Opini
Oleh. Aqila Fahru
Viral di sosial media seorang pedagang perabot tewas di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur. Pedagang tersebut adalah seorang ayah dari 2 anak berinisial K (17 tahun) dan P (16 tahun). Dari hasil penyelidikan diketahui bahwa pelaku dari kasus pembunuhan tersebut adalah kedua anak dari bapak tersebut. Motif pembunuhan tersebut dikarenakan K dan P merasa sakit hati akibat dimarahi oleh ayahnya ketika mereka ketahuan mencuri uang ayahnya (liputan6.com, 23/6/2024).
Rusaknya kondisi remaja kita saat ini seringkali membuat kita mengelus dada. Banyak kita temui kondisi remaja akhir-akhir ini kurang memiliki adab, sopan-santun dan kepedulian, bahkan kepada orang tuanya sendiri. Banyak remaja kita yang menganggap orang tuanya adalah “beban” bahkan sebagai “musuh”. Bila melihat fakta yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat kita simpulkan remaja saat ini lebih mengutamakan perasaannya daripada akal sehatnya.
Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Terutama pengaruh informasi negatif yang bersumber dari gadget, apabila jika seseorang tidak memiliki pengetahuan yang benar, maklumat tsabiqah yang lurus, besar kemungkinan menjadikan individu yang tidak mampu membedakan mana informasi yang benar dan mana informasi yang salah.
Diperparah dengan kondisi kurikulum pendidikan kita sekarang ini yang lebih berorientasi pada kapital dan materi, bukan pada bagaimana sebuah sistem pendidikan dapat mencetak karakter siswanya. Serta dengan kondisi masyarakat kita sekarang adalah masyarakat yang jauh dari pemahaman agama yang kafah atau menyeluruh.
Di dalam sistem pendidikan saat ini pembelajaran tentang agama hanya diajarkan bab fikih saja dan kurang menyentuh pada masalah akidah. Dapat kita ketahui, aqidah atau keyakinan mendasar adalah sebuah hal yang pokok bagi kaum muslim. Apabila kaum muslim sendiri tidak meyakini agamanya, maka akan goyah pula keimanannya. Minimnya pengetahuan agama, rendahnya kesadaran remaja pada pentingnya menuntut ilmu agama, maka akan membentuk individu yang rusak.
Pada hakikatnya permasalahan remaja saat ini merupakan buah dari sistem sekuler-kapitalisme yang bersifat rusak dan merusak. Pandangan tentang keluarga menjadi rusak dikarenakan rusaknya karakter individu muslim yang seharusnya memiliki akhlakul karimah dan mengerti kedudukan orang tua sebagai orang yang seharusnya dihormati malah sebaliknya. Mental remaja sekarang ini telah mengalami kerusakan, remaja dengan mudahnya memarahi orang tuanya, jiwanya sangat rapuh dan mudah tersinggung apabila diberi nasihat.
Kita pahami, bahwa sistem kapitalis-sekuler selalu menjadikan materi sebagai tujuan hidup. Akhirnya, dapat kita saksikan bahwa faktanya penerapan sistem hidup kapitalisme gagal memanusiakan manusia. Fitrah manusia dan akal sehat tidak terpelihara dengan seharusnya, sehingga menjauhkan manusia dari tujuan penciptaannya yaitu sebagai hamba Allah yang menjalankan syariat-Nya.
Padahal di dalam Islam, Islam mengajarkan bahwa seharusnya keluarga mampu mendidik generasi menjadi generasi yang memiliki kepribadian Islam, yang akan berbakti dan hormat kepada orang tuanya, dan memiliki kemampuan dalam mengendalikan emosi. Dengan lemahnya pengetahuan mengenai Islam dan masih diterapkannya sistem pemerintahan berbasis sekularisme dan kapitalisme menjadikan pemeliharaan individu dan keluarga menjadi sangat terabaikan.
Maka, kita sebagai seorang muslim harus berusaha untuk mengembalikan Islam sebagai landasan kehidupan. Islam tidak hanya dijadikan sebagai agama yang mengatur urusan ibadah, tetapi Islam juga mengatur aspek kehidupan manusia yang lain. Dari manusia bangun tidur hingga bangun negara. Peraturan di dalam Islam pun sangat lengkap dan kompleks. Islam memiliki mekanisme dalam menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindak kriminal. Juga menegakkan sistem sanksi yang menjerakan sehingga dapat mencegah semua bentuk kejahatan termasuk kekerasan anak pada orangtua.
Wallahualam bissawab. [An]
0 Comments: