Headlines
Loading...
Oleh. Maya Rohmah, S.K.M

Ada beberapa hak mendasar atau hak asasi manusia di Indonesia yang telah diatur dalam perundang-undangan, antara lain adalah hak untuk mendapatkan pendidikan.

Namun, realita berbicara lain termasuk di Madura. Angka anak tidak sekolah (ATS) di keempat kabupaten di Madura masih sangat tinggi. Kabupaten Sumenep sebanyak  7.190 ATS, Pamekasan 5.178 ATS,  Sampang 13.923 ATS, disusul  Bangkalan dengan 14.411 ATS. Berdasar Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), alasan di balik banyaknya angka ATS adalah karena drop out (DO) dari sekolah dan lulus tidak melanjutkan (LTM) (radarmadura.id, 4/9/2024).

Fenomena ini, seharusnya membuat kita mengelus dada. Jika persoalan ini tidak kunjung terselesaikan, maka bisa dipastikan akan memunculkan berbagai problem baru di masyarakat, seperti meningkatnya kehancuran anak dan remaja, pengangguran, kemiskinan, dan kriminalitas.

Faktor Penyebab

Meski telah disebutkan di atas bahwa penyebab ATS adalah drop out dan lulus tapi tidak melanjutkan, tetapi itu bukan penyebab sebenarnya. Itu hanyalah efek. Penyebab sebenarnya anak pelajar putus sekolah di antaranya aspek ekonomi, sosial, geografi, dan kesehatan. Dari keempat aspek tadi, faktor ekonomi menempati urutan utama meningkatnya angka putus sekolah. Banyak keluarga di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan atau hanya berada di atas garis kemiskinan dengan penghasilan yang minim. 

Sementara itu, hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2023, yang dipublikasikan dalam Statistik Pendidikan 2023, mengungkapkan bahwa secara nasional angka putus sekolah semakin tinggi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Semua itu menunjukkan bahwa kemampuan masyarakat dalam pembiayaan pendidikan masih rendah.

Kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah dalam membiayai pendidikan, makin diperparah dengan sistem pendidikan yang kapitalistik. Artinya, hanya kalangan yang punya kapital (modal) yang banyak saja yang bisa menikmati pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Jika masyarakat sulit mengakses pendidikan, niscaya sangat mustahil mewujudkan generasi berkualitas. 

Islam Menjamin Pendidikan Warganya

Islam sebagai sebuah sistem hidup yang benar, mempunyai solusi tuntas terhadap seluruh permasalahan hidup termasuk pendidikan.

Dalam sistem Islam, negara tidak akan membiarkan anak-anak putus sekolah. Negara akan memastikan tidak ada satu pun anak yang drop out atau putus sekolah di tengah jalan. Mengapa demikian? Karena pemimpin di dalam negara Islam (kh4lif4h) memandang bahwa pendidikan adalah salah satu kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi oleh negara. Khalifah menyadari betul bahwa kelak dia akan dimintai pertanggungjawabannya atas seluruh urusan rakyat. Termasuk dalam hal pendidikan.

Pendidikan yang diberikan oleh negara bersifat gratis, para pengajarnya dibayar dengan cukup, fasilitas sekolahnya pun diperhatikan secara layak.

Pengeluaran negara untuk membiayai pendidikan akan diambil dari Baitulmal, yaitu dari pos fa'i dan kharaj, serta dari kepemilikan umum. Hal ini hanya akan terwujud dalam Daulah Khil4f4h Islamiah yang menerapkan hukum Islam secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan. [An]

Baca juga:

0 Comments: