Headlines
Loading...
Pelecehan Terhadap Anak dan Tergerusnya Fitrah Ibu Akibat Kapitalisme

Pelecehan Terhadap Anak dan Tergerusnya Fitrah Ibu Akibat Kapitalisme

Opini

Oleh. Hany Handayani Primantara, S.P (Aktivis Muslimah)

Jika dulu kita selalu khawatir akan pelecehan seksual terhadap anak perempuan, sekarang justru kekhawatiran itu terus bertambah. Sebab, bukan lagi anak perempuan yang jadi sasaran pelecehan seksual, anak laki-laki maupun perempuan keduanya rentan terhadap tindak pelecehan seksual di zaman sekarang. Jika dulu orang tua kita merasa aman jika anaknya main atau pergi jauh, tidak dengan orang tua zaman sekarang. Mereka selalu merasa khawatir akan keselamatan anaknya ketika jauh dari pengamatan, sebab merebaknya kasus pelecehan seksual terhadap anak. 

Lebih mengerikan lagi adalah ketika kasus pelecehan justru dilakukan oleh orang terdekat, dalam hal ini adalah ibu. Sebagaimana banyak kasus yang beredar belakangan ini. Di daerah Bekasi terdapat seorang ibu muda berusia 26 tahun ditangkap Polda Metro Jaya karena kasus ibu cabuli anak. Hal itu nekad ia lakukan terhadap anaknya sendiri yang masih berusia 9 tahun, sebab tergiur tawaran uang dari sebuah akun Facebook. Dilansir dari media online (tempo.com, 08/06/24).

Hal serupa pun terjadi di wilayah Tangerang Selatan, Banten. Ibu muda berusia 22 tahun mencabuli anaknya sendiri yang masih berusia 4 tahun. Dengan iming-iming uang sebesar 15 juta, hal bejat itu pun ia lakukan terhadap darah dagingnya sendiri. Dikutip dari media online (detik.com, 09/06/24). Motif yang sama, kasus yang sama di wilayah yang berbeda. Tak menutup kemungkinan hal serupa pun bisa terjadi di wilayah lain yang tak tersorot oleh media. Sungguh miris ketika mendengar berita pelecehan justru dilakukan oleh orang terdekatnya sendiri yakni seorang ibu.

Pendidikan Berbasis Sekuler 

Maraknya kasus pencabulan anak yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri bukan terjadi tanpa sebab. Peristiwa tersebut mencerminkan kualitas sistem pendidikan berbasis sekuler. Gagalnya sistem sekuler dalam mencetak generasi menjadi individu yang berkepribadian Islam dan siap mengemban amanah sebagai seorang Ibu mengakibatkan kejadian yang menyalahi fitrah manusia khususnya fitrah menjadi seorang ibu. 

Di sisi lain, hal ini juga menunjukkan lemahnya negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Sehingga seorang yang berstatus ibu, mudah sekali tergoda melakukan maksiat demi sejumlah uang yang sejatinya belum tentu juga akan bisa ia dapatkan kelak. Seorang ibu yang fitrahnya adalah mengayomi, menyayangi, serta mencintai bisa mudah hilang dari dirinya akibat pendidikan keluarga berbasis sekuler yang diterapkan orang tuanya di rumah. 

Saat ini uang menjadi sebuah pilihan ketika kesejahteraan tak menjadi prioritas oleh negara. Akibatnya akidah mudah goyah hanya karena iming-iming uang yang bernilai besar bagi pelaku maksiat tersebut. Hingga gelap mata melakukan maksiat yang melanggar syariat. Siapa yang tak tergoda akan tawaran uang dalam kondisi serba sulit seperti sekarang ini? Syarat tak begitu rumit, bermodal telepon pintar dan nekad, akhirnya bisa berakibat fatal, bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan juga anaknya, sebagai korban pelecehan seksual. Walhasil bukan hanya jeruji besi yang ia dapat, melainkan murka Allah atas maksiat yang ia lakukan.

Islam Punya Solusi

Islam punya sistem pendidikan yang andal. Sistem pendidikan yang mampu menyiapkan manusia agar siap berperan sesuai dengan fitrahnya. Baik fitrah sebagai peran ibu, ayah, anak dalam sebuah hubungan keluarga. Pendidikan berbasis aqliyah dan nafsiyah Islam yang akan menghasilkan syaksiyah Islam. Syaksiyah Islam yakni kepribadian yang ditempa berdasarkan pemahaman Islam kaffah. Menyadari bahwa ia adalah hamba Allah, penuh dosa serta lemah serba kurang. Dengan kesadaran akan sifatnya manusia akan dengan mudah dan taat terhadap hukum Islam walau tanpa paksa.

Pendidikan dalam keluarga pun dilandaskan pada nilai-nilai ketakwaan kepada Allah sebagai Rabb pencipta alam. Rabb yang berhak membuat aturan serta memberi perintah dan larangan demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Ketika akidah dan  ketakwaan sudah tertanam kuat dalam keluarga, perlu adanya saling kontrol antar sesama. Sebab khilaf bagi manusia adalah hal biasa. Namun bukan sebagai sebuah pembenaran, melainkan sebagai peringatan agar kita tak lepas dari lingkaran orang-orang yang takwa. Amar makruf nahi mungkar menjadi kewajiban. Bukan lagi sebuah barang mahal, supaya manusia tetap berjalan sesuai relnya.

Islam juga memiliki sistem ekonomi yang baik bagi manusia. Sebab bukan hanya mereka yang muslim kelak akan merasakan manfaat penerapan sistem Islam, melainkan mereka yang kafir pun sama. Itu sebabnya Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam. Termasuk di dalamnya kemampuan untuk memberikan jaminan kesejahteraan bagi para pencari nafkah. Dengan bukti penerapan berabad-abad silam yang menghantarkan pada kondisi makmur sejahtera bagi mereka yang taat terhadap hukum syara. Dalam hal ini, mau menerapkan hukum Islam secara kaffah dalam bentuk institusi secara kaffah.
Wallahualam bishawab. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: