Headlines
Loading...
Oleh. Eka Suryati 

Memasuki bulan Djulhizah maka kita akan bersemangat untuk melakukan ibadah, karena pada bulan ini amal ibadah kita juga dilipatgandakan. Karena bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang diharamkan oelh Allah. Bulan Dzulhijjah menjadi salah satu bulan yang diharamkan karena memiliki keistimewaan. Salah satu keitimewaan bulan Dzulhijjah adalah pada 10 hari pertama bulan tersebut.

Dari Ibnu Umar Radhiyallaahu ‘Anhuma, dari Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ

“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah).” (HR. Ahmad, dishahihkan Syaikh Ahmad Syakir)

Tidak kalah istimewa adalah kisah yang terjadi pada keluarga Nabi Ibrahim As.Kisah yang erat kaitan dengan ibadah haji dan ibadah kurban yang terjadi di bulan Dzulhijjah.

Nabi Ibrahim sang Khalilullah

Salah satu nabi dengan kisah yang luar biasa, dialah Nabi Ibrahim, hingga Allah saja berkenan memberikannya gelar yang mulia, "Khalilullah (kekasih Allah)."

"Duh, mengapa Nabi Ibrahim mendapat gelar khalilullah ya. Itu gelar dengan kedudukan yang sangat tinggi." Kataku mencoba mencari jawab.

Setelah berusaha mencari jawab dengan cara mencari tahu, maka dapat kita pahami mengapa Nabi Ibrahim mendapat kedudukan yang sangat tinggi seperti itu. Tak lain adalah karena Nabi Ibrahim begitu sabar dalam menghadapi setiap ujian yang dialaminya. Sang Khalilullah selalu berbaik sangka pada ketetapan Allah. 

Ketika Nabi Ibrahim mendapat ujian, yaitu perintah Allah yang harus dilaksanakannya, maka Nabi Ibrahim berusaha untuk menjalanlan semua perintah itu dengan sempurna. Seperti termuat dalam surat Al-Baqarah ayat 124 berikut :

QS. Al-Baqarah Ayat 124
وَاِذِ ابۡتَلٰٓى اِبۡرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ‌ؕ قَالَ اِنِّىۡ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ‌ؕ قَالَ وَمِنۡ ذُرِّيَّتِىۡ ‌ؕ قَالَ لَا يَنَالُ عَهۡدِى الظّٰلِمِيۡنَ

Wa izib talaaa Ibraahiima Rabbuho bi Kalimaatin fa atammahunna qoola Innii jaa'iluka linnaasi Imaaman qoola wa min zurriyyatii qoola laa yanaalu 'ahdiz zaalimiin
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, "Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia." Dia (Ibrahim) berkata, "Dan (juga) dari anak cucuku?" Allah berfirman, "(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zhalim."

Sebelum Nabi Ibrahim diuji Allah yang kelak akan menjadi rangkaian ibadah bagi umat Islam, hingga berkurban, maka Nabi Ibrahim sudah diuji Allah dengan cara dibakar hidup-hidup dalam kobaran api yang panas membara oleh Raja Namrud. 

Dengan keteguhan hatinya ia menolak bantuan malaikat Jibril yang ingin menolong, saat kobaran api siap menjilat tubuhnya. Ia lebih memilih untuk bersikap pasrah dan membiarkan api membakar tubuhnya. Nabi Ibrahim berzikir dengan tenangnya, dan keajaiban pun terjadi. Dengan izin Allah yang Maha Berkehendak, maka api yang menyala tak mampu menyentuh tubuhnya. Api tersebut justru menjadi dingin sehingga selamatlah Nabi Ibrahim dari kobaran api tersebut.

" Ya Rabb, andai kami yang diuji seperti itu, tak tahu apa yang terjadi. Sanggupkah kami bersikap tenang dan memasrahkan diri sepenuh jiwa dan raga." Batinku berbisik.

Sebagai seorang anak, Nabi Ibrahim juga diuji keteguhannya. Nabi Ibrahim yang merupakan anak dari seorang penyembah berhala mendapat tugas utama dari Allah, yaitu Nabi Ibrahim harus menyadarkan kaumnya untuk tidak menyembah berhala dan kembali ke jalan Allah Swt. Sungguh berat tugas Nabi Ibrahim karena harus bertentangan dengam Bapak Kandungnya sendiri. Andai bukan karena kecintaannya pada Allah, mungkin Nabi Ibrahim akan memjadi lemah dan pasrah ketika sang ayah menentangnya. Tapi keteguhan hati Nabi Ibrahim memang sangat pantas dipuji dan sangat teruji. Ia bahkan berani menetang ayahnya sendiri dalam rangka menegakkan agama tauhid dan kembali mengajak kaumnya untuk menyembah Allah.

"Luar biasa sekali kisah Nabi Ibrahim ini. Keteguhan hatinya menjadi contoh teladan bagi kami," seruku dengan takjub.

Nabi Ibrahim Sang Teladan

Jangan ditanya kisah-kisah Nabi ibrahim yang lainnya. Sungguh sulit dilakukan orang biasa. Bukan hanya Nabi Ibrahim seorang yang diuji oleh Allah. Keluarganya tak luput dari ujian. Allah benar-benar ingin menjadikannya sebagai kekasih, sehingga layak untuk mendapatkan cinta Allah. Untuk mendapatkan cinta Allah, maka Allah juga ingin melihat sejauh mana perasaan cinta Nabi Ibrahim kepadanya. Apakah dengan diberikannya harta yang banyak dan keluarga yang bahagia, Nabi Ibrahim akan tetap mencintai Allah diatas segalanya, atau perlahan-lahan akan luntur. Boleh jadi Nabi Ibrahim akan lebih mencintai hartanya.

Nabi ibrahim diberi Allah kekayaan. Hartanya berupa 1000 ekor domba, 300 ekor lembu, dan 100 ekor unta. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Nabi Ibrahim memiliki kekayaan sebanyak 12.000 ekor ternak.

"Wah, banyak sekali harta kekayaan Nabi Ibrahim. Dan Nabi ibrahim tetap rendah hati ya. "Kagumku sambil takjub.

Nabi Ibrahim yang dijuluki Khalilullah, dipertanyakan oleh para Malaikat. 

Mereka bertanya kepada Allah: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Mu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaan dan keluarganya?"

Allah berfirman: "Janganlah menilai hamba-Ku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, lihatlah hatinya dan amal baktinya."

Ibrahim dengan izin Allah diuji untuk membuktikan keimanannya, dan apakah ia memang layak mendapat julukan Khalilullah. Allah tak pernah salah, dengan hartanya yang berlimpah, Nabi ibrahim tak pernah lalai, ia tetap dalam ketaatannya kepada Allah. Terbukti dalam dialog sang Nabi saat ditanya tentang hartanya.

Seseorang bertanya kepada Nabi "Milik siapa ternak sebanyak ini?"

"Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga." Jawab Nabi ibrahim secara yakin.

Dan pernyataan Nabi ibrahim yang siap, bersedia mengorbankan anaknya Ismail jika Allah memintanya, dijadikan Allah sebagai penguji keteguhan iman Nabi Ibrahim selanjutnya. Allah memberikan mimpi bahwa ia harus menyembelih putranya, seorang anak yang masih lucu-lucunya. Nabi Ibrahim yakin itu mimpi bukan sembarang mimpi, namun kehendak Allah yang harus dijalaninya. Nabi ibrahim berbincang dengan anaknya Ismail perihal mimpinya itu, yang termuat dalam QS. As-Saffat Ayat 102

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعۡىَ قَالَ يٰبُنَىَّ اِنِّىۡۤ اَرٰى فِى الۡمَنَامِ اَنِّىۡۤ اَذۡبَحُكَ فَانْظُرۡ مَاذَا تَرٰى‌ؕ قَالَ يٰۤاَبَتِ افۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ‌ سَتَجِدُنِىۡۤ اِنۡ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيۡنَ

Falamma balagha ma'a hus sa'ya qoola yaa buniya inniii araa fil manaami anniii azbahuka fanzur maazaa taraa; qoola yaaa abatif 'al maa tu'maru satajidunii in shaaa'allaahu minas saabiriin

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."

Ketika keyakinan datang, keduanya siap melaksanakan perintah Allah, godaan kembali datang menghampiri. Setan melalui bujuk rayunya berusaha mencegah Nabi Ibrahim untuk menunaikan kewajibannya, menjalankan perintah Allah. Lalu dengan keyakinan yang sangat bulat, Nabi ibrahim mengambil batu.

"Bismillahi Allahu akbar," pekik Nabi ibrahim

Lalu ia melemparkan batu tersebut kearah setan, sang penggoda iman. Peristiwa ini diabadikan oleh jamaah haji sebagai rangkaian ibadah haji, melempar jumrah.

Ismail kecil yang lucu, begitu taatnya pada Allah. Saat ayahanda belum juga mengayunkan pisaunya, ia mengira mungkin ada keraguan di hati ayahnya. Ia meminta ayahnya mengayunkan pisau dan berpaling agar tak perlu melihat wajahnya. Dengan  niat yang mantap pisau terayun. Keajaiban terjadi, pisau tak mampu melukai leher Ismail dan Allah menggantikan Ismail dengan seekor sembelihan yang besar. Kisah mereka diabadikan Allah dalam surat As-Saffat ayat 104-108.

MasyaAllah. Dua hamba Allah yang benar-benar taat. Ketaatan yang tanpa tapi tanpa nanti. Wajar sekali kalau kisah mereka dituliskan dalam sejarah, bahkan dalam Al-Qur'an. Ketaatan mereka pertanda iman mereka sudah sangat baik, iman yang paripurna.

Hikmah yang kita dapatkan dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim adalah ketika mentaati Allah, mematuhi perintah Allah diatas segala perintah, maka tak akan pernah kita merugi sedikitpun. Selalu ada hikmah dibalik ujian yang diberikan Allah kepada hambaNya. Saat kita mengutamakan Allah kebahagiaan hakiki yang akan kita dapatkan, Allah akan menggantikan dengan sesuatu yang lebih baik lagi. Tinggal bagaimana cara kita menyikapi setiap masalah yang terjadi pada kita. Dan harus ada keyakinan bahwa Allah tidak akan menguji di luar kemampuan diri. Allah tidaklah zalim sedikitpun pada manusia. Allahu akbar.

Ya Rabb. Diri ini berdoa, semoga kian hari kian bertambah keimanan hati. Contoh teladan telah diberikan olehmu melalui para nabiMu. Kisah keluarga Nabi Ibrahim telah terabadikan, bisakah diri ini mengambil pelajaran dari kisah-kisah mereka, sesuai dengan kemampuan diri.

Baca juga:

0 Comments: