Headlines
Loading...
Melakukan Tawuran, Demi Cuan Semata

Melakukan Tawuran, Demi Cuan Semata

Surat Pembaca 


Oleh. Zahrah Luthfiyah

Aksi tawuran lagi-lagi pecah di Jalan Basuki Rahmat (Bassura), Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Dugaan sengaja buat mencari cuan melalui medsos pun muncul di balik terjadinya aksi tawuran.

Diketahui, tawuran tersebut melibatkan warga RW 01 dan RW 02 pada Kamis (27/6), sekitar pukul 05.30 WIB. Para pelaku tawuran itu menggunakan berbagai benda, seperti batu, petasan, dan senjata tajam (27-06-2024).

Miris, melihat generasi yang seharusnya menjadi tonggak peradaban dan menjadi agen perubahan. Namun, malah menimbulkan kerusakan karena perbuatannya sendiri. Inilah fakta bahwa sistem kapitalisme tidak dapat mencetak generasi yang bagus dari segi moralnya. Apalagi di arus digitalisasi yang sangat pesat membuat banyak orang mudah dan bebas mengakses sesuatu. Seperti yang viral saat ini adalah tawuran sebagai ajang baru untuk mendapatkan cuan. Yang kita ketahui bahwa tawuran adalah tindak kekerasan yang sangat merugikan apalagi sampai sampai membawa senjata tajam untuk melukai seseorang. Ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi pemerintah untuk mencegah tindak kekerasan seperti ini.

Hari ini media sosial menjadi ladang cuan. Seperti facebook, instagram, tiktok, dan lainnya. Banyak orang gencar mengupload konten demi untuk mendapatkan cuan. Yang bikin meresahkan yaitu seseorang yang menjual kehormatannya demi cuan, berjogat-joget di depan layar demi terkenal, membuat konten yang tidak mengedukasi seseorang dan tidak mengandung kemanfaatan.

Berbeda dengan islam yang mendidik generasinya dengan sebaik-baiknya dengan pengembangan moral melalui pendidikan berbasis akidah Islam. Dan Islam juga memberikan aturan yang sangat sempurna. Misalnya saja, seorang muslim ketika bertindak harus berdasarkan boleh tidaknya menurut Allah dan didasarkan pada Al-Qur'an dan As-Sunah.

Dalam Islam, keluarga akan terbina secara sempurna sehingga melahirkan generasi yang tangguh. Anak akan mendapatkan didikan yang terbaik. Baik dari segi pemahaman agama, pendidikan, dan kasih sayang yang utuh dari keluarga. Sehingga, anak tidak mencari kesenangan-kesenangan sebagai pelarian. Berbeda dengan sistem kapitalisme yang mengukur sesuatu sebagai asas manfaat saja. Sehingga, banyak orang tua yang fokus mencari cuan dan menjadikan anak kurang kasih sayang dan mencari kesenangan di luar sehingga merusak pola pikir dan moral anak.

Dengan melihat beberapa fakta yang merusak. Sampai kapan lagi kita berharap jika generasi kita akan terbina dengan baik. Jika, sistem dan kurikulum yang ada tidak dapat mencetak generasi yang terbaik. Maka, sudah seharusnya kita hijrah dan menjadikan Islam sebagai satu-satunya sistem yang mengatur segala tatanan kehidupan. Itu dimulai dari masing-masing individu seorang muslim untuk terus giat menyebarkan agama Allah di muka bumi sampai datang kejayaan Islam.

Wallahualam bishawab.

Baca juga:

0 Comments: