Headlines
Loading...
Oleh. Ira Siti Rojanah

Katanya bahagia itu sederhana. Sesederhana kalau suami pulang ke rumah bawa keresek isi gorengan. Sesederhana kalau seorang ibu melihat anaknya baru tumbuh gigi. Sesederhana kalo anak kecil dibeliin balon atau mainan. 

Tapi ada juga yang bilang kalo bahagia itu jika punya rumah megah, punya mobil mewah, punya jabatan dan kedudukan wah, punya uang melimpah. Yang semua diukur dengan materi dianggapnya membahagiakan. 

Tapi ada pula yang bilang kalo materi itu gak menjamin bahagianya kehidupan. Ada yang punya uang banyak tapi stres juga. Ada yang memiliki rumah luas tetap saja hatinya gelisah. Ada yang popularitasnya menanjak justru memilih bunuh diri. Ada yang hidupnya bergelimang harta tapi tetap saja hidupnya tidak tenang. 

Lalu, standar bahagia yang mana yang harus kita gunakan? Jika standar bahagia itu di ukur dari materi tentu hanya orang kaya yang dapat merasa bahagia. Lalu, apakah orang miskin tidak berhak bahagia? 

Jika merujuk kepada Kitabullah, maka Allah membagi orang-orang yang bahagia (beruntung) menjadi enam macam. Yang pertama adalah orang yang khusyuk dalam salatnya. Kedua, orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna. Ketiga, orang yang menunaikan zakat. Keempat, orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap istri atau budak yang dimilikinya. Kelima, orang yang memelihara amanah dan janji yang dipikulnya. Keenam, orang yang memelihara salatnya. Ini tercantum dalam QS. Al-Mu'minun ayat 1-9.

Kemudian dalam ayat selanjutnya Allah Swt berfirman yang artinya, "Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi. (Yaitu) orang-orang yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya." (TQS. Al-Mu'minun : 10-1). Sungguh bahagianya jika kita termasuk orang-orang yang beruntung. Yang mendapat surga dan kekal di dalamnya. 

Jadi, standar bahagia seseorang bukanlah dilihat dari seberapa banyak materi dan seberapa hebat pencapaian hidupnya. Bahagia itu adalah ketika menjadi muslim yang bertakwa, yang taat terhadap syariat Allah Swt. Yang mampu bersyukur atas setiap nikmat yang diberi-Nya. Yang rida atas setiap ketetapan-Nya dan Allah Swt pun ridha kepadanya.

Wallahualam bissawab. [ry].

Kuningan, 14 Agustus 2024

Baca juga:

0 Comments: