Opini
Oleh. Putri Uranus
Mungkin selama ini kita sudah tidak asing dengan fenomena bunuh diri di Jepang atau Korsel atau negara lainnya. Di Indonesia sendiri kasus bunuh diri memang ada, namun semakin tahun jumlah korban terus menanjak naik.
Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Indonesia (Pusiknas) Polri menyebut laporan kasus bunuh diri di Bali sepanjang 2023 angkanya mencapai 3,07. Suicide rate atau tingkat bunuh diri dihitung berdasarkan jumlah kasus bunuh diri dibandingkan dengan jumlah penduduk.
Selain Bali ada Yogyakarta menduduki posisi ke dua, disusul Bengkulu diposisi ke tiga, dan posisi paling buncit Aceh dari seluruh provinsi di Tanah Air (cnnindonesia.com, 2/7/2024).
Acapkali seseorang memiliki penyakit mental disebabkan trauma masa lalu yang berasal dari keluarga, dan lingkungannya. Tanpa disadari rumah tangga yang tidak didasari oleh keimanan, ketakwaan dan emosi yang stabil juga memicu ketidak harmonisan rumah tangga antara suami dan istri. Dari kondisi cekcok antar pasang yang menyebabkan depresi, kesalahan cara mendidik orangtua ke anak pun menyebabkan luka batin pengasuhan.
Lingkungan juga menyumbang kesehatan mental seseorang terganggu, bergesernya kehidupan masyarakat ke arah sekuler liberal dan hedonisme menyebabkan banyak sekali kasus pelecehan seksual baik dilakukan orang lain atau bahkan keluarganya sendiri, bullying dalam bentuk verbal maupun nonverbal, narkoba teryata juga mampu memicu gangguan mental, judol dan pinjol pun yang saat ini sedang marak menyebabkan gangguan mental dan sederet permasalahan sosial lainnya yang membentuk luka batin yang dipendam akhirnya membentuk trauma dan ketika dewasa barulah muncul penyakit mental.
Amat disayangkan penyakit mental masih dianggap aib oleh pihak keluarga dan masyarakat, mereka menilai penyakit mental sama seperti ODGJ padahal orang yang memiliki penyakit mental masih bisa melakukan aktivitas seperti orang normal lainnya. Stigma negatif inilah yang akhirnya menyebabkan seseorang yang memiliki gangguan mental malu untuk memeriksakan dirinya ke paikolog atau psikiater.
Sehingga penyakitnya terus berlarut-larut, semakin parah dan akhirnya mengakhiri hidup atau bahkan seseorang dengan penyakit mental seperti Skizofrenia mampu membunuh orang lain disebabkan mendengar bisikan-bisikan. Selain itu biaya untuk konseling ke psikolog atau memeriksakan diri hingga obat di psikiater tergolong mahal, meskipun saat ini ada yang sudah ditanggung oleh BPJS.
Kesehatan Mental Butuh Penanganan Serius
Kesehatan mental merupakan sesuatu yang sangat penting tidak layak untuk disepelekan, butuh tiga komponen untuk menjaga kesehatan mental.
Yang pertama, individu dan keluarga. Kekuatan mental setiap individu memang berbeda, ada yang kuat, ada yang mudah rapuh. Ketakwaan dan keimanan, kesabaran dan rasa legowo terhadap permasalahan hidup, fokus dengan solusi, ber_husnuzan_ kepada Allah, dan menghindari orang dan lingkungan yang toxic adalah upaya untuk menjaga hati dan pikiran agar kesehatan mental bisa terjaga.
Sedangkan keluarga merupakan sandaran individu untuk menyehatkan mental, maka jangan menikah dulu jika belum selesai dengan dirinya sendiri, hal ini penting agar ketika berumah tangga kondisi kesehatan mental kedua belah pihak sehat, ketika sudah siap berumahtangga sudah mampu mengelola emosi dan pikiran sehingga sudah tau bagaimana melaksanakan tanggungjawab dan hak sebagai suami atau istri dan orangtua, sudah tau bagaimana mendidik anak dengan benar.
Yang kedua, lingkungan masyarakat. Lingkungan sangat berpengaruh, seperti sabda Rasulullah, " Perumpamaan teman bergaul yang saleh dan teman bergaul yang buruk adalah bagaikan penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi itu antara dia akan memberimu atau engkau akan membeli darinya, atau paling tidak engkau bisa mendapatkan darinya aroma yang wangi. Sedangkan pandai besi, bisa jadi dia akan membakar pakaianmu atau engkau akan mendapatkan aroma tidak sedap darinya."
Menghindari teman dan lingkungan yang toxic yang membawa kearah yang buruk. Pilih teman dan lingkungan yang sehat, menguatkan keimanan dan ketakwaan.
Masyarakat Indonesia yang terkenal ramah kadang kalanya menyalahi kaidah, keinginan untuk selalu ingin tau, ikut campur dalam masalah orang lain, pamer dan perbutan toxic lainnya yang membuat seseorang menjadi anti sosial. Sehingga masyarakat seharusnya lebih menjaga batas-batasan mana yang harus peduli, mana yang harus dijaga dan mana yang harus dihindari. Agar kondisi bermasyarakat aman, tentram dan damai.
Yang ketiga, negara. peran negara hal yang sangat penting, tugasnya tidak cukup hanya memasukan pengobatan mental ke dalam BPJS namun harus lebih dari itu. Yaitu mengkondisikan masyarakat hingga tataran keluarga dan individu sehat secara mental dengan tidak menerapkan sistem sekuler hedonis liberalis yang sebenarnya bertentangan dengan fitrah manusia.
Ketika negara menerapkan sistem yang berasal dari Allah SWT yaitu sistem Islam yang memberikan ketentraman hati dan pikiran, InsyaAllah kekuatan mental akan terbentuk dan akan menyembuhkan dan mengurangi pasien gangguan mental. [ry].
0 Comments: