Headlines
Loading...
Mantan Roker Berhijrah Menikmati Jalan Dakwah

Mantan Roker Berhijrah Menikmati Jalan Dakwah

Kisah Inspiratif 

Oleh. Sri Ratna Puri

Harry Moekti. Bagi generasi delapan puluh hingga sembilan puluhan, pasti kenal dengan sosok roker yang satu ini. Tubuhnya tak terlalu tinggi, namun suaranya melengking tak tertandingi. Karir keartisan terus menanjak, dibarengi bisnis-bisnis yang menambah kesuksesan pengumpulan pundi-pundi yang berjumlah milyaran. Tak hanya bermata uang rupiah, tapi dolar. 

Anehnya, di tengah materi yang melimpah ruah, tak ada kenikmatan di sana. Hal ini diakui dan diceritakan sendiri oleh roker yang bernama asli Hariadi Wibowo, yang bermetamorfosis menjadi seorang mubalig, ustaz Khoir Harry Moekti. Sosok yang bisa dibilang sebagai pionirnya artis berhijrah (sebelum istilah ini booming saat ini). 

Ya. Harta kekayaan yang memanjakan, menjadikannya terbawa arus pergaulan yang dekat dengan gaya hidup glamour, dunia malam dan minum-minuman haram. Mungkin, hal ini yang menjadikan hatinya gersang. Hidup tak tenang. Lidahnya tak bisa merasakan kenikmatan, sekalipun hidangan yang disajikan adalah hidangan restoran.

Berbeda cerita, saat hidangan yang telah kehilangan rasa lezat itu berpindah pada mulut dua orang anak pengemis yang memperlihatkannya semenjak ia makan di restoran. Terlihat betapa nikmatnya. Apa yang salah pada dirinya?

Istidraj. Satu kata yang bisa menggambarkan kondisinya saat itu. Allah terus memberikan kesenangan dunia, tapi tak menyisakannya untuk akhirat. Akhirnya, ia pun bertobat. Ia tinggalkan semua harta haram yang ia dapatkan, termasuk bisnis arum jeram yang memiliki omzet lumayan. Ia memilih jalan hidup untuk berserah diri pada Islam, serta mewakafkan sisa usia dengan mendakwahkan Islam kafah. 

Ketenangan pun datang, meski harus menjalani kehidupan yang bertolak belakang 180 derajat dari kehidupan sebelumnya. Satu per satu teman akrab pun meninggalkan, termasuk istri pertama yang lama mendampingi, di mana tak sejalan dengan pilihan baru hidupnya. Ia terima. Ia anggap sebagai ujian sekaligus pembersihan dari hal-hal yang bisa mengganggu perjalanan hijrahnya.

Hari-harinya ia habiskan memenuhi seruan dakwah. Tak hanya di kota, sampai juga di pelosok-pelosok desa, bahkan ke Papua. Tak hanya perkantoran, penjara-penjara pun ia sambangi demi menyampaikan keindahan ajaran Islam, membagikan kenikmatan hijrah yang ia rasakan. Dakwahnya tak pedulikan bayaran, selagi bisa berangkat, ia pun siap. Ia rela tidur di tempat-tempat paling sederhana, yang tak terbayangkan bila ia masih di dunia keartisan. 

Ciri khas berupa suara yang lantang, menggelegar dan tegas, serta semangatnya mampu menyentak kesadaran umat yang sedang terlena karena buaian sistem kapitalisme-sekulerisme yang bercokol di benak kaum muslimin. Dalam forum-forum besar, aksi-aksi menentang kebijakan penguasa yang zalim, ia pun sering tampil. 

Kini, enam tahun berlalu. Mubalig, yang mantan roker itu telah berpulang dalam kondisi yang sungguh indah. Ia dijemput Sang Pemilik kehidupan saat memenuhi undangan dakwah di salah satu kota di Bandung, tepatnya di tanggal 24 Juni 2018, di Rumah Sakit Dustira, Cimahi. 

Selamat jalan roker umat, jasamu semoga menjadi amal jariyah yang memberatkan timbangan pahala. Kembalilah dalam rangkulan Sang Penciptamu dengan ketenangan, dan menikmati hasil yang telah Allah janjikan dari semua yang telah engkau lakukan. Sebagaimana firman-Nya.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30)

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30).

Wallahualam bissawab. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: