Headlines
Loading...
Oleh. Neni Arini 

Kebahagiaan adalah suatu hal yang selalu di inginkan bagi setiap orang. Pastinya dalam menjalankan kehidupan, setiap orang tidak mau merasakan apa yang namanya penderitaan atau pun kesedihan. Apalagi saat tujuan hidup tidak tercapai, kita tidak pernah tahu apakah keinginan dengan realita kehidupan akan berjalan bersamaan atau malah sebaliknya.

Dulu, mungkin ketika kita kecil pernah bermimpi menjadi seorang dokter, Insinyur atau lainnya, tapi takdir berkata lain. Cita-cita hidup tak sesuai kenyataan. Ya itulah hidup, kadang apa yang kita inginkan tidak sama dengan fakta kehidupan. Atau mungkin dulu pernah menginginkan bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, tapi garis hidup yang Allah tetapkan untuk kita tidaklah sama dengan apa yang kita impikan.

Lalu, apakah cita-cita tak sesuai impian tersebut itu kebahagiaan? Hilangkah kebahagiaan kita saat semua yang kita impikan tidak bisa terwujud? Dan haruskah kita berputus asa setelah itu semua?

Tentu saja tidak, kita tidak bisa menganggap semua impian kita, cita-cita kita, serta harapan kita adalah kebahagiaan kita yang sesungguhnya. Di situ ada peran takdir dari Allah Swt. sebagai zat sebaik-baik perencana.

Berputus asa bukanlah alasan bagi kita untuk berhenti melanjutkan hidup, karena kebahagiaan kita yang sesungguhnya adalah apa-apa yang kita punya saat ini, apa-apa yang terjadi pada kita saat ini, semua yang Allah takdirkan dalam hidup kita itulah kebahagiaan yang sesungguhnya.

Tetapi terkadang kita lupa akan segala sesuatu yang kita miliki dan kita genggam. Kita malah sibuk dengan rasa putus asa yang berlebihan yang kita rasakan, sehingga  menganggap Allah tidaklah adil. Kita tidak sadar ada kebahagiaan sederhana yang dapat membuat hidup menjadi lebih berharga, yaitu  dengan bersyukur.

Bahagia itu sederhana, bahagia itu kita yang nikmati. Orang kaya pun bisa merasakan bahagia yang sesungguhnya ketika dirinya diselimuti oleh kesederhanaan dengan sifatnya yang rendah hati, dermawan, berbesar hati dan tidak sombong. Orang miskin pun dapat merasakan kebahagiaannya sendiri di tengah sempitnya harta. Bukan berarti ketika miskin lantas tidak bahagia.

Kunci dari sebuah kebahagiaan adalah bersyukur, bersyukur atas semua yang Allah beri, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Ketika kita menyadari bahwa hidup adalah tempatnya ujian, maka kita akan lebih tenang dalam menjalankan kehidupan ini.

Terkadang ujian yang Allah berikan untuk hamba-Nya sebagai ujian apakah kita kuat, apakah kita tetap bersabar? Dan lupakah kita akan semua nikmat Allah yang tak mampu kita menghitungnya?

Dengan bersyukur kita akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Akan merasakan hidupnya telah cukup, dengan nikmat yang Allah berikan meski tidak seperti halnya orang-orang yang memiliki lapangnya rezeki, kaya dan memiliki kemewahan. Tapi bahagia tidak dapat dibeli, bahagia kita yang rasakan. Jadi bahagia itu bagaimana ketika nikmat itu ada di dalam jiwa raga kita. Miskin dan kaya itu hanya kondisi hidup, sederhana dan bersyukur itu baru bahagia hidup.

Bukankah Allah sudah menjelaskan dalam Al-Qur’an,  “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh."

"Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” 
(QS. Luqman: 18-19 ).

Mungkin bisa dikatakan ketika kita dapat memenuhi sesuatu hal kita akan merasakan kebahagiaan, tetapi kesederhanaan pun bisa menjadi sebuah kebahagiaan. Dengan tidak memiliki rasa iri hati dan dengki, tetapi sebaliknya, ketika  kita saling mengasihi antar sesama,  antar saudara, semua itu dapat menciptakan syukur dalam diri. Hati kita tidak dikotori oleh penyakit hati yang akan membuat diri kita menjadi orang yang kufur nikmat. Jadi apa pun kondisi kita, tetaplah bersyukur.

Bahkan di antara kesedihan, kesempitan, kekecewaan dan berbagai masalah lainnya ada hal-hal yang harus kita syukuri di setiap detik hidup yang kita miliki. Nafas kita? Air mata kita? Kedipan mata kita? Aliran darah kita? Detak jantung kita? Semua itu sebagai  tanda kasih sayang Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Dan Itu justru yang harus lebih kita pikirkan, bagaimana mensyukurinya, ketimbang terus berputus asa dalam kubangan kesedihan.

Hidup adalah tempat kita belajar akan sebuah makna  kehidupan. Yakinkanlah diri, bahwa saat kita merasa gagal atau pun kecewa,  azamkan bahwa skenario Allah lebih Indah dari skenario manusia. Sesuatu yang baik di mata manusia belum tentu baik di sisi Allah.

Bersyukurlah atas apa yang diberi baik itu nikmat kesehatan, rezeki, kedudukan, ketenangan, keturunan, dan apapun itu. Jangan sampai kita menjadi hamba yang mengingkari nikmat-Nya, jangan sampai membuat Allah memberikan azab yang disebabkan oleh hamba-Nya yang mengingkari dan tidak mensyukuri setiap nikmat-Nya.

Kebahagiaan itu pilihan. Kebahagiaan itu kita yang dapat menciptakan nikmatnya. Kebahagiaan itu kita yang tentukan, bukan orang lain. Dunia hanya tempat persinggahan sementara, dunia bukan tempat bersenang-senang selamanya.

Allah menguji manusia untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik daripada dunia dan isinya. Untuk itu bersyukurlah. Jangan menjadikan kegagalan hidup adalah akhir dari kebahagiaanmu.

Wallahualam bissawab. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: