Opini
Oleh. D’ Safira
”Sepanjang jalan” atau “Sepanjang masa” itulah perumpamaan kasih sayang seorang ibu. Ibu rela berkorban demi anak-anaknya. Banyak ibu saat ini berjuang seorang diri demi menafkahi anak-anaknya. Bahkan di Banjarnegara ada komunitas bagi mereka (suarajawatengah.id,18/05/2022).
Di Mesir pun ada kisah perjuangan seorang ibu yang menyamar sebagai laki-laki demi pekerjaan dan bertahan hidup. Tidak ada yang mengetahui bahwa dirinya perempuan kecuali keluarga dan tetangganya demi bekerja sebagai kuli serabutan dan penyemir sepatu. Fakta ini terbongkar setelah dipendam selama 42 tahun. Ini dilakukan tersebab kehidupan keluarga ibu tersebut berubah setelah suaminya meninggal.
Beginilah hidup di era kapitalis. Kapitalisme telah membuat para pemimpin berlepas diri dari tanggung jawab mengurusi rakyatnya. Mereka pun selalu melakukan perhitungan untung rugi di hadapan rakyat. Tidak ada pemimpin saat ini yang melayani rakyat dengan tulus. Yang terjadi malah mereka menyerahkan tanggung jawab kepada para korporat yang orientasinya bisnis semata. Maka dari itu bisa dirasakan, kebutuhan rakyat serba berbayar.
Inilah bukti pemimpin saat ini yang tidak amanah sama sekali, malas dan tidak mau repot. Apakah mereka tidak takut akan azab Allah di akhirat? Sekulerisme yang menjadi asas kapitalisme menjadikan mereka tidak faham dan jauh dari agama, sehingga tidak memiliki benteng agama dalam mengarungi kehidupan. Pun dalam mengurusi urusan rakyat dilakukan dengan kehendaknya sendiri.
Seringkali pemimpin di negeri-negeri muslim saat ini beragama Islam, namun mereka memimpin negerinya menggunakan aturan yang bersumber selain dari Islam. Padahal sejatinya jika suatu negeri diatur dengan aturan dari selain Islam, maka dijamin pemerintah tersebut tidak akan mampu mengatur negerinya secara adil.
Seolah tampak diantara mereka memimpin negerinya dengan baik, akan tetapi dibalik itu mereka melakukan kongkalingkong dengan asing dan aseng, menjarah kekayaan negerinya yang pada hakikatnya kekayaan tersebut adalah milik rakyat seutuhnya.
Apabila pada saat ini semua negeri mengadopsi sistem kapitalisme yang pada dasarnya menggunakan uang dan materi sebagai tolak ukur kebahagiaan, lantas bagaimana dengan nasib para perempuan yang hidup di dalam negeri yang mengadopsi kapitalisme ini?
Sangat berbeda dengan Islam yang menghargai dan melindungi kaum perempuan. Islam memandang tujuan hidup ini adalah untuk meraih rida Allah. Jadi, untuk menggapai keridaan-Nya kita harus menjalani kehidupan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah. Setiap amal perbuatan wajib terikat dengan syariat, hingga masing-masing individu akan memiliki benteng keimanan yang kokoh dalam dirinya.
Jadi, pemimpin yang paham Islam akan memikirkan betul saat mengambil keputusan Ketika ia mengatur negerinya. Pemimpin di dalam Islam harus memiliki sifat amanah. Selain memperhatikan kebutuhan rakyatnya, pemimpin atau yang di sebut khalifah, akan selalu mengontrol kehidupan masyarakat yang dipimpinnya.
Masyarakat pun memiliki hak untuk bersuara jika terdapat kezaliman yang dilakukan oleh penguasa atau kemaksiatan nampak di depan mata mereka. Masyarakat Islam juga bahu-membahu dalam menolong tetangga dan saudara-saudari mereka yang kesulitan.
Saat ini sedang terjadi kondisi kemiskinan yang terstruktur di tengah-tengah masyarakat kita. Banyak terjadi kemiskinan yang menimpa mayoritas masyarakat kita saat ini. Apa yang harus dilakukan saat ini ?
Solusinya adalah dengan mengganti sistem kapitalis-liberal yang rusak dan merusak ini dengan sistem Islam. Sehingga rakyat akan sejahtera secara menyeluruh. Seseorang dikatakan sejahtera jika kebutuhan primer, sekunder dan tersiernya dapat terpenuhi secara thayyib, seperti sandang, pangan, papan dan kesehatan, pendidikan, serta keamanan.
Itu semua akan dijamin langsung oleh negara secara gratis, sebagai bentuk tanggung jawab negara sebagai pelayan masyarakat. Pembiayaan diambil dari Baitulmal yang berasal dari kekayaan umum ataupun kepemilikan negara.
Pemenuhan sandang, pangan dan papan juga dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan penyediaan lapangan kerja yang memadai bagi rakyatnya, khususnya laki-laki. Bagi seorang janda dalam Islam ada jalur penafkahan. Perempuan tidak wajib mencari nafkah, dan ini akan ditanggung suami, ayahnya, saudara laki-lakinya atau laki-laki yang menjadi mahramnya.
Jika semua itu tidak ada maka kewajiban nafkah beralih kepada negara, sebagaimana yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Inilah bukti bahwa pemimpin Islam akan bertanggung jawab terhadap kehidupan rakyatnya dengan sungguh-sungguh. Wallahualam bissawab. [ ry].
0 Comments: