tidak senonoh, kebahagiaan bila terpenuhi semua kebutuhan. Saat ini kehidupan masyarakat jauh dari nilai-nilai agama, tidak peduli boleh atau tidak dalam pandangan Islam. Tayangan di media sosial yang berbau seksual banyak sekali. Ini akan mengancam kehidupan generasi muda yang akan datang. Perbuatan ibu muda tersebut juga mungkin dipengaruhi pola asuh yang salah, juga minimnya ilmu terkait pernikahan, seperti hak dan kewajiban dalam pernikahan bahwa kewajiban mencari nafkah itu di pundak suami, kurangnya komunikasi dalam rumah tangga, serta kesadaran bahwa ibu seharusnya menjadi guru pertama dan utama bagi anaknya.

Keempat, faktor negara. Peristiwa tersebut mencerminkan gagalnya sistem pendidikan dalam mencetak generasi yang baik dan memiliki nilai-nilai keagamaan. Negara yang seharusnya mewujudkan kesejahteraan rakyat, terpenuhi semua kebutuhan, baik kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan. Namun faktanya, kondisinya hari ini sangat sulit didapatkan oleh masyarakat. Pendidikan keluarga yang berbasis sekularisme membuat ibu kehilangan fitrah.

Solusi Masalah

Islam sebagai agama yang sempurna memiliki sistem pendidikan yang handal dalam menyiapkan manusia yang akan berperan sesuai dengan fitrahnya. Tujuan dari pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian Islam yaitu memiliki pola pikir dan pola sikap yang Islami. Karena landasan pendidikan adalah akidah Islam, dan ini sudah terbukti selama 13 abad lamanya mampu melahirkan generasi yang unggul, berprestasi, dan pastinya berkepribadian Islam. 

Dalam pergaulan, negara akan mewajibkan laki-laki dan perempuan menutup aurat secara sempurna, menundukkan pandangan, larangan berdua-duaan tanpa ada mahram, perempuan ketika safar/perjalanan lebih dari semalam harus ditemani mahramnya, juga menerapkan aturan pemisahan tempat tidur anak. 

Selain itu negara akan mengontrol media sosial, memberikan sanksi bagi pelaku kejahatan, seperti pemerasan atau membuat konten porno oleh negara akan ditindak dengan tegas. Negara dalam Islam akan menerapkan sanksi yang tegas yang berfungsi sebagai ‘zawajir’ (memberi efek jera) dan ‘jawabir’ (penebus dosa). Masyarakat akan dibina agar memiliki ketakwaan individu. Menyiapkan generasi yang tangguh, bertakwa, dan unggul dalam sains dan teknologi.

Islam juga memiliki sistem ekonomi yang baik, termasuk kemampuan untuk memberikan jaminan kesejahteraan bagi para pencari kerja. Dalam pendidikan keluarga akan dilandaskan kepada ketakwaan. Suami wajib mengetahui hak dan kewajiban sebagai pemimpin keluarga. Begitu juga istri sebagai ibu yang merupakan madrasah pertama dan utama bagi anaknya. Ibu akan fokus mendidik tanpa memikirkan ekonomi. karena itu tugas negara. Jadi, negara akan melakukan kontrol agar fungsi keluarga berjalan dengan baik. Hal ini akan bisa terwujud, kalau aturan Islam dalam institusi negara diterapkan. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: