Headlines
Loading...
Mencari Kelemahan Islam Berbuah Hidayah

Mencari Kelemahan Islam Berbuah Hidayah

Kisah Inspiratif 


Oleh. Eka Suryati 

Berawal dari Surat Al-Ikhlas

Hidayah memang mutlak milik Allah, hadirnya terkadang tak diundang. Adalah sebuah kisah perjalanan seorang Irena Handono yang menjemput hidayah justru pada saat ia mencari kelemahan Islam. Sebuah perjalanan hidayah yang begitu memukau dan sangat menginspirasi semua orang yang memiliki jiwa yang jernih dan akal yang cerdas. Karena dengan itu semua, ajaran Islam yang gemilang akan didapatkan.

Terlahir dari keluarga yang memiliki latar belakang katolik yang taat, Irena Handono menjadi seorang biarawati setelah mengikuti sekolah khusus untuk para biarawati. Kisahnya bermula ketika ia berdiskusi dengan seorang dosen. Mereka sedang melakukan perbandingan agama terkait konsep keimanan. Sang dosen mengatakan bahwa Katolik adalah agama terbaik, bukan Islam. Lalu ia pun ingin mempelajari Islam. Maksud dan tujuannya tak lain adalah hendak mencari kelemahan Islam.

Diliputi rasa penasaran, Irena ingin mempelajari agama Islam dari sumbernya, yaitu Al-Qur'an. Irena bergegas ke perpustakaan untuk meminjam Al-Qur'an. Namun saat itu ia kebingungan sendiri, karena memilih kitab suci agama Islam yang tanpa terjemahan. Irena pun mencari dan meminjam Al-Qur'an yang ada terjemahannya lalu mulai membacanya.

Irena yang saat masih seorang biarawati, untuk membaca dan mempelajari Al-Qur'an ia butuh tempat yang tenang. Irena pulang ke biara dan malamnya kembali membaca Al-Qur'an. Namun Irena tak memahami cara membaca Al-Qur'an, maka saat membacanya dalam posisi yang terbalik. Bukannya dari belakang, ia justru membukanya dari depan. Maka ia pun langsung menjumpai surat Al-Ikhlas.

Ia terus membaca arti dari surat tersebut. Alangkah terkejutnya Irena. Ia merasakan kebenaran mutlak dari surat Al-Ikhlas tersebut.

"Ini jawaban Allah. Baru terjemahannya saja, saya sudah terkejut. Ini yang mutlak benar. Bagi saya Allahu Ahad, Allah itu Esa, itu yang betul. Enggak mungkin dua, kalau dua (Tuhan) itu ciptaan." Irena berbicara dengan pikirannya.

Irena merasakan kebenaran Islam dari surat Al-Ikhlas. Konsep ketuhanan di Al-Qur'an adalah mutlak dan tak terbantahkan. Konsep ketuhanan yang pernah didoktrinkan padanya adalah konsep Tuhan dalam segitiga. Kecerdasan Irena menangkap di dalam konsep itu ada kelemahannya. Namun itulah doktrin yang ia terima dan harus dijalani saat itu dan tak boleh dibantah.

Bermula dari surat Al-Ikhlas yang tak sengaja langsung terbaca, menimbulkan rasa penasaran dalam diri sang Irena Handono. Rasa penasaran kian bertambah dan akhirnya semakin memuncak. 

Terdorong oleh penasaran yang tak terbendung lagi, Irena terus mengkaji Al-Qur'an. Ia mempelajarinya melalui surat-surat terjemahan yang ada di kitab tersebut. Semakin digali kebenaran Al-Qur'an semakin nyata, terasa sangat masuk akal. Irena mulai membandingkan pelaksanaan konsep ketuhanan Islam, lalu semakin yakinlah ia akan kebenaran surat Al-Ikhlas yang ia baca dan kaji.

Hal ini menurut Irena, yang perlahan membawanya untuk pindah agama. Ia mengaku bahwa hal tersebut merupakan hidayah yang sangat nikmat. Menurut Irena, hidayah yang ia dapat tak ada nilai tandingannya. Tak akan bisa dibandingkan dengan gunung emas, gunung berlian sekalipun. Tak akan dapat menukar hidayah itu dengan hal tersebut. Irena Handono pun mantap untuk menjadi mualaf.

Memutuskan Mualaf Sehari Sebelum Ramadan

Hidayah, terkadang aneh namun nyata. Kisah mualaf Irena handono begitu mengharukan. Apa yang ia alami tak semudah yang kita bayangkan.

Memutuskan menjadi seorang mualaf dan bersyahadat pada usia 26 tahun, itu terjadi sehari sebelum Ramadan. Ada pertentangan, penolakan dari berbagai pihak. Keluarganya pun tidak mau menerimanya. 

Awal bersyahadat keluarga belum mengetahuinya. Karena ia bersyahadat sehari sebelum Ramadan, maka ia memutuskan untuk berpuasa. Saat sahur tiba, ia makan buah atau roti. Itu ia lakukan dengan sembunyi-sembunyi. Namun seiring dengan berjalannya waktu, Irena mulai terang-terangan dengan agama barunya. Walau banyak yang menentang namun ia tak gentar. Keyakinan untuk istikamah memeluk agama Islam tak tergoyahkan, walau begitu banyak yang berusaha menghalangi langkahnya.

Pada tahun 1992, Irena memutuskan untuk menunaikan ibadah haji. Rukun Islam yang kelima ia tunaikan, pertanda taatnya pada Allah semakin dalam. Tak berpuas diri, ia makin mendalami untuk belajar tentang Islam. Kini Irena Handono adalah seorang muslimah yang taat. Orang-orang mengenalnya sebagai seorang ustazah.

Inilah kisah seorang Irena Handono yang begitu mengagumkan. Masih banyak cerita lain dari beliau yang dapat kita gali dan menjadi pelajaran yang sangat berharga. Dari seorang biarawati, kini ia adalah seorang muslimah yang siap mendedikasikan hidupnya untuk berdakwah, menyampaikan kebenaran Islam. Barakallah. [Ni]

Kotabumi, 14 Juli 2024

Baca juga:

0 Comments: