Headlines
Loading...
Kisah Inspiratif 

Oleh. Eneng Susilawati 


Alhamdulillah Allah masih memberikan kepadaku kesempatan untuk bisa merasakan indahnya Ramadan, yang setiap detiknya kurindukan. Aku merasakan semangat yang luar biasa di awal Ramadan sangat berharap bisa mempersembahkan yang terbaik dalam setiap detik pemberian-Nya. Meski di awal Ramadan aku berhalangan karena datang bulan tapi aku tetap bersemangat melakukan setiap amalan yang masih bisa kulakukan. Saat tidak berpuasa pun, Allah tetap memberikan pahala atas amal yang dilakukan.

Alhamdulillah ala kulli hal (segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan), setelah beberapa hari puasa, Allah mengujiku dengan rasa sakit di perut, mual, pusing tak tertahankan disertai panas dingin. Ada perasaan sedih saat tak bisa maksimal dalam beribadah. Meski belum sembuh total, aku berusaha untuk tetap membaca ayat-ayat cinta-Nya. 

Kemudian, Allah pun menguji dengan sakitnya anak. Sebagai seorang ibu, aku berusaha untuk sehat meskipun belum sehat benar.  Pekerjaan rumah akan terus menumpuk jika diri ini sakit. Lagi-lagi, perasaan sedih muncul karena tidak bisa berpuasa, yang bisa kulakukan adalah sabar dengan kesabaran terbaik. Sabar memang tak mudah, sabar butuh latihan. 

Ya Allah, berikanlah kesabaran untuk menghadapi setiap takdirmu, rida hati ini dengan setiap  ketentuan-Mu. Meski tak semudah lisan mengucapkan namun harus tetap hati ini meyakini bahwa apa pun yang Allah takdirkan pasti yang terbaik. Yang terbaik tak selalu yang terindah. Ada pesan cinta-Nya yang tersembunyi  meski terkadang tak mudah dipahami. Hati ini harus selalu berprasangka baik kepada Allah apa pun keadaannya. 

Bulan Ramadan tahun ini benar-benar menguji kesabaranku. Bulan Ramadan tanpa sosok ibu di hidupku (semoga Allah mengampuni dosa-dosa ibu (amin). Tak ada yang merawatku ketika aku sakit seperti ibu merawatku. Tak ada makanan  yang selalu ibu bawa, tak ada masakan seenak masakan ibu. Setiap sudut rumah mengingatkanku pada ibu. Sosok ibu tak tergantikan oleh siapa pun. Baik buruknya seorang ibu tetap ibu adalah orang yang paling perhatian kepada anaknya. 


Hikmah yang Kudapatkan Saat Kehilangan 

Saudara muslimku di Palestina Allah uji dengan kehilangan orang-orang yang dicintai (orang tua/anak/guru/saudara dan lain-lain). Bahkan, mereka kehilangan rumah, masjid, tak ada makanan, tak ada air bersih, dan tak ada listrik. Mereka senantiasa dihantui oleh ledakan bom namun tak sedikit pun menggoyahkan iman mereka. 

Suatu hari nanti kita pun akan kembali kepada Allah. Gunakan setiap detik pemberian-Nya untuk beramal saleh sebagai bekal pulang untuk menghadap-Nya. Sebaik-baik bekal adalah takwa.

Kita hanya dititipi, tak pernah memiliki. Semua milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Kehilangan hanyalah salah satu episode kehidupan yang harus kita jalani, suka atau tidak, rida atau tidak rida, sabar atau tidak.

Kehilangan orang yang kita cintai itu menyakitkan tapi kehilangan Allah atau kehilangan ketaatan jauh lebih menyakitkan. 
Kebersamaan bersama orang yang kita cintai sungguh berharga. Berusahalah bersama dalam taat semoga kebersamaan indah itu terulang kembali di taman surga.

Bahagiakan orang tua /suami/istri/anak selagi mereka bersama kita karena kita tak pernah tahu berapa lama waktu yang Allah titipkan untuk kita membersamai mereka.
Ibu adalah orang yang paling menyayangi kita tapi sungguh kasih sayang Allah kepada hamba-Nya melebihi kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.

Detik Ramadan semakin mendekati detik terakhir, apakah diri ini semakin baik dari hari ke hari ataukah sebaliknya? Apakah ibadah semakin meningkat? Apakah semakin ingat kepada Allah ataukah semakin lupa?

Ketika harapan-harapan taatmu tak seindah kenyataan hiasilah dengan lantunan istighfar semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mendapatkan rida, rahmat dan ampunan Allah. Tak lupa, lantunan selawat cinta kepada Nabi, berharap kelak bisa berjumpa dan mendapatkan syafa'atnya kelak.

Baca juga:

0 Comments: