Kisah Inspiratif
Oleh. Salma
Ramadan bulan mulia penuh berkah. Hadirnya selalu memberikan kesan dan jejak mendalam dalam kehidupan dan di setiap fasenya. Ramadan ketika aku masih kecil dan hidup bersama orang tua; Ramadan ketika aku sedang belajar di luar kota; Ramadan ketika sudah menikah tanpa anak-anak; Ramadan ketika sudah dikaruniai anak-anak. Ah, masing-masing mempunyai jejak berkesan tersendiri.
Masyaallah. Alhamdulillah, ya Allah, Kau perkenankan aku untuk menikmati indahnya Ramadan dengan berbagai kesan selama lebih dari empat puluh tahun ini. Sungguh semuanya sangat berarti. Termasuk salah satu yang paling kuingat adalah ketika kehamilan dan kelahiran anak kelima dan keenamku.
Putri kelimaku, Nisa, lahir di bulan Sya'ban, tepat ketika di kampungku sedang ada 'megengan'. Megengan adalah tradisi di Jawa berupa saling berkirim makanan dalam menyambut Ramadan. Tepatnya pada tahun 2014, Nisa kecil lahir dengan sehat dan montok. Begitu pun aku, alhamdulillah sehat tak kekurangan suatu apapun. Keempat kakaknya juga sangat senang dengan kehadiran adik kecil mereka. Kakaknya Nisa (anak keempat) saat itu berumur tiga tahun. Dan kakak-kakaknya Nisa ke atas, jaraknya dua tahunan. Masyaallah, nano-nano rasanya saat itu. Mempunyai bayi baru lahir ditambah keempat kakaknya.
Jadi, dalam kondisi baru melahirkan dan hidup mandiri bersama suami, aku menikmati Ramadan tahun itu bersama kelima anakku. Badan masih agak lemas tetapi harus membersamai dan memasak untuk suami dan dua anak yang berpuasa.
Awal-awal Ramadan, karena badan masih lemas dan belum bisa keluar untuk berbelanja, aku hanya bisa masak menu serba telur: telur ceplok, telur dadar, telur kecap, telur balado, dan olahan telur lainnya. Alhamdulillah, semua menerima dan tidak ada yang memprotes.
Nah, jadilah aku menjalani Ramadan tahun itu tanpa berpuasa sama sekali selama tiga puluh hari penuh. Masyaallah, _mbendhol mburi._ Aku harus mengganti di hari lainnya selama 30 hari penuh.
0 Comments: