OPINI
Di Manakah Kehidupan itu Terjamin?
Oleh. Dewi Khoirul
Mempunyai keluarga yang penuh dengan keceriaan adalah dambaan bagi setiap orang.
Ada Ayah bekerja untuk memenuhi kebutuhan nafkah bagi keluarganya.
Ada Ibu yang menjalankan tugas sebagai al umm warobatul bait dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang.
Sementara anak-anak belajar dengan sungguh-sungguh dan berusaha berbakti kepada orang tuanya.
Namun, sungguh miris dan menyesakkan dada membaca beritanya dua anak kakak beradik yang tewas di bunuh oleh ibu kandungnya sendiri, di desa Manisrenggo kota Kediri. Seorang anak laki-laki berinisial MB (14) dan adik perempuannya BM (7). Kakak adik warga Kediri itu tewas di tangan sang ibu, Ida Nuryati.
Sang ibu yang diduga alami ganguan jiwa.
Kejadian ini berlangsung pada Selasa (3/9/2024) sekitar pukul 03.00 WIB dini hari. Ayah korban, Zakaria, melihat sendiri jasad anaknya yang bersimbah darah. Ada luka di leher dan kepala korban. Posisi dua anak malang itu tengah berada di atas kasur.
Detikjatim.com,(5/9/2024)
Tak tega jika melihatnya, setiap diripun pasti akan merasakan seakan tersayat-sayat meyaksikan hal demikian.
Dari hasil penyidikan pihak kepolisian dan diperkuat informasinya dari warga bahwa ibu kandungnya memang telah mengalami ganguan kejiwaan telah lama, kondisinya kadang kambuh, kadang juga sembuh.
Dalam kasus pembunuhan kakak beradik tersebut jika benar keadaan kejiwaan ibu yang terganggu bisa stres atau gila maka tidak bisa terkena sangsi hukum, dan diakhirat tidak akan di hisab.
Karena telah dijelaskan dalam hadist riwayat Bukhari, bahwa diangkat pena dari tiga hal, salah satunya adalah seorang yang gila sampai dia sembuh darinya.
"Pena diangkat (dibebaskan) dari tiga golongan: [1] orang yang tidur sampai dia bangun, [2] anak kecil sampai mimpi basah (baligh) dan [3] orang gila sampai ia kembali sadar (berakal).” (HR. Abu Daud. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Namun, tak bisa berhenti pada ganguan kejiwaan yang menjadi alasan terjadinya kasus tersebut.
Lebih tepat jika kasus ini terus dilakukan pendalaman, yakni terus ditelusuri hingga menemukan latar belakang setresnya sang ibu dikarenakan apa.
Sehingga bisa diketahui pihak mana sebenarnya yang paling bertanggungjawab atas kasus tersebut.
Jika stresnya diakibatkan terbelit perekonomian maka negaralah pihak yang paling bertanggungjawab atas kasus ini, karena tugas negara adalah pengayom dan periayah warganya.
Sistem kapitalisme adalah biang kerok dari segala peristiwa ini, karena abainya negara dalam meriayah ekonomi warganya sehingga mereka harus menyelesaikan segala beban hidupnya sendiri tanpa periayahan yang baik.
Negara dalam sistem kapitalisme telah mejerumuskan pemahaman umat pada penghambaan dunia semata tanpa melibatkan pemahaman agama.
Kemudian juga tidak ada sanksi tegas dari negara dalam sistem ini yang bisa membuat jera, Jika pelakunya jelas-jelas tidak terserang ganguan jiwa, sehingga tetap berpeluang terjadi tindak kriminal di tengah-tengah masyarakat.
Tidak ada pilihan lain jika kita menginginkan kehidupan rumah tangga baik, kehidupan masyarakat baik dan negara juga baik maka harus menerapkan sistem Islam kaffah.
Jika sistem Islam diterapkan secara otomatis tindak kriminal akan berkurang bahkan jarang dijumpai, karena sangsi dalam Islam dapat membuat jera orang lain yang akan melakukan hal yang sama.
Kekuatan akidah islam akan menjaga setiap individu umat senantiasa taat dalam menjalankan syari'at Allah, senantiasa bersabar dalam setiap ujian, sementara masyarakat juga terbina dengan pemahaman yang benar dengan melakukan amar makruf nahi mungkar, yang darinya meminimalisir tindak kejahatan
Negara dalam Islam akan memaksimalkan semua potensi alam yang ada untuk dipergunakan sebaik-baiknya meriayah seluruh masyarakat demi mewujudkan kesejahteraan, sehingga tak ada alasan bagi mereka untuk bertindak kriminal karena telah terpenuhi hajatul udwiyahnya secara baik.
Wallahualam bissawab. [Rn]
0 Comments: