Headlines
Loading...
Ilmu Itu Diajarkan, Bukan Dipendam Sendirian

Ilmu Itu Diajarkan, Bukan Dipendam Sendirian

Challenge Motivasi 

Oleh. Waviza 

Belajar adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim. Selama ilmu tersebut tidak bertentangan dengan syariat, silakan dipelajari. Ilmu itu luas, perlu keseriusan untuk sukses menggapainya. Kalau bermalas-malasan, jangankan sukses, mau paham ilmunya saja susah dan ketertarikan terhadapnya (ilmu) pasti sangat sedikit. 

Namun, memang banyak yang menuntut ilmu bahkan ada yang sampai ke penjuru negeri. Misal, ke Eropa, Turki, dan ada juga yang di dalam negeri demi menuntut ilmu sebanyak-banyaknya. Tapi, setelah ilmu didapat tak dapat dipungkiri sebagian besar orang juga menyalahgunakannya untuk kepentingan pribadi yang melanggar hukum dan agama. Namun, alhamdulilah masih ada juga orang yang menggunakan ilmu pengetahuannya untuk kepentingan umat. 

Terkhusus yang menggunakan ilmu pengetahuannya untuk kepentingan pribadi yang menyimpang, mungkin ada beberapa sebab mengapa mereka melakukannya. Setidaknya ada dua faktor yaitu internal dan eksternal. Internal yang berasal dari diri sendiri, di mana keinginan tersebut disalahgunakan untuk dirinya sehingga ketika tidak tercapai segala daya upaya dilakukannya. Tak peduli halal atau tidak, yang penting tercapai.  Sedangkan faktor eksternal bisa saja karena lingkungan yang memengaruhinya. Sehingga terdorong untuk memanfaatkan ilmu yang ada untuk kepentingan dirinya saja. 

Begitu pun dengan ilmu yang digunakan untuk kepentingan umat. Di mana ilmu tersebut senantiasa disebarkan agar dapat memberikan manfaat serta pengetahuan baru bagi umat. Karena sejatinya ilmu yang akan selalu bertambah saat disebarkan dan diajarkan. 

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

"Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang berdoa untuknya." (HR. Muslim).

Maka, dari itu perlu tekad yang kuat serta niat yang ikhlas agar ilmu tetap pada syariat yakni untuk memberikan manfaat pada umat. Bukan demi kepentingan pribadi.

Selain itu, warisan yang paling berharga ialah ilmu. 

اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَامًا، وَلَكِنْ وَرَّثُوْا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

"Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup." (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Wallahualam bissawab. [My]

Baca juga:

0 Comments: