Headlines
Loading...
Oleh. Eka Suryati 

Ikhlas, adalah sebuah kata penuh makna. Begitu dalam makna dari keikhlasan, mudah diucapkan namun sangat sulit untuk diterapkan dalam kehidupan. Belajarnya selama kita hidup. Tak tahu sampai kapan kita menamatkannya, yang pasti belajar terus tentang ikhlas dan memaknai ikhlas itu sendiri.

Sesungguhnya setiap insan ingin sekali bisa ikhlas dalam melakukan semua tindakan, apapun yang diperbuat, keinginan untuk ikhlas itu selalu ada. Namun godaan dari ikhlas itu begitu besar, karena lawan dari ikhlas itu adalah pamrih. Segala hal yang melekat dan dilekatkan pada dunia, maka pamrihlah yang terjadi. Godaan dunia yang besar, bujukan setan yang begitu gencar, membuat kata ikhlas serasa berat untuk dilakukan. Padahal kalau kita bisa ikhlas dalam segala hal, maka alangkah bahagianya hidup kita ini. Tak ada kecewa, emosi yang diluapkan, sakit hati yang melahirkan dendam. Sungguh hati akan terasa sangat damai jika ikhlas benar-benar bisa kita raih. 

Ada perumpamaan yang indah dari makna ikhlas, katanya kita perlu belajar dari surat Al-Ikhlas itu sendiri. Ada apa dengan surat Al-Ikhlas? Surat Al-Ikhlas adalah surat yang membahas tentang ketauhidan. Nilai-nilai ketauhidan merupakan inti dari penghambaan kita kepada Allah. Didalamnya ada pembelajaran kepada manusia untuk senantiasa ikhlas dalam beribadah kepada Allah. Dalam keyakinan kita itu jangan sampai ada hal lain selain Allah. Allah satu-satunya yang berhak disembah, tak ada yang lainnya. Kita tidak diperkenankan untuk menyekutukan Allah dengan hal lain. Dalam keikhlasan itu tak perlu disebutkan, karena hanya Allah dan hatinya saja yang tahu sejauh mana dan seperti apa kekhlasan diri. Seperti surat Al-Ikhlas itu sendiri, yang tak pernah mencantumkan kata ikhlas, walaupun ia adalah surat Al-Ikhlas, rela tak disebut hanya dirasa.

Dalam keikhlasan itu tak boleh ada niat lain selain rida Allah. Jadi apapun yang kita lakukan niat pertama dan utamanya adalah karena Allah. Ketika kita melakukan sesuatu dan kita niatkan karena Allah, maka seandainya suatu saat kenyataannya tak sesuai dengan harapan kita, kita kembalikan bahwa niat kita adalah menggapai cinta-Nya, maka tak ada kecewa, yang tersisa hanya rasa ikhlas, biarlah, cukup Allah saja yang memahami dan membalas sesuai kehendak-Nya. Ikhlas itu rela dengan ketentuan yang diberikan Allah, karena yakin Allah akan memberikan yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya.

Dalam QS Al-Baqarah Ayat 216, Allah berfirman  yang artinya," Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui".

Nah, dalam surat Al-Baqarah ayat 216 Allah mencontohkan tentang kewajiban perang, menurut kita tentulah hal itu bukan sesuatu yang menyenangkan, akan ada kekacauan, pertumpahan darah dan hal lainnya yang membuat kita harus banyak berkorban. Namun dalam peperangan tersebut, ada kemenangan yang kita harapkan dan akan kita raih. Jadi hal itu harus kita tempuh. Dan yang paling utama dari berperang karena Allah adalah keutamaan pahala disisi-Nya, derajat kemuliaan yang sangat tinggi, surga sebagai balasannya. Jadi dalam hal yang kita anggap tidak menyenangkan itu justru merupakan hal terbaik yang akan Allah berikan kepada kita. Dari itulah kita harus selalu rela, ikhlas terhadap apapun yang diberikan  atau diperintahkan Allah kepada kita.

Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Al-Insyirah : 8). Keikhlasan membutuhkan kesungguhan karena harus menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam beribadah menuju ketaatan. Ikhlas itu akan menjauhkan kita dari perbuatan pamrih, berharap pada manusia.

Dalam kehidupan, selagi hayat masih dikandung badan, maka harapan selalu ada. Berharaplah hanya kepada Allah, agar hatimu tak menderita. Jika engkau berharap kepada manusia maka, hatimu telah bersiap-siap untuk patah. Berharap pada manusia itu merupakan patah hati yang disengaja, dan hilanglah rasa ikhlas itu. Semoga Allah membimbing kita untuk memiliki hati yang ikhlas. [ry].

Kotabumi, 24 Agustus 2024

Baca juga:

0 Comments: