Headlines
Loading...
Oleh. Dewi Kusuma 
(Pemerhati Umat)

Berkarya tulis adalah kegiatan daku di masa senja. Aktivitas ini telah mewarnai kehidupan daku dengan warna-warni yang ceria. Bagaimana tidak? Sebab adanya aktivitas tulis menulis ini, daku bisa berkumpul dengan mereka yang muda-muda dan penuh prestasi.

Bukan hanya sekedar berkarya tulis dan bergabung dengan yang muda dan penuh semangat, namun kami saling memotivasi dan menginspirasi. Ditambah lagi adanya wadah yang menambah kehidupan ini menjadi lebih bersemangat. Di wadah yang super istimewa ini kami diajak untuk bertadarusan bareng Sahabat Surga Cinta Qur'an.

Dalam tempat ini kita diajak untuk lebih mencintai dan memahami isi yang terkandung dalam Al-Qur'an. Selain ini juga kita diajak untuk memposting ayat-ayat pilihan. Nah dari ayat-ayat yang dipilih ini bisa untuk kita jadikan landasan dalam berkarya tulis. Apa pun jenis tulisannya itu it's oke saja.
Entah itu dalam bentuk puisi, opini, motivasi, story maupun fiksi. Hal itu adalah boleh-boleh saja. 

Dalam berkarya tulis yang utama adalah mampu mengajak para pembaca untuk bisa meresapi tulisan yang kita buat dan mereka bisa mengambil hikmah dari karya tulis yang kita goreskan di media. Tujuan yang terpenting dalam menulis adalah membuka wawasan untuk bisa membawa mereka kepada ketaatan dan keterikatan mereka terhadap hukum syariat. 

Aturan yang datangnya dari Allah itu adalah hal yang wajib untuk kita jadikan sebagai benteng dalam menjalani kehidupan. Semua ini agar aktifitas dunia yang kita jalani penuh dengan keberkahan, rida dan rahmat-Nya. Jika kita kilas balik akan tujuan Allah menciptakan kita adalah hanya untuk beribadah kepada Allah. Jadi, hal-hal yang menyimpang dari tujuan Allah menciptakan kita, kita wajib untuk menyudahinya. Wajib untuk segera menyadari bahwa hal yang kita lakukan adalah bertentangan dengan syariat. Jika sudah mengingkari terhadap ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur'an tentu kita harus segera meninggalkannya. Sebab hidup di dunia adalah tempat bkita bercocok tanam meraih pahala untuk pertanggungjawaban kita di akhirat.

Karya fiksi yang kita pilih untuk memberikan ungkapan rasa tak jadi masalah. Cerita fiksi yang kita pilih pun wajib untuk menghantarkan pembaca untuk berubah. Tentu saja karena dasar utama dalam berkarya tulis adalah untuk mengarahkan kepada ketaatan kepada-Nya, maka cerita fiksi yang kita buat tak boleh bertentangan dengan aturan-aturan yang terkandung dalam Al-Qur'an, hadis, ijma' sahabat maupun qiyas.

Meskipun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karya fiksi diartikan sebagai cerita yang dibuat penulis bersifat khayalan, imajinasi dari dunia pengarang, akan tetapi hal tersebut tetap saja harus disertakan dalil-dalil yang menyertainya sebagai kekuatan dalam berargumentasi. Jadi bukan khayalan yang tanpa arti, namun mesti berisi ajakan kepada ketaatan. Dengan demikian,  maka tulisan yang kita buat mampu mencerahkan pembaca dengan cahaya Islam.

Tulisan yang kita buat tidak boleh menyimpang  dari ketentuan syariat. Allah Swt. berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan-perkataan yang benar".
(QS. Al-Ahzab: 70)

Rasulullah saw bersabda:
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka betkatalah  baik atau diam."
(HR. Bukhari dan Muslim) 

Wallahualam bissawab. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: