Headlines
Loading...
Mubaligah Aswaja Membangun Arus Baru Perubahan Politik Sesuai dengan Islam

Mubaligah Aswaja Membangun Arus Baru Perubahan Politik Sesuai dengan Islam

Reportase 

Oleh. Wirani Salsabila

#ReportaseEventJateng – Memotret berbagai permasalahan yang terjadi di tengah umat terkait kemiskinan dan permasalahan pangan. Demikian juga mahalnya biaya kesehatan, kerusakan generasi yang meluas hingga aksi kriminal yang terus terjadi. Hal ini mendorong hampir seratus lima puluh mubaligah se-Jawa Tengah berkumpul di Semarang, bertepatan momen Muharam 1446 H untuk membahas solusi hakiki dan langkah riil yang butuh dilakukan hari ini (Ahad, 4 Agustus 2024). 

Muharam identik bulan hijrah, bulan merenungi kembali bagaimana Baginda Nabi Muhammad saw. berhasil membawa masyarakat jahiliah kala itu dan mengantarkannya menjadi masyarakat ideal yang mandiri, kuat, terdepan, dan beradab. Acara tersebut mengambil tema "Perubahan Hakiki: Tinggalkan Demokrasi, Itibak pada Nabi saw." Dalam Liqa’ Muharam Mubaligah 1446 H ini, para mubaligah berusaha memurnikan kebangkitan umat melalui jalan yang telah dicontohkan Baginda Nabi Muhammad saw..

Dalam acara ini terungkap bahwa pangkal kerusakan dan kesengsaraan yang terjadi di tengah umat adalah sekularisme-demokrasi yang meminggirkan dan memandulkan Islam sebagai solusi atas berbagai masalah manusia dan jalan hidup muslim. Nyai Kafiyah Nikmah, pengasuh salah satu pondok pesantren tua di Jawa Tengah menyatakan bahwa perubahan merupakan suatu keniscayaan sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an Surah Ar- Ra’du ayat 11. Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa Allah tidak akan begitu saja memberikan perubahan seperti turunnya hujan, tetapi mengharuskan adanya upaya bersungguh-sungguh untuk melakukan perubahan. Perubahan hakiki bukan sekadar mengganti pemimpin, namun hendaknya merubah aturan hidup masyarakat sesuai yang dicontohkan Baginda Nabi saw. dengan perubahan yang menyeluruh dan sistemik.

Hal menarik pula diungkapkan Ustazah Dwi Istanti, mubaligah muda Jawa Tengah, mendorong sesama mubaligah untuk memiliki kesamaan pandangan bahwa metode perubahan tidak bisa dilakukan jika tidak mengikuti Nabi saw.. Mengikuti metode demokrasi hari ini, tidak akan pernah membawa pada perubahan hakiki. Beliau menjabarkan perbedaan hakiki antara Islam dan demokrasi sehingga 'membelalakkan' pandangan mubaligah, betapa demokrasi tidak bisa diharapkan menjadi jalan kebangkitan umat. 

Dikuatkan dengan pernyataan Ustazah Hayyin Thohiro tentang bagaimana demokrasi penuh permainan politik yang menipu dan destruktif terhadap visi politik Islam. Kemudian beliau memberikan gambaran bagaimana perubahan hakiki yang telah diteladankan Rasulullah saw. berikut kewajiban setiap muslim apalagi mubaligah untuk beritibak (meneladani/ mengikuti) Baginda Nabi saw. sebagaimana Surah Al-Ahzab ayat 21. 

Para mubaligah aswaja ini demikian serius hingga acara selesai dalam mengupayakan penyamaan visi, misi, dan peran politik mubaligah yang harus dijalankan saat ini. Sebuah arus baru dalam menyelesaikan permasalah umat hari ini dengan politik Islam. Bukan politik ala demokrasi. Komitmen yang disepakati di antaranya adalah berusaha bersuara lantang mendakwahkan Islam kafah dengan segenap kemampuan dengan meneladani metode dakwah Rasulullah saw. sebagai jalan perubahan hakiki. Meninggalkan jalan demokrasi dan tidak berkompromi dengannya. [An]

Baca juga:

0 Comments: