Headlines
Loading...
Challenge Motivasi

Nirwana Sadili
(Si Penoreh Tinta Bugis)

Rabbanaa aatinaa fiddunya hasanah wafil aakhirati hasanah waqinaa azaabannaar

Artinya: "Yaa Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan (kebahagiaan) di dunia dan kebaikan (kebahagiaan) di akhirat." 

Doa ini selalu dilantunkan setiap muslim dalam doa-doanya. Karena memang bahagia adalah keadaan yang diimpikan oleh semua orang. Untuk meraih kebahagiaan manusia berusaha memenuhi dengan sungguh-sungguh. Cara memandang kebahagian pun berbeda-beda. Ketika memandang bahagia itu bila memiliki harta, maka dia akan bahagia ketika memiliki harta berlimpah, sehingga dia berusaha dan bersungguh-sungguh bekerja untuk meraihnya. Begitupun bila seseorang memandang bahagia memiliki kekuasaan, aktivitasnya diarahkan untuk meraih kekuasaan. Dan berbagai kondisi lain yang biasanya membuat manusia bahagia seperti ketika menerima hadiah, ketika lulus ujian, ketika diterima bekerja. Ketika menikah, memiliki keturunan, dan sebagainya.

Sejatinya semua manusia itu menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya, membuatnya bersungguh-sungguh untuk menggapainya. Hanya saja yang perlu digarisbawahi adalah bukan tujuan untuk memperoleh kebahagiaan dunia saja, karena kebahagiaan dunia itu hanyalah kebahagiaan semu seperti fatamorgana, bukan kebahagiaan hakiki yang abadi. Sebab semua yang ada dalam kehidupan ini akan hancur dan bersifat fana. Maka, alangkah ruginya memperjuangkan sesuatu yang akan lenyap. Bila kita hanya memperjuangkan kebahagiaan dunia saja, semua itu akan kita tinggalkan menuju kehidupan abadi di akhirat kelak. 

Sebenarnya perlu kita ketahui apa sih definisi dari bahagia? Bahagia menurut KBBI adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan).  Seorang muslim haruslah selalu memandang sesuatu dari kacamata Islam. Mafhum syar’i sangat dibutuhkan dalam memandang sesuatu termasuk cara pandang mengenai bahagia, sehingga pandangannya terhadap bahagia dibangun atas mafhum itu dan perbuatannya juga terikat dengan mafhum tadi. Islam memandang bahagia adalah ketika melakukan ketaatan kepada Allah sehingga Allah rida kepadanya. Dengan taat kepada Allah akan merasakan ketenangan, ketenteraman,  dan kebahagiaan. Bahagia ketika bisa bersyukur dan menerima apapun ketetapan Allah terhadap dirinya. 

Seorang muslim tidak boleh hanya mengejar kebahagiaan dunia saja, tetapi lebih dari itu bahagia saat kembali kepada Allah dalam keadaan Allah rida padanya. Rida Allah diberikan kepada hamba-Nya yang taat pada-Nya. Karena tujuan Allah menciptakan manusia untuk beribadah (taat) kepada-Nya sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surah Az-Zariyat ayat 56: 

ÙˆَÙ…َا Ø®َÙ„َÙ‚ْتُ ٱلْجِÙ†َّ ÙˆَٱلْØ¥ِنسَ Ø¥ِÙ„َّا Ù„ِÙŠَعْبُدُونِ

”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."

Itulah tujuan Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepadanya. Makna ibadah itu sendiri adalah ta’atullah wa khuduun lahu wal tizamu ma syara’a minaddiin (Taat pada Allah dan tunduk pada-Nya serta keharusan (berpegang pada) apa yang disyariatkan agama).

Ketika seseorang menjadikan dirinya taat kepada Allah, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam kehidupan selalu terikat dengan aturan Allah sehingga Allah cinta dan rida kepadanya,  itulah kebahagiaan hakiki kebahagiaan yang sebenarnya. 

Mafhum kebahagiaan hakiki yang dimiliki seseorang mendorong dia untuk beriman kepada Allah dan melakukan amal saleh hingga Allah gembirakan dengan surga yang di dalamnya Allah berikan kebahagiaan hakiki. (Surah Al-Bayyinah ayat 7 dan 8, dan surah Al-Baqarah ayat 25).

Wallahualam bissawab.

Magetan, 05 Agustus 2024. [An]

Baca juga:

0 Comments: