Headlines
Loading...
Oleh. Teti Rostika

Ketika manusia menjalani kehidupan, sudah pasti mendambakan bisa hidup bahagia. Karena, bisa menggapai bahagia itu adalah fitrah manusia. 

Tidak ada satu pun manusia di bumi ini yang tidak mau bahagia. Kecuali manusia yang hilang akalnya. Tapi sebagai seorang muslim, standar kebahagiaan kita tentu harus sesuai dengan perintah dan larangan Allah. Bukan atas dasar nafsu buruk diri. 
Misalnya, ada seorang biduan yang saat tampil di panggung begitu bahagianya. Biduan itu bahagia saat bisa memakai pakaian terbuka mengumbar aurat. Biduan itu bahagia saat ada lelaki menemaninya joget sambil disawer. Padahal wanita dalam aturan Islam, wajib menutup auratnya. Karena ketentuan pakaian jilbab yang diberikan Allah pada wanita tujuannya untuk memuliakan wanita. Sebagai tanda penjagaan dan kasih sayang Allah pada wanita muslim. 

Ada lagi kasus bahagia yang salah. Ada seorang war1a yang bahagia saat bisa mengubah penampilan kelaki-lakiannya menjadi feminim melebihi wanita. Ia bangga tampil di depan umum. Merasa bangga saat berbeda dari yang lainnya. Padahal mengubah penampilan tidak sesuai jenis kelaminnya, itu melawan qodrat dari Allah. 

Dari Ibnu Abbas ia berkata "Rasullullah shalallahu'alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita menyerupai laki- laki. (HR.Bukhari 5885)

Mirisnya, hari ini benc0ng atau w4ria justru diundang di berbagai hajatan. Aksi kocaknya ditonton jadi hiburan. Padahal saat menonton w4ria, bahkan menertawakan atau menyukai aksinya itu sama saja dengan mendukungnya.

Jadi bahagia itu adalah saat bisa tunduk dan patuh pada aturan Allah secara ikhlas tanpa tapi tanpa nanti. Ringan melakukan apapun yang Allah perintahkan dan ringan pula meninggalkan apapun yang Allah haramkan . Apa yang Allah sukai akan dikejar berusaha dilakukan. Walaupun berat dan penuh perjuangan bahkan pengorbanan. Apa pun yang Allah benci akan berusaha ditinggalkan walaupun nafsu diri menginginkan dan berat melepaskan. Contohnya, saat seseorang hijrah, awalnya tidak pakai kerudung kini berusaha memakai kerudung. Baju yang pendek, celana yang pendek hanya dipakai di dalam rumah saja. Atau dijadikan mihnah saja. Berjuang dengan keribetan baru memakai kerudung. Walau terasa gerah tetap akan bertahan menutup aurat demi meraih ridanya Allah. 

Contoh lain juga adalah saat pacaran. Ketika hijrah akan rela melepaskan. Karena pacaran adalah aktivitas yang akan mendatangkan murka Allah. Berduaan dengan lawan jenis, berpegangan, berpelukan bahkan masuk ke lubang zina. Ini tentunya rugi besar dunia akhirat. Akibatnya putus sekolah, hamil yang tidak diinginkan. 

Semoga kita termasuk orang yang akan selalu sabar, ikhlas dan bahagia dalam ketaatan sampai akhir hayat. 


Bandung, 14 Agustus 2024

Baca juga:

0 Comments: