Headlines
Loading...
Oleh. Sri Ratna Puri

"Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri masih lebih baik di negeri sendiri."

Peribahasa di atas, cukup mewakili perasaan bagi perantauan. Mungkin, para Sahabat pun ada yang sedang merasakan. Sekalipun misalnya di perantauan Allah Swt. memberikan kehidupan yang sesuai harapan, namun kampung halaman tetaplah dirindukan. 

Di Indonesia, biasanya ini terlihat jelas pada musim mudik lebaran. Ada yang pulang dari luar kota, luar provinsi, luar pulau, bahkan luar negeri. Mereka rela berdesakan. Rela terjebak kemacetan di jalan. Rela menempuh jarak yang panjang sampai berhari-hari lamanya. Inilah yang dinamakan wujud cinta pada tanah airnya. 

Tahukah Sahabat, bahwa rasa cinta pada tanah air, itu pun dirasakan oleh Baginda Rasulullah saw. Saat beliau tinggal di Madinah, hatinya senantiasa merindukan Makkah, tempat beliau dilahirkan dan dibesarkan. Hal ini sebagaimana yang disampaikan: 
"Dari Ibnu Abbas; ia berkata; Nabi bersabda Betapa indahnya engkau wahai negeriku (Makkah). Betapa saya sangat cinta kepadamu. Sekiranya kaumku tidak mengusirku darimu, niscaya aku tidak akan tinggal di tempat lain selainmu." (HR At-Turmudzi).

Masyaallah. Rasa cinta pada tanah air itu adalah sebagian dari wujud naluri mempertahankan diri. Artinya, sesuatu yang wajar. Semua orang pasti merasakan. Tinggal bagaimana menyalurkan rasa cinta terhadap tanah air itu dengan benar. 

Mungkin Sahabat pernah mendengar kelompok suku A berseteru dengan kelompok suku B, dikarenakan merasa kelompoknya lebih mulia dibanding kelompok lainnya. Ini rasa cinta yang kebablasan. Cinta kok, mencipta permusuhan? Islam menentang cinta atau fanatisme golongan. Rasulullah bersabda:
“Tidaklah termasuk golongan kami barangsiapa yang menyeru kepada ashabiyyah (fanatisme kelompok). Dan tidaklah termasuk golongan kami barangsiapa yang berperang atas dasar ashabiyyah (fanatisme kelompok). Dan tidaklah termasuk golongan kami barangsiapa yang terbunuh atas nama ashobiyyah (fanatisme kelompok).” (HR. Abu Dawud)

Jadi, dari sini kita bisa pahami. Bahwa cinta tanah air berbeda dengan cinta atau fanatisme golongan. Batasannya, yaitu ketika pada rasa menjadi bagian darinya, bukan rasa ingin lebih unggul dari golongan yang lain. Karena Allah Swt, tidak membeda-bedakan hamba-Nya, kecuali pada penilaian takwa. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya. Amin. [My]

Baca juga:

0 Comments: