Opini
Oleh. D’ Safira
Asyik nggak sih nge-game? Ada berita mahasiswa di Tiongkok meninggal mendadak setelah maraton berhari-hari live streaming game. Menurut sang ayah, anaknya memilih untuk magang selama 6 bulan di sebuah perusahaan video game untuk pekerjaan sekolah. Bahkan ia setuju untuk menandatangani sebuah kontrak yang memungkinkan mereka bermain dan streaming selama lebih dari 240 jam dalam waktu satu bulan (radarjogja.jawapos.com, 1/12/2023). Dan beberapa hari sebelum ia meninggal, memilih nge-game di malam hari. Miris sekali. Tubuh manusia yang berhak untuk diistirahatkan, namun tak terpenuhi.
Beginilah sistem sekuler hari ini, mereka hanya mengedepankan kepuasan jasadnya, tanpa mempertimbangkan apakah sesuatu itu aman untuk dirinya ataukah justru membawa mala petaka. Apalagi benar atau salah tak sedikitpun menjadi bahan pemikiran, yang penting happy. Terlebih pada kasus di atas, ia mendapatkan imbalan yang cukup menggiurkan.
Kapitalis juga telah mencekoki manusia era kini dengan faham bahwa banyaknya uang menjadi salah satu standar meraih kebahagiaan. Masyarakat pun memandang suksesnya seseorang dipandang dari seberapa banyak ia mampu mengumpulkan pundi-pundi uang. Wajar akhirnya mencari uang melalui live streaming game bermunculan. Bagi mereka, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Sembari menjalankan hobinya, mengalir juga cuan yang mereka cari. So, seringkali bahaya yang mengancam badan tidak dihiraukan.
Memang, kapitalisme gagal total dalam mencetak generasi. Yang ada adalah generasi-generasi berkualitas rendah, menghabiskan waktu mereka dengan sesuatu yang sia-sia. Bagaimana bisa? jelaslah, apa yang mereka lakukan hanya untuk meraih kepuasaan sesaat saja. Jangankan cita-cita bahagia di akhirat, hal yang membahayakan tubuh saja mereka tak peduli.
Itulah dampak kehidupan bebas saat ini. Ditambah semakin maraknya sarana-sarana yang memfasilitasi mereka, bentuk games beserta tayangan-tayangan yang terkait dengannya semakin beraneka ragam. Dan menjadi sesuatu yang pasti dalam sistem saat inI, selama sesuatu menguntungkan pasti akan selalu dikembangkan, termasuk games.
Bermain games pada dasarnya mubah alias boleh. Namun jika sudah melenakan hingga melalaikan kewajiban dan kepentingan-kepentingan, terlebih membawa mudharat, maka hukumnya adalah haram.
Memenuhi hak tubuh itu adalah wajib bagi manusia. Dengan tubuh yang sehat, manusia khususnya seorang muslim akan mampu beribadah dengan baik. Menjaga tubuh bukan hanya dengan mengkonsumsi makanan yang halal dan thayyib, namun juga memberikan hak istirahat padanya.
Demikian pula Islam mengharuskan umatnya faham terhadap hukum perbuatan yang ia lakukan. Yang mana 5 hukum yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram sudah seharusnya difahami dengan benar. Sehingga seorang muslim mampu memilih aktivitasnya dengan benar.
Masyarakat yang berlandaskan Aqidah Islam juga akan faham tentang apa yang seharusnya mereka lakukan. Jika ada di antara anggota masyarakat yang menyalahi aturan-aturan Allah, maka akan segera dilakukan amar ma’ruf nahi munkar, sebagai kontrol sosial. Mereka pun akan menilai seseorang dari tingkat ketakwaannya, bukan dari banyaknya harta.
Dalam Masyarakat Islam juga terbangun kehidupan fastabiqul khairat yaitu berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. Ini semua butuh sebuah sistem untuk menjaganya. Dan sistem itu adalah Khilafah Islamiyyah. Khilafah akan menyelenggarakan sistem pendidikan yang berbasis Akidah Islam. Khilafah juga akan mengisi media dengan konten-konten yang berguna.
Dengan demikian akan terbentuk individu yang berkepribadian Islam sehingga mereka akan berfikir sebelum beramal. So, generasi akan paham tujuan hidup yang sebenarnya. Hidup menjadi produktif dan berdaya guna. [Hz]
0 Comments: