Headlines
Loading...
Teladan dari Sang Khalilullah

Teladan dari Sang Khalilullah

Hikmah 


Oleh. Ina Ariani (Aktivis Dakwah)

Pernahkah kalian mendengar kata khalilullah? Khalilullah adalah kekasih Allah (kesayangan Allah). Bisa kita bayangkan kekasih Allah itu seperti apa bukan? Masyaallah begitulah Allah menyebut Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Begitu mulianya Ibrahim sampai menjadi kekasih Allah.

Kenapa Ibrahim menjadi kesayangan Allah pasti banyak cerita atau hikmah yang bisa kita petik darinya, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Swt., di surah ke-4 di QS. An-Nisa ayat 125
وَمَنْ اَحْسَنُ دِيْنًا مِّمَّنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَّاتَّبَعَ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗوَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا.

Artinya: “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya).” 

Masyaallah dari petikan ayat di atas, agama Ibrahim sangat baik dan ikhlas menjalankan segala perintah dan larangan Allah. Ikhlas menjalankan titah Tuhannya sebagai hamba Allah.

Bulan ada dua belas bulan, di antara dua belas bulan itu ada empat bulan haram yang dimuliakan Allah. Di bulan ini setiap amal baik dan buruk akan diberi ganjaran berlipat-lipat. Kalau di bulan haram ini melakukan kebaikan, maka Allah akan lipat gandakan pahalanya, sebaliknya yang berbuat buruk/maksiat juga dosanya menjadi dua kali lipat bahkan lebih. 

Bulan ini bertepatan di bulan Zulhijjah, yang mana di bulan ini diwajibkan untuk melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu. Dan disunahkan untuk menyembelih hewan kurban. Menyembelih hewan kurban termasuk sunnah muakad, sunnah yang diwajibkan bagi setiap muslim. 

Bagaimana hikmah yang dipetik dari ibadah kurban ini, tidak lain adalah meneladani keimanan, kesalihan, kesabaran, keikhlasan dan ketaatan Nabiyallah As. Yaitu ketika ia bermimpi disuruh menyembelih putra kesayangannya. Yang untuk mendapatkannya butuh berpuluh-puluh tahun setelah memiliki anak, malah diperintah Allah agar menyembelih putranya. Masyaallah ... lalu sudahkah kita sesabar dan setaat beliau? 

Terkadang diri ini malu, ingin diakui sebagai hamba yang salihah, benarkah sudah salihah, sudahkah kita taat pada suami seperti bunda Sarah dan bunda Hajar? Mereka sosok wanita yang tangguh, taat pada Allah sudah barang tentu dia taat pada suaminya. 

"Jika seorang perempuan selalu menjaga shalat lima waktu juga berpuasa sebulan pada Ramadan, serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina), dan benar-benar taat kepada suaminya, maka dikatakan pada perempuan yang memiliki sifat mulia ini: “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ahmad).

Nabi Muhammad saw. bersabda, “Seandainya aku (diperkenankan) memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada orang lain, maka pasti aku akan perintahkan para wanita untuk bersujud kepada suaminya, dikarenakan Allah Swt. telah menjadikan bagi mereka (para suami) kelebihan hak terhadapnya.” (HR. Abu Daud).

Singkat cerita, sebelum Nabi Ibrahim memiliki anak, maka terlebih dahulu dia berdoa agar diberi keturunan yang salih dan taat kepada Tuhannya. Doa itu pun dikabulkan oleh Allah, ia diberi anak yang salih, beberapa setelah itu Nabi Ibrahim pun mengajak istrinya untuk pergi ke suatu tempat. Setelah sampai di tempat tujuan yaitu di tengah padang pasir yang gersang, Nabi Ibrahim pun meninggalkan istri dan anak yang paling ia cintai dengan perbekalan seadanya. Bunda Hajar dan Ismail pun bertanya kepada Nabi, "Wahai suamiku, kenapa engkau meninggalkan kami berdua di tengah gurun yang sepi tak berpenghuni ini. Namun Nabi tidak menjawab, dia "Ibrahim," terus berjalan meninggalkan mereka berdua lalu istri pun bertanya lagi, apakah ini perintah Allah? Maka Nabi pun menjawab, "Ya," tanpa sepatah kata pun ia pergi dan Hajar pun terdiam.

Karena melihat bekalnya habis dan Ismail ketika itu masih bayi, dia pun haus sementara ibunda kehabisan bekal, dia melihat kesana kemari dia melihat dari kejahuan ada 2 bukit yang berseberangan Bukit Syafa dan Bukit Marwah. Di sana dia melihat ada mengkilat seperti air, diapun berlari menuju ke bukit itu tapi tidak ada apa-apa. Kemudian dia kembali menuju Bukit Marwah juga tidak ada, bolak balik ia berlari-lari kecil juga tidak ada, kemudian ia berdoa, melihat kegigihannya Allah pun mengabulkan dan memberikannya zamzam yang kini disebut sumur air zamzam. Masyaallah barakallah, sungguh benar-benar kesabaran yang tiada tara, Bunda Hajar tidak pernah mengeluh sedikit pun, ia yakin atas kebesaran Allah, dia serahkan semua pada Allah. Dia terus berusaha, hasil biar Allah yang tentukan.

Dia terus berjuang seorang diri mengurus dan membesarkan putranya. Mengajarkan ketauhidan, kesabaran, dan taat terhadap Allah. Hingga suatu hari di tempat yang sama di mana Siti Hajar dan putranya Ismail As, ditinggalkan. Allah pertemukan kembali keluarga kecil itu, Ibrahim, Istri dan anaknya mereka bahagia.

Tidak begitu lama Ibrahim pun bermimpi, bahwa dia diperintah untuk menyembelih putranya. Ketika itu turun perintah berkurban dan dijelaskan dalam surat Al Kausar ayat 2;

"Maka, laksanakanlah salat, karena Tuhanmu, dan berkurbanlah."

Mendengar demikian, ia pun menyampaikan mimpinya tadi kepada istrinya dan anaknya. Istrinya berserah diri, jika itu perintah dari Tuhanmu, maka laksanakanlah. Masyaallah sungguh anak yang salih. Yang dibesarkan dari ibunya yang salihah, padahal dia baru saja bertemu dengan Ayahnya dari sekian lama berpisah dengan Ayah tercinta. Dia besar dengan ibunya, tapi keimanan dan kesalihanya adalah teladan sepanjang masa. Ismail menjawab, jika itu adalah sebuah perintah dari Allah, maka laksanakanlah Ayah. Tunaikan perintah Allah tersebut. Tentu hati seorang Ayah mana yang tidak bersedih  harus mengorbankan putranya demi menjalankan ibadah kepada Allah. Walau fitrahnya ia sedih, tapi ia tetap melaksanakan perintah itu.

Ibrahim pun mulai mengasah parangnya, agar tajam tidak menyakiti anaknya kelak. D isitulah iblis/setan datang menggoda Ibrahim. Tapi karena imannya, ia tidak terpengaruh, dia pun melempar batu-batu kepada setan tersebut. Ibadah itu terkenal dengan sebutan nama melempar jumrah. Jumrah salah satu ritual  dalam pelaksanaan haji dan umrah.

Setelah selesai mengasah parang tersebut, ia pun memanggil Ismail As, dan membaringkannya di atas jerami, masyaallah kekuasaan Allah ketika Ibrahim meletakkan parang yang tajam itu di atas leher anaknya. Di saat itu pula Allah menggantinya dengan seekor domba yang besar sehat dan bersih.

Lahaula wala quata illa billah, benar-benar kekuasaan Allah di atas segalanya. Allah akan menolong kepada hamba-hambanya yang taat atas segala perintah dan larangan-Nya. Allah akan memberi pertolongan kepada siapa yang ia kehendaki. Teladan yang diambil dari kisah ini adalah Allah di atas segala-galanya bagi Ibrahim, perintah Allah lebih diutamakan dari nyawanya. 

Pantaslah Nabi Ibrahim dijuluki khalilullah, kekasih Allah, karena ia pantas mendapatkanya. Karena dakwahnya, Islam sampai kepada kita.
Wallahualam bishawab. *[Hz]*

Baca juga:

0 Comments: