Headlines
Loading...
Challenge Motivasi 


Oleh. Neni Arini

Merdeka, sebuah kata luapan kegembiraan atas terbebasnya diri dari sebuah tekanan, kezaliman, rasa takut dan bebas dari penjajahan.

Apakah benar kita sudah menjadi hamba-hamba yang merdeka? Merdeka  dalam arti bahwa dengan penuh kesadaran menyadari bahwa kita adalah seorang hamba Allah, yang tidak menjadikan manusia lain sebagai penghambatan diri. 

Sementara di hari ini, banyak sekali orang-orang yang tidak menghambakan Allah sebagai satu-satunya tempat bersandar. Padahal mereka sadar dan berusaha keras memposisikan diri sebagai hamba Allah  di seluruh kehidupan kita. Mulai dari penciptaan, penghambaan, perasaan hingga perilaku. 

Seorang hamba Allah tidak mungkin dikatakan merdeka ketika masih menjadikan hawa nafsu dunia dan penilaian manusia dalam menjalani kesehariannya.  Contoh, memakai kerudung bukan berdasarkan bahwa itu adalah perintah Allah tetapi karena ingin terlihat islami. Datang ke kajian ilmu bukan karena niat karena Allah, tetapi karena ingin dinilai sebagai orang yang pandai. Astagfirullah. 

Bagaimana mungkin kita mengatakan diri kita sudah merdeka padahal diri masih menghamba kepada selain Allah. Padahal ketika kita berniat melakukan suatu kebaikan tetapi tidak didasarkan karena niat  Lillah yakinlah semua itu akan menjadi suatu amalan dosa. Karena kalau nafsu dunia masih menjadi standar hidupnya, maka hidupnya akan dekat dengan dengan kemudaratan dan kezaliman.  Orang-orang seperti ini tidak akan mampu berpikir kalau apa yang dilakukannya itu sesuatu yang Allah benci. Sudah tak bisa membedakan mana halal haram, mana yang hak dan mana yang batil.

Semua kondisi tersebut sudah Allah sampaikan di dalam surah  Al Furqan ayat 43, yang artinya, "Ketika kita masih menjadikan nafsu dunia sebagai bentuk penghambaan, Allah akan mencabut keberkahan-Nya."

Nafsu dunia akan membuat manusia menjadi sombong dan rakus. Tidak ada rasa puas atas semua pencapaiannya. Bahkan, mungkin kita akan tumbuh menjadi manusia-manusia jahat, yang berbuat zalim terhadap orang lain. Dan semua itu bisa kita saksikan dengan melihat kondisi di hari ini, banyaknya pelecehan, pembunuhan, korupsi hanya karena rakusnya harta dan kekuasaan.  Kita jadi lupa hakikat hidup kita sebenarnya, darimana kita berasal, hidup untuk apa, dan setelah itu kita mau kemana. Yang terpikirkan adalah kepuasan dunia. Padahal hidup kita di dunia hanyalah sebentar, karena sesungguhnya kehidupan abadi adalah di akhirat.

Beruntunglah orang-orang yang menjadikan Al-Quran  sebagai pedoman hidupnya. Dia tidak akan tumbuh menjadi orang-orang yang rakus dan tidak berharap pada penghambatan manusia. Hidupnya akan selalu disibukkan dengan beramal salih dan bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Bersyukur berada dalam keadaan nikmat iman dan Islam yang semuanya bentuk perjuangan dari hamba mulia Allah yaitu Nabi Muhammad saw. yang telah berjuang tegaknya Islam dari kaum musuh yang membenci Islam.

Untuk itu, marilah tunjukkan dan lakukan bentuk kemerdekaan kita itu dengan terus menyeru Islam kafah ke tengah umat. Dan terus semangat kemerdekaan dari rasa malas untuk bermunajat kepada-Nya, mintalah dan bersandarlah hanya pada Allah pemilik alam semesta. Lakukan amal salih sebagai bekal hidup ke tempat yang abadi yaitu akhirat tempat kembali kita semua.

Wallahu a'lam bishawab.

Baca juga:

0 Comments: