Headlines
Loading...
Oleh. Maya Rohmah, S.K.M

Pada suatu jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Indonesia Library, Nitamia Indah Cantika telah melakukan penelitian dengan menggunakan studi antropometri terhadap anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut untuk mengetahui kebutuhan ruang geraknya. Hasilnya, kegiatan dan ukuran tubuh berpengaruh besar terhadap kebutuhan ruang gerak di dalam rumah, dan rumah berukuran 36 meter persegi dapat memenuhi kebutuhan ruang gerak empat orang dengan penggunaan ruang bergantian dan fungsi ruang ganda. Di sisi lain didapati bahwa penyusunan ruang di dalam rumah memberi efek besar terhadap kebutuhan ruang sirkulasi (Sumber:https://lontar.ui.ac.id/detail?id=20346818&lokasi=lokal).

Rumah dengan luasan 36 meter persegi di atas dapat cukup lapang bagi kita untuk melakukan berbagai aktivitas keseharian di rumah. Namun, bagaimana dengan kondisi saudara kita di Palestina?

Kabar terbaru menyebutkan bahwa Israel telah dengan sengaja menjejalkan sebanyak 1,7 juta warga sipil Palestina ke dalam wilayah sempit yang luasnya tidak lebih dari sepersepuluh dari keseluruhan wilayah Jalur Gaza. Kantor Media Pemerintah (GMO) Palestina menyebutkan bahwa ini adalah bagian dari kejahatan pendudukan dengan memindahkan paksa warga sipil Palestina.
Israel telah memaksa warga Gaza untuk meninggalkan rumah serta wilayah permukiman mereka di bawah ancaman tembakan, pemboman, dan senjata yang dilarang secara internasional (Sindonews.com, 21/8/2024)

Bayangkan, bagaimana rasanya hidup bersempit-sempit bersama jutaan orang lainnya? Sungguh tak dapat dibayangkan. 
Apa hujjah kita nanti di hadapan Allah? Di tanah air baru saja melakukan serangkaian acara untuk memperingati hari kemerdekaan. Sedangkan saudara kita di Palestina masih di level berharap agar bisa merdeka.

Kita sudah berbuat apa? Rasulullah saw. bersabda, "Kondisi umat Islam saat ini diibaratkan seperti buih di lautan." Hal ini menandakan bahwa umat saat ini tidak bersatu dalam satu kesatuan yang utuh di bawah naungan Daulah Islam. Padahal, di masa kejayaan Islam, Palestina terjaga dengan baik.

Sungguh, sekat-sekat nasionalisme telah menjadi benteng pembatas kaum muslim di seluruh dunia. Sehingga negeri-negeri muslim bisu dan lumpuh untuk membela Palestina. Apalagi Zionis Yahudi dilindungi dan digawangi oleh Amerika untuk melancarkan genosida.

Inilah keadaan umat saat ini, hanya dapat mengecam dan menyaksikan genosida kaum muslim di Rafah yang dilakukan oleh Zionis Yahudi. Salah satu usaha umat yang dapat dilakukan adalah Aksi Akbar Bela Palestina.

Ya, ketiadaan Khilafah menyebabkan dunia hanya diam seribu bahasa, sedangkan umat merasa tersakiti atas saudaranya yang dijajah oleh Zionis Yahudi. Sehingga Penerapan Islam yang menyeluruh ini merupakan solusi yang benar-benar hakiki dan mengembalikan Islam kepada fitrahnya, yakni menjadikan Allah Swt. sebagai Sang Pencipta alam ini yang wajib diimani, bukan aturan buatan manusia yang sekadar diterapkan, kemudian berubah pada saat diinginkan.

Kegagalan membangkitkan umat saat ini karena tidak berpegang kepada aturan Allah. Umat menerapkan sistem sekularisme-kapitalisme yang menyebabkan umat jauh dari agamanya. Tercerai berai oleh nation state hingga terkotak-kotak menjadi lebih dari 50 negara.

Akibatnya, muncul anggapan bahwa masalah negaranya lebih penting daripada masalah negara lain yang bukan menjadi bagian yang harus dijaga. Padahal umat Islam adalah satu tubuh. Apabila ada satu bagian tubuh yang sakit, bagian tubuh yang lain juga akan merasakan sakit. Sebagaimana apa yang dirasakan oleh warga Palestina, baik di Gaza maupun Rafah.

Palestina sejatinya merupakan bagian tubuh dari Islam yang sedang tersakiti. Oleh karena itu, umat harus sadar bahwa Palestina adalah bagian umat yang sedang terzalimi oleh Zionis Yahudi. []

Baca juga:

0 Comments: