Story Telling
Oleh. Reva Lina
For my mom! Untuk Ibuku, wanita tangguh yang kupanggil Mamak. Mamak, sang wanita tangguh yang kini telah memiliki gelar Ibu. Sembilan bulan merasakan beratnya beban namun tak membuatnya mengeluh dan kesal. Perempuan pertama yang merasakan getaran sakit untuk menghantarkan malaikat kecilnya melihat dunia fatamorgana. Dimana kasih sayangnya tak pernah habis termakan oleh waktu. Seperti lirik salah satu lagu favorit di masa kecil dulu:
Kasih ibu, kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Begitulah sosok seorang ibu, tak pernah meminta kembali apapun yang telah diberi. Mencintai dan merawat setulus hati, karena seorang anak, rezeki pemberian Ilahi. Namun, meski begitu masih banyak anak yang menganggap perjuangan seorang ibu hanya sebatas hal yang lumrah tak ada apa-apanya. Padahal, ketika kita lihat dan kita temukan seorang ibu yang berjuang dengan keras untuk menghidupi anak-anaknya. Apalagi jika dia seorang single mother. Melihat di sekitar bagaimana perjuangan beliau bekerja untuk memenuhi kebutuhan anaknya demi sesuap nasi bagi mereka. Tak pernah menghiraukan sakit yang diderita, menjaga merawat dengan ikhlas sepenuh jiwa.
Teringat kala itu, sosok wanita tangguh yang menyinari duniaku tumbang selama satu bulan penuh. Terbaring lemah merasakan sakit penuh haru dan derita. Hingga membuat hari-hari kami seolah terhenti sejenak. Seakan tak ada yang bisa kami lakukan. Tanpa ada sang wanita tangguh tak bersayap. Bagaimana tidak? Beliau yang setiap hari berkelana 24 jam tanpa henti, berbaur bersama bapak mencari rezeki agar terpenuhi kebutuhan kami. Harus menghadapi kaki yang membengkak hingga membuat tak bisa berjalan sama sekali. Berada pada fase itu membuat aku merasakan betapa beratnya menjadi sosok seperti ibu/mamak biasa aku panggil, yang harus 24 jam bergerak menyiapkan apapun yang diperlukan. Tak pernah ada kata tidak! Semua dilakukan, itulah Mamak.
For My Mom
Mamak, mungkin anakmu saat ini belum bisa membahagiakan dirimu. Belum bisa memberikan kado spesial seperti anak lain di luaran sana. Juga tak pandai mengucapkan kata-kata di saat hari ibu yang hanya satu hari itu. Tapi percayalah, engkau abadi di dalam doa tulus dari hati penuh cinta. Aku bukannya tak ingin merayakan hari ibu seperti kebanyakan teman sebaya, satu hari penuh lalu hari-hari berikutnya terlupakan jua. Bagiku setiap hari adalah hari ibu. Dimana kita makan satu piring berdua, yang mungkin kini jarang dilakukan seperti anak muda sebaya saya. Bercerita tentang dunia yang begitu kerasnya. Di saat yang lain pernah membullyku, mamak menjadi garda terdepan penguatku.
Memang kadang-kadang memori tidak terekam dengan baik, hingga berlalu begitu saja. Namun, untaian kisah di masa lalu menjadikan bukti betapa seorang ibu sangat menyayangi anak-anaknya. Kala anak tumbuh besar, menikah, memiliki anak, maka otomatis seorang ibu telah menjadi seorang nenek. Akan tetapi melihat arus yang semakin menjadi-jadi saat ini, coba kita lihat lingkungan sekitar. Seorang nenek merangkap sebagai babysitter, menjaga, menyuapi, mengasuh, bahkan mengganti popok cucu-cucunya. Apa hal tersebut pantas? Apa ini timbal balik dari putra-putrinya? Sungguh keterlaluan.
Memang benar fakta, bahwa ibu bisa memelihara dan merawat 10 orang anak. Tapi 10 orang anak, belum tentu bisa memelihara dan merawat seorang Ibu.
For my mom,
“Maafkan aku, Mak.” Jika aku masih gagal menjadi anak yang patuh di matamu. Masih menjadi beban dan kerap kali membuatmu sedih akan tingkahku saat itu. Namun, perlu mamak tahu bahwa mamak tak pernah gagal menjadi Ibu hebat, kuat, sabar dan tangguh. Terima kasih mamak, telah menjadi labuhan tempat aku kembali dari keterpurukan, berkali-kali membuatku bangkit dari kekeliruan dunia. Padahal diriku sendirilah yang menciptakan dunia itu sendiri. Mak, i'm sorry jika belum bisa menjadi anak yang membanggakan. Maaf jika sampai hari ini aku masih malu untuk memeluk dan bersimpuh di kakimu hanya untuk sebuah pengakuan salah dan permintaan maaf.
Mak, terima kasih untuk segala hal yang telah kau beri untuk anakmu yang kau cinta. Semoga hatimu tetap tabah, tanganmu tetap gagah, untuk menghadapi tingkah anakmu yang kerap kali suka menyerah dan mudah sekali terluka.
Doakan malaikat kecilmu ini, Mak. Agar bisa menjadi anak yang mampu membahagiakanmu. Ridai perjalananku, agar selalu mudah jalanku.
Sebagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Bahwa rida Allah itu tergantung rida kedua orangtua, dan murka Allah juga tergantung murkanya kedua orangtua.” (HR. Tirmidzi)
My mom is my favorite person in this world. When she cries, i cry and when she laughs, i get so happy. I love that woman!
0 Comments: