Headlines
Loading...
Motivasi


Oleh. Eka Suryati 

Asih Nur Asyifa itulah nama dirinya. Gadis manis putri pertama dari Pak Rahmat dan Bu Dewi. Asih, panggilan kesayangannya, ia adalah seorang gadis yang penuh kasih dan bakti kepada orang tuanya. Sejak kecil, ia selalu mengutamakan kebahagiaan keluarga. Pribadinya yang lembut selalu siap menolong siapapun. Hatinya tak sanggup untuk menjadi egois, itulah Asih yang manis, semanis pribadinya. Kini, di usianya yang beranjak remaja, ia makin menyadari bahwa berbakti kepada orang tua adalah kewajiban dari seorang anak. Keinginan terbesarnya saat ini adalah ingin mewujudkan impian kedua orang tuanya untuk berkurban. Kedua orang tua Asih telah lama mendambakan bisa berkurban, namun impian itu selalu terhalang oleh kebutuhan hidup sehari-hari yang lebih mendesak, termasuk biaya sekolah adik-adiknya dan biaya kuliah Asih sendiri.

"Bu, kapan ya kita bisa berkurban," ayah berkata kepada ibu.

Asih mendekat.  Seketika ayah dan ibu menghentikan pembicaraan mereka.

Asih berkata, "Asyik benar sih, Bu ngobrolnya, apa sih yang dibicarakan. Ayah kok berhenti ngobrolnya. Asih juga mau tahu lo, apa yang sedang Ayah dan Ibu bicarakan."

"Kami sedang ngobrol ringan aja kok, Sih." Ayah menjawab perkataan Asih.

"Yah sudah, kalau Ayah dan Ibu tidak mau ngomong terus terang, Asih enggak akan maksa kok,"  jawab Asih sambil tersenyum.

Asih pergi menjauh. Ayah dan ibu kembali melanjutkan obrolannya.

"Doakan saja agar kita diberi jalan oleh Allah, Yah. Saat ini kebutuhan hidup dan biaya sekolah anak-anak lebih mendesak." Bisik ibu kepada ayah.

"Iya, Bu. Semoga Allah memaklumi perbuatan kita. Semoga ada jalan agar kita bisa berkurban." Ayah menjawab sambil berbisik juga.

Walaupun mereka berbicara perlahan, agar tak terdengar anak-anaknya, namun tak urung Asih tetap mendengarnya. Asih menyadari bahwa pengorbanan orang tuanya untuk pendidikan mereka sangat besar. Ayahnya bekerja sebagai buruh pabrik dengan penghasilan pas-pasan, sementara ibunya membantu dengan menjahit pakaian di rumah. Meski penghasilan mereka tidak seberapa, semangat dan ketulusan mereka untuk memberi yang terbaik bagi anak-anaknya tidak pernah pudar.

"Semoga Asih agar bisa mewujudkan keinginan ayah dan ibu," ucap Asih dalam bisik nan lirih

Setahun yang lalu, Asih memutuskan untuk mengambil langkah demi mewujudkan impian orang tuanya. Diam-diam, ia mulai menabung dari uang saku yang diberikan orang tuanya. Setiap hari, ia menyisihkan sebagian kecil uangnya dan menempatkannya dalam celengan plastik berbentuk ayam jago, hadiah dari ulang tahunnya yang lalu. Setiap kali melihat celengan itu, Asih selalu tersenyum dan berdoa agar usahanya membuahkan hasil. Asih rela tak jajan, ia selalu membawa bekal agar uangnya tak perlu dibelikan makanan untuk mengganjal perutnya di kala lapar melanda. Ia makan bekalnya, tidak lupa membawa minuman. 

Namun, setelah setahun menabung, uang yang terkumpul masih jauh dari cukup untuk membeli seekor kambing. Kekecewaan sempat menyelimuti hatinya, tetapi Asih tidak menyerah. Ia tetap berdoa dengan penuh harap agar Allah memberikan jalan. 

"Ayo, Asih, semangat berusaha. Jangan lupa doanya makin dikencengin ya." Asih memberi semangat untuk dirinya.

Ia teringat akan binar harapan di mata kedua orang tuanya setiap kali mereka berbicara tentang keinginan berkurban. Binar itu selalu tampak saat mereka berdoa setelah salat, mengucapkan harapan mereka dalam suara yang lirih dan penuh kerinduan.

"Usaha apalagi yang dapat aku lakukan ya,” gumam Asih seorang diri.

"Ya Rabb, aku mohon kabulkan doa hamba-Mu ini. Aku ingin sekali mempersembahkan hewan kurban bagi kedua orang tuaku." Pinta Asih dalam doanya.

Suatu hari, ketika sedang berselancar di internet untuk mencari cara tambahan mengumpulkan uang, Asih menemukan sebuah pengumuman menarik dari Komunitas Sahabat Surga Cinta Quran (SSCQ). Komunitas ini menyelenggarakan sebuah challenge dengan tema “Hewan Kurban”. Hadiah utamanya adalah uang yang bisa dibelikan seekor kambing untuk kurban yang dapat disembelih pada Hari Raya Idul Adha nanti. Asih tersenyum ceria,  merasa inilah jawaban dari doanya selama ini.

Challenge itu mengharuskan peserta untuk membuat video kreatif tentang pentingnya berkurban dan bagaimana berkurban dapat membawa kebahagiaan bagi banyak orang. Asih merasa bersemangat, tetapi juga sedikit cemas. Dia tidak memiliki banyak pengalaman dalam membuat video, tetapi tekadnya untuk memenangkan challenge ini mengalahkan semua keraguannya.

Asih mulai merencanakan pembuatan videonya. Dia mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, membaca artikel tentang sejarah dan makna kurban, serta mendengarkan ceramah tentang keutamaan berkurban. Dengan bantuan sahabat-sahabatnya di sekolah, ia mulai merekam video. Mereka menghabiskan waktu berhari-hari untuk pengambilan gambar, pengeditan, dan menyempurnakan hasilnya.

Dalam videonya, Asih menceritakan kisah tentang keluarganya. Ia mengisahkan tentang pengorbanan orang tuanya dan impian mereka yang tertunda untuk berkurban. Asih juga menambahkan wawancara singkat dengan beberapa tetangga yang telah berkurban dan bagaimana hal itu membawa kebahagiaan bagi mereka. Dengan latar belakang musik yang lembut, video itu berhasil menangkap esensi dari keikhlasan dan kebahagiaan yang datang dari berkurban.

Setelah beberapa minggu menunggu dengan cemas, hari pengumuman pemenang pun tiba. Asih memantau pengumuman itu melalui siaran langsung di media sosial SSCQ. Tangannya gemetar dan jantungnya berdebar kencang. Saat nama pemenang utama disebutkan, Asih hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Namanya, “Asih Nur Asyifa” tertera jelas sebagai pemenang utama. Tangis haru langsung pecah, namun kebahagiaan terpancar jelas di wajahnya. Allah telah mengabulkan doanya.

Dengan penuh sukacita, Asih segera memberi tahu orang tuanya tentang kemenangan ini. Orang tua Asih, yang awalnya terkejut, kemudian merasa sangat bangga dan terharu. Mereka memeluk Asih erat-erat, tak henti-hentinya mengucapkan syukur kepada Allah. Mereka menyadari betapa kerasnya usaha Asih untuk mewujudkan impian ini.

Hari Raya Idul Adha pun tiba. Dengan uang hadiah dari challenge tersebut, Asih membeli seekor kambing yang sehat dan besar. Kambing itu diantarkan ke rumah mereka sehari sebelum hari raya. Pada pagi hari Idul Adha, dengan hati penuh rasa syukur, keluarga Asih pergi ke tempat penyembelihan. Saat kambing itu disembelih, Asih merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Ia melihat senyum lebar di wajah orang tuanya, senyum yang penuh dengan rasa syukur dan kebahagiaan.

Pengorbanan dan usaha Asih selama ini tidak sia-sia. Impiannya untuk membahagiakan orang tua terwujud dengan indah. Ia belajar bahwa dengan ketulusan hati, doa, dan usaha keras, tidak ada yang mustahil. Asih juga menyadari bahwa berkurban bukan hanya tentang menyembelih hewan, tetapi juga tentang keikhlasan, pengorbanan, dan kebahagiaan yang dilakukan karena berbagi dengan sesama.

Kisah Asih menjadi inspirasi bagi banyak orang di kampungnya. Mereka melihat betapa besarnya pengaruh dari niat baik dan kerja keras. Tidak sedikit yang mulai mencontoh semangat dan ketulusan Asih dalam berbuat kebaikan. Asih telah mengajarkan kepada mereka bahwa kebahagiaan sejati datang dari berbagi dan berkorban demi orang yang kita cintai.

Dari kisah ini, Asih belajar bahwa doa dan usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan selalu mendapat balasan yang indah dari Allah. Ia merasa semakin yakin bahwa dalam setiap kesulitan, selalu ada kemudahan yang diberikan Allah bagi mereka yang berusaha dan berdoa. Hari itu menjadi momen yang akan selalu dikenang oleh Asih dan keluarganya sebagai bukti nyata dari kasih sayang Allah dan kekuatan sebuah impian. [Ay]

Baca juga:

0 Comments: