Headlines
Loading...
Story Telling 


Oleh. Eka Suryati 

Dalam hidup ini, setiap manusia pasti mengalami berbagai fase yang menguji keimanan dan keteguhan hati. Salah satu anugerah terbesar dari Allah adalah hidayah, petunjuk yang diberikan-Nya untuk membawa kita dari kegelapan menuju cahaya. Hidayah ini seringkali menjadi titik awal dari hijrah, sebuah perjalanan spiritual yang mengubah diri kita menjadi lebih baik.

Hidayah adalah petunjuk yang datang dari Allah kepada hamba-Nya. Tidak semua orang beruntung mendapatkan hidayah, karena ia adalah karunia yang Allah berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Hidayah bisa datang dalam berbagai bentuk, kesadaran akan dosa, dorongan untuk melakukan kebaikan, atau inspirasi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ketika kita menerima hidayah, kita merasa ada kekuatan yang menarik kita untuk meninggalkan keburukan dan memulai perjalanan menuju kebaikan. Pada saat itulah langkah kita terarah, hijrah pun kita lakukan.

Hijrah bisa diartikan sebagai berpindah tempat, tetapi dalam konteks spiritual, hijrah berarti berpindah dari keadaan yang kurang baik menuju keadaan yang lebih baik. Hijrah bukan hanya tentang perubahan fisik, tetapi juga perubahan hati dan niat. Proses hijrah membutuhkan niat yang kuat, kesabaran, dan keteguhan hati. Kita meninggalkan kebiasaan buruk, lingkungan yang tidak mendukung, dan segala sesuatu yang menjauhkan kita dari Allah.

Hijrah akan banyak mengubah perilaku seseorang termasuk cara berpakaiannya. Dalam mengambil keputusan untuk berhijrah terkadang tidak mudah, ada banyak hal akan kita alami dan kita lalui. Dalam berhijrah pun harus dimulai dengan niat yang ikhlas semata-mata karena Allah. Niat yang tulus akan menjadi landasan yang kuat dalam menghadapi berbagai rintangan.

Ketika kuputuskan untuk mengubah penampilan, aku tahu hal itu tidak mudah. Selain kesiapan diri secara mental, maka persiapan secara fisik juga harus aku lakukan. Belum banyaknya baju yang sesuai dengan kriteria baju takwa menjadi tantangan tersendiri bagiku. Aku harus mulai memilih baju-baju yang akan dibeli, atau baju yang sudah ada untuk disesuaikan. Biasanya hanya membeli baju, maka harus bertambah dengan membeli kerudungnya. Koleksi baju ditambah agar saat keluar rumah,  baju takwa bisa dipakai.

Seiiring dengan berjalannya waktu dan berhijab sudah menjadi hari-hariku, maka hal yang harus dilakukan adalah mulai membiasakan diri untuk bertingkah laku yang baik. Banyak komentar yang didengar saat berhijab. Ada perasaan serba salah pada awalnya. Bagi mereka yang belum memahami bahwa berhijab itu wajib, maka sering terlontar kata-kata sinis. Mereka bilang sok alim dan sebagainya yang dilabelkan padaku, namun aku tak menyerah, biarlah waktu yang akan memberi pemahaman. Bagi mereka yang sudah mulai tahu dan memahami, ada semacam tuntutan untuk bertingkah laku yang baik bahkan nyaris tak boleh bersalah. Orang-orang yang berhijab, jika tanpa sengaja melakukan kekeliruan, maka cemoohan akan dilontarkan. Sebenarnya itu tak harus menjadi beban, biarkan saja itu menjadi sebuah proses pembelajaran diri. Namun terkadang hati menjadi sedih juga, disaat langkah masih terseok meniti jalan hijrah, tantangan seperti itu terkadang cukup melemahkan hati. Jangan, jangan mundur, hati tak boleh lemah. Harus tetap berada dijalan hijrah, tak boleh mundur kebelakang. Titian hijrah harus ditempuh.

Waktu terus berlalu, sampai dititik saat sebelum aku bertemu dengan para sahabat yang mengubah pandanganku, hari-hariku berlalu dengan melakukan rutinitas. Menjadi istri, ibu dari anak-anakku dan menjadi seorang Abdi Negara itulah aku. Memenuhi kewajiban, meninggalkan larangan, aku sudah merasa cukup. Tak ada hal lain yang kulakukan. Terkadang bahkan keimanan dirasakan melemah karena tak dikaji dengan baik. Hijrahku seakan terhenti.

Namun Allah begitu sayang padaku. Sedikit demi sedikit aku terbimbing kembali. Mulai aku dikenalkan dengan komunitas yang bisa membuat kemampuan literasiku terasah kembali. Komunitas Corak Karya adalah komunitas yang membuat aku memiliki kembali minat baca tulis yang sempat terabaikan. Di bawah bimbingan Miya Nelliya Al Farisi aku belajar literasi dari dasar sekali. Berlatih dan belajar berkarya, bersama sahabat di sana kami membuat beberapa antologi. Namun aku belum berani mengikuti challenge menulis.

Tak mengenal putus asa, Miya ingin menggali potensiku, aku diajaknya untuk mengikuti sebuah challenge yang diselenggarakan oleh SSCQ. Ternyata itu adalah langkah awalku untuk menjadi anggota SSCQ. Setelah Miya meyakini diriku untuk mengikuti challenge tersebut, akhirnya challenge demi challenge di SSCQ kuikuti. Karena banyaknya challenge yang diikuti, aku mulai mengenal para sahabat SSCQ. Tapi kelas utama belum kumasuki, aku masih tergabung di kelas teras. Selain itu juga tergabung di kelas-kelas tambahan atau kelas literasi. Bahkan aku mulai mengikuti kajian online dan menuliskan pesan dan kesanku. Ada kejutan bahwa pesan kesan yang kutulis disukai oleh Bunda Lilik S Yani dan aku mendapat hadiah sebuah kerudung dan gamis yang cantik. Hati bahagia, kutuliskan bahwa aku ingin mengikuti kelas utama One Day One Juz. Mungkin karena seringnya kami berinteraksi dan banyak kelas literasi yang kuikuti maka mereka menyangka diriku sudah mengikuti ODOJ saat itu, kenyataan belum. Akhirnya aku mulai ikut challenge utama, kelas utama yaitu ODOJ. Disaat itulah hijrahku dimulai kembali.

Menulis untuk dakwah sudah mulai kutiti, ditambah bergabung di SSCQ semakin kuat keinginan  diri tersebut. Selalu ada challenge yang tanpa henti dan bertujuan untuk mengajak pada kebaikan, jalan taat kepada Allah membuat diri ini sadar bahwa dakwah adalah bagian dari sisi kehidupan yang harus dimiliki setiap muslim. Orang Islam memiliki kewajiban berdakwah sesuai potensi dan kemampuan dirinya. Islam harus menjadi ideologi diri, bukan yang lainnya. 

Aku menemukan sisi lain dalam hidupku, saat ayat demi ayat kulantunkan, terjemahannya kubaca dan  mulai dipahami sedikit demi sedikit. Ternyata selama ini, aku nyaris terbiar tak tentu arah. Allah dicinta, namun ayat-ayatnya jarang tersentuh, cinta seperti apakah itu gerangan? Membaca Al-Qur'an hanya di saat sempat, itulah aku dahulu. Sekarang itu tak boleh lagi terjadi, Al-Qur'an harus rutin  dibaca, terjemahannya dibaca berulang-ulang. Mencari makna dari ayat demi ayat cintaNya. Aku harus masuk kedalam Islam secara menyeluruh, seperti dalam firman Allah yang berbunyi,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا ادۡخُلُوۡا فِى السِّلۡمِ کَآفَّةً ۖ وَلَا تَتَّبِعُوۡا خُطُوٰتِ الشَّيۡطٰنِ‌ؕ اِنَّهٗ لَـکُمۡ عَدُوٌّ مُّبِيۡنٌ
Yaaa ayyuhal laziina aamanud khuluu fis silmi kaaaffatanw wa laa tattabi'uu khutuwaatish Shaitaan; innahuu lakum 'aduwwum mubiin

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah ayat 208)

Seiring kesadaran diri, ternyata jalan hijrah harus selalu dilalui, tak boleh berhenti. Doa-doa dimohonkan pada Allah, agar diberi kekuatan untuk terus berada di jalanNya. Hijrahku kini, hijrah menuju Islam yang kafah.

Kotabumi, 11 Juli 2024

Baca juga:

0 Comments: