Hikmah
Oleh. Juwita Ratna Sari
"Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) "Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu" Hanya kepada-Ku (kamu) kembali."(TQS. Luqman:14).
Ibu adalah bidadari surga yang dikirimkan oleh Allah ke dunia untuk menjaga, mendidik, dan membimbing anak-anaknya agar kelak menjadi anak salih dan saliha. Peran ibu dalam Alqur'an ada lima yaitu mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, dan mendidik.
Adapun keutamaan seorang ibu yaitu sosok yang mulia di mata Allah, memiliki derajat yang paling tinggi, sosok yang kuat ,wajib dihormati, doanya mustajab, pembentuk generasi cemerlang, penerus keturunan, sosok penuh kasih sayang dan jalan menuju surga.
Dalam rangka memperingati hari ibu. Saya akan berbagi sedikit bercerita tentang sosok ibu. Ibu adalah wanita tangguh dan mandiri, sewaktu kecil umur 2 tahun Ibu sudah menjadi seorang yatim piatu, karena orangtuanya meninggal ketika melahirkan anak terakhir.
Ibu diangkat oleh Ema dan Abah yaitu ibu dan bapak angkatnya dan saya menyebutnya dengan sebutnya Ema dan Abah. Ibu dibesarkan dan dididik oleh mereka sampai ibu menikah. Ibu sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Ema dan Abah yang sudah merawat ,mendidik dan membesarkannya.
Dengan berjalannya waktu Ibu telah dewasa. Ema dan Abah menikahkan Ibu dengan bapak dan mempunyai dua orang anak. Yaitu saya dan adik saya. Namun ketika saya berumur 2 tahun abah meninggal dunia. Kehidupan tetap harus berjalan , kebutuhan hidup harus selalu terpenuhi.
Bapak bekerja menjadi seorang pedagang di luar kota, hasilnya tak begitu besar namun Alhamdulillah bisa mencukupi kebutuhan. Selain bapak jualan, di rumah Ema berjualan bubur dan soto di bantu oleh Ibu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Qadarullah ketika saya SMA, orang tua bercerai. Apapun alasannya saya tidak ingin tahu. Mungkin semua ini sudah kehendak Allah dan mereka sudah tak ada lagi jodoh. Semenjak itu di rumah hanya ada Ibu, Ema, Adik dan saya. Kami sangat kecewa kepada Bapak , karena semenjak orangtua bercerai, Bapak bilang kepada saya agar berhenti sekolah, namun Ibu dan Ema tidak setuju. Akhirnya kami bekerja keras khususnya Ibu dan Ema agar bisa melanjutkan saya sekolah.
Waktu itu Ema masih berjualan bubur, soto, karedok dan lotek. Ibu menjadi seorang guru PAUD honorer, meskipun gaji tak sesuai namun sedikitnya bisa mencukupi kebutuhan. Selain menjadi seorang guru paud, ibu menjadi kader, ART sepulang mengajar dan bekerja di Puskemas sebagai penjaga kebersihan, gajinya hanya seratus ribu per bulan.
Alhamdulillah kami masih bisa bersyukur kepada Allah atas rezeki yang kami terima. Meskipun hitungan matematika manusia tidak masuk akal , namun hitungan matematika Allah semua bisa tercukupi dan barokah.
Selain Ibu dan Ema, saya pun tak kalah semangat dan tak merasa malu untuk membantu Ibu dan Ema. Setiap selesai shalat subuh saya menemani ibu ke Puskesmas, untuk beres-beres sampai pagi. Ibu dan saya berjalan kaki meskipun jarak lumayan jauh, karena kami tak punya kendaraan. Setelah selesai membereskan dan membersihkan puskesmas, ibu dan saya bergegas pulang untuk membantu Ema di rumah dan menyiapkan saya dan adik sarapan.
Setelah itu Ibu bergegas berangkat mengajar. Sepulang mengajar sekolah, Ibu pergi ke rumah Bu bidan bekerja sebagai ART. Sepulang sekolah Saya pun pulang ke rumah bu bidan untuk membantu ibu menyelesaikan pekerjaan sebagai ART. Ibu bekerja seperti menyetrika, mencuci dan pekerjaan rumah lainnya. Gajinya pun diberikan setiap hari. Setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah, sore harinya ibu dan saya pulang ke rumah. Saya merasa kasihan kepada Ibu, tak kenal lelah bekerja untuk anak-anaknya.
Ibu selalu berpesan kepada saya dan adik agar menjadi anak saliha, berbakti kepada orang tua, rajin belajar agar lulus sekolah minimal SMA. Berjalannya waktu alhamdulillah saya bisa tamat SMA. Sebenarnya saya ingin kuliah, namun dengan kondisi yang ekonomi yang tak memadai, mengharuskan saya untuk bekerja agar bisa mandiri dan membantu keluarga. Itulah pengorbanan seorang Ibu selain menjadi Ibu rumah tangga, Ibu harus menjadi tulang punggung keluarga.
Ibu melakukan semuanya dengan ikhlas dan semata-mata hanya untuk ibadah dan mendapat rida Allah, begitupun Ema. Dari kisah diatas saya sangat kagum kepada Ibu dan Ema atas apa yang mereka lakukan. Ibu dan ema tak pernah mengeluh, yang ada mereka selalu meemberi semangat kepada saya dan adik.
Ibu berpesan," Nak, di dunia ini kita hanya sementara, dunia tempatnya capek dan bersusah payah, maka niatkan segala sesuatu dengan ibadah agar mendapat rida Allah, bersabarlah dengan apa yang menimpamu, hanya shalat, berdoa dan ikhtiar. Serahkan semuanya kepada Allah."
Jadi teringat ucapan seorang ustaz,"Kunci suksesnya anak itu karena doa seorang ibu. dua kata agar menjadi sukses. Dua kalimat harus terucap dari seorang Ibu. Pertama Ibu rida kepada anaknya, kedua ibu memaafkan anaknya. Anak akan mendapat dunia dan seisinya.Dunia akan terbuka dari semua pelosok dunia dan dunia akan datang dalam keadaan bersujud kepada anak yang mendapat rida dan barokah dari orangtuanya".
Sebenarnya Ibu ingin berada di rumah, mengurus keluarga dan mendidik anak-anak. Karena kondisi seperti itu, mengharuskan Ibu harus menjadi tulang punggung keluarga, karena tuntutan kondisi dan tak ada cara lain yang harus ibu lakukan. Yang terpenting Ibu bisa bekerja sambil mengurus keluarga. Asalkan tidak bekerja di dunia industri yang waktunya di habiskan untuk bekerja. Itulah pengorbanan dan tanggungjawab seorang Ibu, juga memberikan cinta dan kasih sayangnya dengan iklas.
Beginilah situasi di jaman sekarang apalagi sistem pemerintahan yang kapitalis, semua dibebankan kepada individu pun bagi seorang wanita. Keadaannya begitu miris ketika wanita diharuskan untuk bekerja apalagi di dunia industri. Penguasa dan pengusaha menjadikan wanita tumbal kesuksesan mereka. Wanita bekerja dari pagi sampai malam, tidak ada waktu bersama keluarga apalagi untuk melayani kebutuhan keluarga dan mendidik anak.
Ibu adalah madrasah al'ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya. Ibu menjadi guru pertama yang mengajarkan semua ilmu. Dari mulai ilmu agama, pengetahuan umum, ilmu kehidupan dan budi pekerti hingga anak-anak dewasa.
Menetap dan tinggalnya wanita di rumah merupakan perkara yang disyariatkan oleh Allah Ta’ala. Allah Ta’ālā berfirman, “ Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu,” (TQS al- Ahzab:33)
Tinggalnya wanita di rumah berarti dia melaksanakan urusan rumah tangganya, memenuhi hak-hak suami, mendidik anak-anaknya, dan menambah amal kebaikan. Sedangkan wanita yang sering keluar rumah, akan membuatnya lalai dari kewajiban.
Awal mula tumbuhnya generasi baru adalah dalam asuhan para wanita, yang ini semua menunjukkan mulianya tugas kaum wanita dalam upaya memperbaiki masyarakat.
Peran wanita bahkan disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW yang menyatakan, "Wanita adalah tiang negara, jika baik wanitanya maka baiklah negaranya dan jika rusak wanitanya maka rusak pula negaranya."
Hadits tersebut, menunjukkan tugas perempuan sangat berat karena negara menjadi taruhannya. Nasib negara tidak semata-mata bergantung pada pemimpin negara, tetapi justru dari keadaan kaum perempuannya.
Semoga suatu saat nanti Islam berjaya kembali dengan sistem pemerintahan Islam yang Kafah. Karena dengan sistem pemerintahan Islam pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan seorang janda menjadi tanggung jawab pemerintah. Aamiin.[ry].
Subang, 15 Desember 2023
0 Comments: